Sudah enam bulan kami terapung-apung di Lautan Balazar.
Kami terjebak.
Kami tersesat.
Laut Balazar yang terkenal akan keganasannya kini tenang sekali. Tidak ada angin yang bertiup. Tidak ada bintang yang bertaburan di angkasa. Tidak ada siang dan malam. Laut Balazar diliputi kegelapan penuh. Jarum kompas pun tidak bergerak sama sekali. Kami berlayar lurus. Ya, hanya itu yang bisa kami lakukan selain menghemat makanan kami dengan berpuasa karena tidak ada ikan di laut Balazar.
Di anjungan terlihat Kapten sedang berbicara serius dengan Tuck Si Navigator. Wajah Tuck ketakutan ketika memperlihatkan sebuah buku kepada Kapten Fraud. Kucoba untuk mendekati mereka untuk mencuri dengar apa yang mereka bicarakan.
"Aku tidak menghitung tanggal, Kapten. Aku melihat apa yang dikatakan alam kepada kita." Suara Tuck bergetar. "Kau lihat sendiri."
Kapten Fraud membaca buku ditangannya dengan tegang. Perlahan-lahan ia tidak lagi bisa menutupi ketakutannya. Aku bisa melihatnya dengan jelas karena lentera di tangan Tuck menyala terang menerangi wajah Kapten Fraud yang tampan.
Buku di tangan Kapten Fraud terjatuh dengan bunyi berdebum yang keras. Aku terlonjak dari tempatku sembunyi. Kepalaku menabrak tong kosong bekas menyimpan persediaan makanan.
"CALEB!" Suara Kapten fraud menggelegar membuat jantung melompat keras di rongga dadaku. Bagaimana dia tahu aku yang menguping?
Aku berjalan takut-takut ke arah Kapten Fraud dan Tuck.
"Maafkan aku." Suaraku tercekat di tenggorokan yang tiba-tiba mengering. Aku tidak berani menatap wajah ke dua laki-laki itu.
"Apa yang kau dengar?" Kapten Fraud bertanya dengan suaranya yang lembut. Aku tahu aku harus menjawabnya sebelum suara itu menjadi amukan murka.
"Apa itu Seaburst?"
Kapten Fraud menatap Tuck yang memeluk buku besar di tangannya. "Seaburst adalah badai dua musim."
"Kau tidak pernah takut pada badai apapun," teriakku tidak percaya. Kapten Fraud tersenyum penuh pengertian.
"Tidak dengan Seaburst. Ini bukan badai biasa. Seaburst adalah badai yang tercipta dari pertempuran abadi Flying Dutchman dan Davy Jones. Pertempuran mereka berlangsung sepanjang tahun mengelilingi seluruh dunia. Kapal mereka akan melayang di atas lautan dan menyapu apa saja yang ada di atasnya. Kau tidak akan bisa selamat jika Seaburst melewatimu. Menurut buku ini, apa yang terjadi pada kita adalah tanda-tanda makin mendekatnya Seaburst. Jika Seaburst berlangsung, langit akan terbelah menjadi gelap dan terang lalu akan muncul angin yang luar biasa kencang disertai salju dan hujan secara bersamaan. Seaburst berlangsung selama sepuluh hari, sepuluh malam kemudian semua akan kembali normal." Kapten Fraud mengambil nafas dalam. "Tidak pernah ada yang benar-benar melihat pertempuran itu."
"Apakah langit akan seperti itu?"
Tanganku menunjuk ujung langit yang tidak kuketahui arahnya. Ada semburat merah di langit yang muncul seperti kilat yang membelah langit menjadi dua bagian. Pada satu bagian kami bisa melihat warna langit berubah menjadi cerah seolah fajar sedang menyingsing. Tapi ada titik hitam di tengah langit cerah itu.
Seluruh awak kapal terbangun dan ternganga melihat cahaya itu. Tidak ada yang berani bersuara. Tidak ada yang berani bergerak. Bahkan semua orang menahan nafas dengan tegang. Jakun Kapten naik turun. Aku tahu ia sedang menelan ludah dengan susah payah. Kami akan menyaksikan sebuah peristiwa yang luar biasa. Kami bahkan tidak tahu apakah kami akan hidup setelah ini.
Ada dua pusaran hitam yang terbang dengan liar di udara. Dua pusaran yang seolah menyatu tapi sebenarnya saling menghajar dan berusaha menjatuhkan satu sama lain. Pusaran hitam itu bergerak hingga ke tengah laut Balazar.
Pusaran itu menciptakan badai terhebat yang pernah kami rasakan.
Angin besar yang menghantam tiang-tiang kapal dan layar yang tertutup. Salju-salju sebesar kepalan tangan menghamtam wajah-wajah kami. Kami memilih untuk bersembunyi di balik dinding kayu kabin atau di dalam tong-tong kosong. Air hujan setajam silet berjatuhan membuat kulit dan mata terasa pedih. Kami berlindung sebisa mungkin.
Kapal oleng karena hantaman angin itu. Kapten dan Tuck berusaha meraih roda kemudi dengan susah payah. Kapten meneriakan perintah-perintah untuk menjaga kestabilan kapal. Kami berusaha menjalankan perintah itu walau untuk berdiripun kami sangat kesulitan di tengah badai yang tidak biasa ini. Tapi semua sudah terlambat.
Angin yang deras membalikan kapal. Air laut yang asin dan pahit masuk ke hidungku. Paru-paruku terasa terbakar. Kupikir dadaku akan meledak. Otakku berhalusinasi. Seluruh tubuhku merasa kesakitan yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Tubuhku mengejang-ngejang di dalam ikatan tali tambang ketika kurasakan sakit yang teramat di kepalaku.
Kemudian semua terasa gelap.
Hitam pekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady in Love (Completed)
Short StoryCerita-cerita pendek yang mengisi waktumu dengan senyum dan kekaguman. Cerita tentang kesungguhan dan ketangguhan manusia yang bertahan dengan cinta.