Osis Idaman
BINGO, di hari Senin yang memalaskan ini aku telat mengikuti upacara bendera. Oh, nasib yang sangat menyedihkan. Aku yakin setelah upacara ini selesai, para osis akan memanggil namaku dan menyuruhku menghormat kepada sang merah putih hingga jam pelajaran pertama selesai. Oh, tamatlah aku.
Aku, murid kelas 3 SMA yang malas mengikuti aturan sekolah dan sangat membenci yang namanya osis. Osis yang selalu menyidak benda-benda berharga milikku, uh. Apalagi osis angkatan tahun ini, terlalu ketat untuk dibilang ketat. Bahkan saat rambut si culun panjang se-centi saja sudah dikenakan sidak. Ganas sekali. Baru kelas 2 saja sudah ganas, bagaimana menjadi kakak kelas nanti? Ckck..
"Permisi kak, kakak yang namanya kak Tian ya?" kan, panjang umur sekali. Baru juga aku membicarakan tentang osis, salah satu dari mereka telah datang.
"Ya, aku Tian. Kenapa? Mau menghukumku untuk menghormat di depan tiang bendera? Atau memberikanku denda bulanan?" aku pun menoleh ke osis ini. Tumben-tumben dengar suara osis lemah lembut begini, membuat penasaran saja. Setelah berbalik badan, aku terpana. Osis ini cantik sekali dengan poni dora yang menghiasi wajahnya. Imut dan lucu di mataku.
"Em, sebenarnya gak sih kak. Aku cuma mau nyatet nama lengkap kakak aja. Soalnya hukuman untuk hari ini ditiadakan dan catatan ini berguna untuk minggu depan jika kakak telat lagi. Jadi, siapa nama kakak? Aku perlu mencatatnya," dia menatapku dengan tajam. Aduhai, galak-galak gini tetep aja cantik.
"Christian DP!" aku dengan cepat menjawabnya seraya melihatnya mulai mencatat seuatu di buku sidaknya. Ku lihat dia menulis dengan rapi dan sangat cocok dengan penampilannya.
"Nama kakak emang sependek itu ya?" dia menatapku polos seraya berfikir.
"Aku singkat. Ada lagi?" tanyaku. Jawab 'ada' dong, aku masih ingin berbincang denganmu!
"Gak ada sih kak. Maka-"
"Nanda... buruan ke lab biologi. Ada rapat dadakan!" aku mendengar seseorang berteriak dari arah belakang.
"Eh iya. Aku nyusul deh Was. Duluan aja, bentar lagi nih," dia menoleh ke orang yang memanggilnya. Hem, jadi namanya Nanda? Nama yang indah.
"Kak, makasi informasinya. Saya permisi dulu," lalu dengan cepat dia menghilang dari hadapanku dan meyusul si Waska, osis yang berteman baik denganku. "Nanda.. em. Aku akan mengingat nama itu!" gumamku pelan lalu bergegas pergi ke kelas. Jika kena omel Bu Sri, hidupku bisa gawat. Saat pelajaran berlangsung, pikiranku hanya dipenuhi dengan Nanda. Aih, aku benar-benar tidak bisa menghilangkan wajahnya dari pikiranku. Ah...
Beberapa hari kemudian, aku dan Nanda tanpa sengaja bertemu di jalan menuju ke rumahku. Rumahku yang letaknya di jalan perumahan, membuat lingkungan sekitar sini ramai.
"Kamu Nanda kan? Si osis itu?" aku menangkap tangannya dan menggenggamnya erat.
"Eh.. kakak kak Tian kan? Wih, ketemu lagi," dia terlihat santai saja bertemu denganku. Nan, taukah kau bahwa hati kakak sedang berdebar-debar tak karuan.
"Mau kemana?" aku bertanya padanya. Bukannya bagaimana, hanya saja aneh melihat seorang Nanda di sekitar rumahku.
"Mau pulang kak. Rumahku kebetulan ada disekitar sini," dia menjawabnya seraya tersenyum padaku. Rumahnya deket sini?
"Wah.. kebetulan rumah kakak juga di sekitar sini. Kakak antar kamu ke rumah ya? Gak baik udah sore-sore gini anak perempuan jalan sendirian," tawarku. Modus, biasalah.
"Em, boleh deh," jawabnya malu-malu. Ahey, kodenya diterima. Yuhu.
"Yuk," kami pun berjalan seraya mengobrol ini itu. Aku tidak membiarkan pembicaraan berhenti sampai sana, sehingga kita bisa lebih akrab gitu.
"Kak, ini rumah aku," ucapan Nanda membuatku berhenti melangkah dan menoleh ke arah rumah yang dimaksud.
Apa? Wah, aku memang berjodoh dengannya.
"Kita tetanggaan ternyata. Wow!" aku berucap kagum saat melihat rumahnya berada di sebelahku.
"Serius? Wah, seru dong!" matanya terlihat berbinar. Jadi? Kita bisa sering ketemuan? Yes.
"Wkwk...seneng punya tetangga kayak kamu. Tapi kenapa baru nyadar ya?" aku menggaruk kepalaku yang tak gatal sama sekali. Seriusan, 2 tahun tinggal disini tapi baru nyadar punya tetangga cantik gini. Kalo tau, kan dari dulu udah jadi pacarku. Astaga, waktu mempermainkanku.
"Gak apa-apa. Yang penting kakak dan aku tau kalo kita tetanggaan. Oke deh, mau mampir?" dia tersenyum bagaikan malaikat surga yang membuat para pengagumnya merasakan jatuh cinta.
"Eh? Kapan-kapan aja deh. Soalnya habis ini ada acara juga," aku langsung pamit dan membuka pintu gerbang yang berada di sebelah pintu gerbang Nanda.
"Dah.. ketemu besok!" ujarku sebelum menutup pintu gerbang.
"Dah.." jawabnya dari sebelah sana.Yuhu... senangnya.
Mulai hari itu, aku dan Nanda semakin dekat bahkan ke sekolah, kami selalu berangkat bersama. Jika pulang, kami kadang-kadang sendiri. Karena biasa, anak kelas 12 tidak bisa dibiarkan libur dari try out yang menyebalkan.
Uft..aku hanya tinggal menunggu waktu untuk menyatakan cintaku padanya dan menunggu jawabannya. Semoga saja dia memiliki rasa yang sama sepertiku. Tapi.... jika tidak, aku akan menunggu dia dan melakukan berbagai macam hal-hal gila yang mampu membuatnya luruh. Luruh akan cintaku dan kegantenganku. Hihihi...
Tamat
Karya: Ni Putu Anandha Swari
Kelas: IXC
Sekolah: SMPN 1 Denpasar
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Them
Teen Fiction[Oneshoot] "Tidak ada yang salah dalam berkarya. Asal jangan dibuat salah, maka sebuah karya itu adalah sesuatu yang benar." - pemain