Aku berjalan di derasnya hujan yang membasahi sekujur tubuhku. Aku berjalan di tengahnya malam yang tak memperdulikan situasi. Aku berjalan di jalanan yang sepi tanpa mengerti hati. Aku berjalan di tengah kota yang di tengah malam seperti ini tampak seperti kota mati.
Kesalahanku yang sangat fatal hanyalah dua sampai lima di hari ini. Dan kesalahan itu membuatku berujung mendapatkan petaka seperti ini.
Kesalahanku yang pertama, aku lupa mencharger iphone ku dan ujungnya adalah aku tak bisa menghubungi siapapun.
Kesalahan kedua, aku lupa bertanya dimana alamat rumah pamanku hingga akhirnya aku terlihat seperti gembel yang menarik kopernya kesana kemari di kota ini tanpa tahu tujuan yang pasti. Bukan, aku bukannya lupa bertanya. Mama sudah memberitahuku berulang kali. Tapi disini masalahnya adalah aku. Aku lupa dimana aku menyimpan kertas yang didalamnya tercantum alamat pamanku. Sial sekali bukan?
Kesalahan ketiga, aku lupa membawa uang cash untuk pergi berlibur. Di dompetku, hanya ada kartu kredit yang tak terhitung berapa jumlahnya. Dan lebih parahnya lagi, selama aku berjalan seperti gembel ini, aku tak menemukan satu pun mesin ATM disini. Terkutuklah kau, mesin ATM. Pada akhirnya aku menyesal. Kenapa aku tak membawa uang cash saja? Kartu ATM bahkan tak berfungsi disini. Ah, bodohnya.
Dan sepertinya ini kesalahan terakhir. Aku lupa membawa payung untuk berlibur. Aku menganggap diriku ini sangatlah bodoh. Seharusnya aku tahu, jika kota ini sedang dilanda musim hujan yang berkepanjangan. Dan kenapa bisa aku melupakan hal sepenting itu? Hingga beginilah aku. Semuanya, dari ujung kepala hingga kaki basah kuyup.
Sungguh. Malang sekali nasibku ini.
Belum lagi, sekarang sudah malam. Kemana aku harus pergi? Jangan sarankan aku untuk tidur di emperan toko untuk menunggu hari esok. Tidak, aku tidak mau.
Hua.. mama.
Anakmu ini tidak beruntung sekali. Berniat berlibur malah berakhir hancur seperti ini.
Okey, biar aku ceritakan sedikit mengapa aku bisa terdampar di Kota Denpasar ini dengan penuh derita yang aku terima setelah sampai disini. Jadi asal mulanya itu begini...
"Diah! Mama minta kamu berlibur ke Bali ya! Kamu harus ke rumah paman kamu disana. Katanya nenek dan kakek rindu padamu," aku yang sedang makan seketika menghentikan kunyahanku.
Apa?
Ke Bali?
Aku kan akan berlibur ke NY bersama Nadia dan Kathia. Apa mama lupa?
"Mama tidak lupa jika kamu ingin pergi ke NY bersama teman-temanmu itu. Tapi ayolah! Sekali ini saja, berlibur ke Bali. Temui nenek dan kakek," seakan tahu isi pikiranku, mama mengatakan kata-kata yang membuatku merenggut kesal.
Ke Bali? Aku sudah bosan berlibur kesana. Yah, meski tidak pernah sama sekali pun aku berlibur di rumah pamanku yang ada disana.
Aku mempunyai seorang paman, saudara mama yang tinggal di Bali. Paman Anom, namanya. Dia merantau dari Bogor ke Bali karena harus mengurus bisnis yang ia tekuni disana. Jadi, kami sudah lama tak bertemu. Dan soal kakek, sebenarnya kakek Danta bukanlah kakek kandungku. Tetapi kakek Danta adalah saudara kandung kakekku yang sudah aku anggap seperti kakekku sendiri semenjak kakek meninggal. Diapun juga begitu. Nenek dan kakek Danta, menganggapku seperti cucu perempuan mereka. Wajarlah, anak-anak Paman Anom semuanya laki-laki, makanya aku juga dianggap cucunya. Ya, pokoknya begitu.
"Baiklah! Kali ini aku akan mengalah. Aku akan mengundurkan liburanku dengan teman-teman. So, kapan kita berangkat? Aku harap kita disana tidaklah lama. Karena mama tahu kan, liburan sekolah hanyalah 1 bulan. Dan dalam 1 bulan itu, aku sudah harus bisa pergi ke NY dengan Nadia dan Kathia. Jadi aku harap mama mengerti akan manajemen waktuku," tegasku kepada mama lalu melanjutkan memotong roti sarapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Them
Fiksi Remaja[Oneshoot] "Tidak ada yang salah dalam berkarya. Asal jangan dibuat salah, maka sebuah karya itu adalah sesuatu yang benar." - pemain