Patah

29 1 0
                                    

Seminggu lalu, dia sering ketempat ini. Entah hanya sekedar makan siang atau mengerjakan tugas. Dia tak pernah sendiri. Kadang bertiga, berempat, berenam, atau bisa lebih banyak.

Tempat ini pun menjadi tempat favoritku untuk mengamatinya. Bahkan beberapa hari terakhir, aku sudah duduk lama. Bersiap menunggunya.
Mengaggumi itu seru. Berdebarnya. Penasarannya. Cemburunya. Rindunya. .

Berdebarnya pengaggum rahasia itu, kau tak butuh bertemu orangnya. Cukup tasnya saja. Jantung sudah ahli membuat keributan.

Penasarannya.. kau akan menebak nebak bagaimana karakternya, bagaimana jika ini. Bagaimana jika itu. Ahh seru sekali.

Terlebih cemburunya seorang pengaggum. Dia bisa membuatmu patah. Pecah. Atau apalah itu namanya. Sakit memang, tapi hanya bisa dipendam sendiri. Kau pun bisa jadi orang yang paling membencinya,tapi tak bertahan lama. Esok pun semuanya kembali seperti semula. Kembali mengaggumi. Kembali merindui.

Sejak aku memutuskan mengangguminya (walau aku tak mau). Dia membuatku semakin baik. Meski dia tidak melakukan apa - apa. Cukup memperhatikannya. Mengamati cara berpakaiannya. Bagaimana ia bersikap. Berbicara. Sudah cukup membuatku belajar banyak.

Ya mungkin benar. " Barangkali cara terbaik jatuh cinta adalah dengan tidak berharap selalu bersama, setidaknya ketika berpisah kau tak perlu terluka".

Sebelum Tuhan mengatakan, "Aku punya yang lebih baik untukmu". Aku disini menunggumu. Meski patah. Meski pecah.

Surabaya - 29 Oktober 2016

Kagum Where stories live. Discover now