The Run (Thriller)

5.1K 388 10
                                    



"Jasmine, kau dengar?"

Jasmine bergerak malas untuk meraih walkie-talkie nya. "Aku di sini." Suaranya berdesis kesal.

"Syukurlah! Kukira kau sudah tidur." Suara Lilla terdengar senang.

Jasmine menghela nafas panjang untuk mengusir kantuk.

"Kau tahu kapan kita bisa pulang?"

"Entahlah. Papa harus menyelesaikan penelitiannya di sini."

Ia tahu Lilla dan saudaranya yang lain sama bosannya. Mereka harus menghabiskan liburan di villa tepi hutan untuk menemani orang tua mereka meneliti batu-batu mulia.

"Aku takut, Jasmine. Aku ingin pulang." Suara Lilla terdengar lirih seperti sedang menangis.

"Aku juga. Tidak ada sinyal, televisi, atau telfon. Aku bisa gila."

"Orang-orang membawa senapan, Jasmine. Tampang mereka mengerikan."

Jasmine tertawa. "Jangan konyol. Mereka itu pemburu. Ini sudah masuk musim berburu. Mereka mencari rusa atau beruang."

Isak tangis Lilla yang semakin keras.

"Lil, berhentilah menangis. Aku yang paling menderita di sini. Aku tinggal di loteng yang sempit sementara kau, Syd, Andrew dan Brad tidur di kamar yang bagus."

Lilla terdiam.

"Kau dengar suara?" Suara Lilla tiba-tiba terdengar tegang.

"Jangan mengalihkan perhatian, Lilla." Jasmine menghardik. Ia memutar mata sekalipun adiknya tidak melihatnya.

"Tidak. Aku serius. Aku mendengar suara di luar. Kau dengar?" Suara Lilla mengutarakan kecemasan.

Jasmine menghela nafas panjang. "Lil, aku ada di loteng. Aku tidak bisa mendengar apapun. Tidak usah pedulikan. Mungkin itu Andrew."

"Astaga, Jasmine!" Lilla menjerit tertahan.

Jasmine terkejut. Ia duduk tegak di tempat tidurnya.

"Ada orang di sini. Laki-laki. Aku melihatnya." Suara Lilla menegang.

"Lilla, jangan berbohong."

"Sumpah!" Suara Lilla mendesis. "Aku mengintip dari pintu, Jasmine. Aku melihat mereka di bawah. Mereka laki-laki. Mereka membawa senapan. Aku harus membangunkan Papa."

"Lilla? Kau serius?" Jantung Jasmine berdegup kencang sekarang.

"Jasmine, mereka masuk ke kamar papa." Suara Lilla benar-benar panik. Jasmine tahu adiknya tidak bisa berbohong. Lilla tidak pernah berbohong.

DOR!

DOR!

Seperti ada batu besar yang terlontar dari dalam perut Jasmine ke tenggorokannya.

Suara senapankah itu?

Ia berdiri tegang.

"Lilla, jangan ke mana-mana. Kunci rapat kamarmu. Mereka tidak akan tahu kau ada di dalam." Jasmine berharap Lilla mendengar suaranya yang tertahan.

"Jasmine, mereka menembak di kamar papa." Suara Lilla terdengar panik, ketakutan dan sedih sekaligus.

Tubuh Jasmine lemas. Lututnya gemetar hebat. Dia terduduk lemas.

Tidak ada suara ribut. Hanya ada suara senapan yang ditembakan.

"Lilla," panggil jasmine lirih. Ia berusaha menguasai diri. Dia harus memandu adiknya agar sembunyi. "Kau dengar aku?"

Lady in Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang