Aldra membanting ponselnya ke sembarang arah, amarahnya tiba-tiba tersulut saat Aldra membaca pesan dengan kesan memerintah itu. Bisakah sehari saja ia tenang tanpa bayang-bayang sosok pria kejam yang merangkap sebagai ayah kandungnya.
Aldra masih terduduk di kursi ruang kerja khususnya meninggalkan istri tercinta di dalam kamar sendirian, dan lebih memilih mengerjakan tugas kantor yang terlihat semakin menumpuk.
Mata Aldra kembali fokus ke arah layar laptop dengan tangan kembali mengetik keyboard di sana. Tetapi itu sebelum suara lembut membuatnya beralih.
"Mas sudah malam, kenapa belum tidur?" Suara merdu yang berasal dari istrinya, terlihat sedang menunggu di ambang pintu.
"Kenapa berdiri di situ, sini!" ucap Aldra memerintah dan menepuk paha meminta Hana untuk duduk di sana.
Hana berjalan pelan menghampiri Aldra lalu mendudukkan kedua bongkahan sintalnya di pangkuan Aldra. Tangannya bergerak mengalung di leher suaminya dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Aldra.
Aldra tersenyum dengan perlakuan manja sang istri tercinta, sudah satu bulan ini Aldra merasa jauh dengan Hana karena keegoisannya sendiri, Aldra begitu merasa bersalah karena telah meninggalkan Hana seorang diri saat hidup wanita itu begitu hancur, Aldra begitu sama frustrasi akibat kejadian itu hingga melupakan ruang yang seharusnya mereka isi.
"Kenapa belum tidur Yang?" Aldra bertanya mengelus surai hitam Hana dengan gerakan memeluk tubuh yang sedikit kurus itu.
Gelengan kecil Aldra rasakan di dadanya. "Aku merindukan Mas," jawab Hana manja. Semakin menelusupkan kepalanya di dada bidang suami tampannya.
Aldra sedikit terkekeh saat mendengar suara manja itu mengalun indah di telinganya. Kecupan bertubi-tubi ia daratkan di puncak kepala Hana. "Aku lebih merindukanmu, Sayang." Hana tersenyum mendengarnya.
Aldra teringat pesan tadi dan berniat memberi tahu istrinya tetapi ia sedikit bimbang, sangking gelisahnya Aldra Sampai tidak menyadari kalau Hana memperhatikan gelagatnya sedari tadi.
Satu kecupan Hana daratkan di bibir Aldra, membuat Aldra seketika memandang Hana sedikit kaget.
"Kenapa Mas? Apa ada masalah?" tanyanya.Aldra menggeleng lemah, lalu memeluk Hana dengan erat. "Tidak, cuman tadi aku dapat pesan."
"Dari Ayah ya?"
Aldra menatap istrinya, lalu mengangguk mengiyakan. "Tua bangka itu menyuruhku untuk datang ke rumahnya besok," ucap Aldra malas. Dan dihadiahi pukulan kecil di dada, saat perkataan tidak sopan meluncur jatuh dari bibirnya.
"Mas jangan gitu, itu kan Ayah kandung Mas yang sudah merawat Mas hingga sekarang."
Aldra mendengus. "Aku tau, tapi mana ada Ayah kandung sekejam dia."
Hana mengeleng kesal, karena nasehat seperti itu tidak akan pernah mempan untuk Aldra.
"Yasudah Mas datang saja, siapa tau penting, kan."
"Penting untuk urusan menghacurkan."
Hana memandang Aldra sedikit tajam, hingga kekehan di bibir Aldra kembali terdengar. "Em, Mas hanya bercanda, jadi jangan ngambek oke," cengir Aldra sambil mencolek dagu istrinya gemas, Hana cemberut dibuatnya.
Takut istrinya akan terlaut dengan merajuknya, Aldra pun berinisiatif membawa tubuh Hana di gendongan hingga wanita itu pun menjerit kaget.
"Aku ingin tidur," ucap Aldra saat melihat Hana yang akan memprotes tingkahnya. Kemudian Aldra mulai melangkahkan kaki sambil menggendong istrinya ala bridal dan memasuki kamar mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Destiny
RomanceApa jadinya saat seseorang yang begitu sangat kau perjuangkan dan yakin bahwa dia adalah kebahagiaan, dengan sesakit apa pun itu kau rela berjuang untuk mendapatkan, ternyata dia bukanlah kebahagian yang tepat. Dan apa jadinya saat seseorang yang ka...