Chapter 4 "The Rain"

14 2 0
                                    

Pagi ini udara yang berhembus terasa sangat dingin membuat siapapun ingin bergelung dibawah selimut yang hangat dan nyaman tanpa perduli dengan kewajiban yang seharusnya dilakukan. Terlihat dari jendela rintikan air hujan mulai turun secara perlahan, sedikit demi sedikit dan akhirnya rintikan air itu menjadi jutaan air yang menandakan bahwa derasnya hujan dipagi ini. Petir sesekali menyambar-nyambar dengan suara yang cukup keras seakan mendukung untuk tetap dibawah selimut yang nyaman, padahal jam sudah menunjukan pukul 10 siang.

"linaaaa,,,, sampai kapan kau akan terus tidur hah? ayo cepat bangun"

"ahhh.... aku malas... masih mengantuk...."

"yaakk!!! cepat bangun ini sudah siang.... apa perutmu itu tidak lapar?? cepat keluar"

"aishh,,,, iyaa iyaaaa aku akan keluar,,, sudah sana keluar,,, aku mau ke kamar mandi"

Lina keluar dari selimut tebalnya yang hangat dan berjalan kearah pintu kamar sambil mendorong seseorang yang membangunkannya tadi,, siapa lagi kalau bukan pria menyablkan-bintang-sang kakak.

"jangan ke kasur lagi dan cepat ke meja makan!"

"berisikkk!"

'blam' benturan pintu dan dinding yang lumayan cepat menyapa indra pendengaran bintang dan tentu saja berasal dari pintu kamar mandi yang banting dengan 'sangat halus' oleh adiknya tersebut dan bintang hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang adik yang mungkin pantas dikatakan 'kekanak-kanakan' sangat tidak sesuai dengan kenyataan bahwa dia seorang mahasiswi.

***
'tap...tap'

Suara langkah kaki menyapa indra pendengaran bintang yang sudah duduk dengan manis di meja makan serta roti dengan selai coklat yang sudah siap untuk disantapnya. 'srekk' kursi di depannya di tarik oleh jemari manis yang sudah diketahinya karena itu pasti adalah lina, tanpa memperdulikannya, bintang meneruskan acara sarapannya.

"cepat sarapan,,, bukan berdiam diri begitu"

Lina menatap sang kakak dengan tatapan mendelik yang seakan ingin melakukan kejahatan pada kakaknya itu.

"sarapan roti? aishhh,,,, kalau hanya roti aku tidak nafsu.... " lina menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi yang lumayan nyaman membuat matanya kembali terpejam.

"misi non... ini sarapannya"

"wahhh,,,,  wanginya enak sekali..."

Tanpa ragu lagi akhirnya lina pun melahap sarapannya dengan senyuman yang sangat menawan.

"setelah sarapan kau ikut dengan ku ya,,, aku ingin membeli sesuatu dan juga bertemu dengan seorang kawan lama"

"tidak,,, aku ingin melanjutkan tidurku,,,, aku masih lelah"

"tidak ada penolakan gadis kecil..... "

"aishh,,,,baiklah,,, baiklahh,,,, cerewet sekali"

"bagus,,,, kalau begitu aku tunggu kau di depan,,, jangan lama-lama.... kalau tidak aku akan menarikmu tidak perduli kau sedang ganti baju atau apapun itu"

"cih,,, dasar menyebalkan"

Setelah sarapan, lina pun bergegas masuk kedalam kamar untuk besiap, ia tidak ingin kakaknya itu melakukan hal aneh dan merugikan dirinya.  Setelah yakin dengan dandanan yang sudah pas, ia pun keluar dari kamar dan menghampiri kakaknya yang sudah menunggu di halaman rumah.

"ayo jalan"

***

Selama di dalam mobil, tidak ada percakapan sama sekali yang ada hanya alunan musik yang menyapa indra pendengaran lina melalui earphone, sendiri. Ya,, dia hanya mendengarkan musik sendirian tanpa membaginya pada bintang. Tik,,,tik,,,,tik,,, sekatika hujan kembali menyapa bumi dan membasahi semua yang ada termasuk mobil mereka. Tapi untungnya mereka sudah hampir tiba di tempat tujuan. Setelah berhenti di tempat parkir, mereka pun keluar dan berjalan ke pintu masuk dan ternyata itu adalah sebuah restoran kecil dan hanya ada beberapa orang yang ada didalamnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Please stay with meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang