13~Aji, Dini, Adi

38 4 0
                                    

Namanya adalah Aji. Orangnya baik, perhatian, dan sedikit usil. Dia adalah sahabatku dari sejak kecil hingga diusia kami yang menginjak semester 6 di area perkuliahan ini. Dan entah kenapa, persahabatan kami bisa berubah menjadi perjodohan yang sama sekali tak bisa aku terima.

Om Tito dan tante Tuti tiba-tiba saja datang ke rumahku dan menanyakanku apakah aku mau bertunangan dengan Aji. Aji yang saat itu ada di sebelahku hanya menatap orang tuanya bingung.

"Ma?" tanya Aji dan melihat mama papaku yang sepertinya sudah terlebih dahulu mengetahui hal ini. Tanganku pun refleks mencari tangan Aji, dan dia tau apa yang aku perlukan. Sebuah genggaman.

"Apa ini semua tan? Kenapa kalian bisa berfikir aku ingin bertunangan dengan Aji?" aku terus menatap ayah dan ibu Aji. Aku bingung dengan mereka semua. Kenapa bisa mereka berfikir aku cocok dengan Aji? Hey, kami ini bersahabat, tidak mungkin kami saling jatuh cinta. Benar kan?

"Mungkin kamu lupa sebagian ingatanmu waktu kecil Din, tapi kamu sendirilah yang meminta kepada kami untuk menjodohkan kamu dengan Aji," mama membuatku terdiam.

Aku yang memintanya? Berarti...

"Ji, lo..lo pasti tau kan soal ini? Gak mungkin kalo lo gak tau," aku menatap Aji yang terlihat bingung. Lalu ia hanya mengangguk dan menatapku seolah dia bertanya 'apakah kau mau menjadi tunanganku?'

Wait..

Jadi dia juga menginginkannya? Apa-apaan ini?

"Pa, ma aku masih belum ngerti sama semua ini? Kenapa bisa aku bilang gitu? Kapan? Dan kenapa aku bisa lupa? Tapi mana mungkin aku menginginkan itu? Jelas sekali aku hanya menganggap Aji itu tem...an,"

Bodoh...

Aku lupa kalau Aji masih disini, otomatis dia mendengar penolakanku itu. Ah, biarkan saja.

"Kamu mung-"

"Pa, bisa aku pergi ke taman belakang? Aku mau ngomong berdua sama Dini," Aji tiba-tiba menyela ucapan papanya. Setelah mendapat persetujuan dari para orang tua, dia dengan cepat menarikku menuju taman belakang rumahku dan berhenti di sekitar kolam berenang.

"Apa?" tanyaku saat dia tak bicara satu kata pun dan malah terus menatapku. Aku terkejut saat dia memelukku.

"Dengarkan detak jantungku ini Dini! Dengarkan bahwa dia berteriak aku merindukanmu. Merindukan kenangan kita saat berenang di kolam sana, rindu saat kau mengatakan kalau kau sangat menyayangiku dan aku rindu dengan rasa cintamu kepadaku," perkataannya berhasil membuatku membeku. Sesuatu di hatiku berteriak bahwa ada sesuatu yang harus aku ingat. Apa? Kenapa aku tidak mengingatnya? Gak, ini pasti salah.

Dengan kuat aku mendorong Aji. Dia mundur beberapa langkah dan aku bisa melihat beberapa butir air di dekat matanya. Apa dia menangis?

"A..pa semua ini? Ji..ka pernah aku mengatakan hal itu dan jika pernah aku mencintaimu, mengapa aku tak mengingatnya sama sekali? Apa sebenarnya semua ini?"

"Ka..mu..." Aji diam sejenak. Aku muak.

"Apa Ji? Apa kalian semua, papa, mama, tante Tuti, om Tito, dan kamu menyembunyikan ini semua? Kenapa? Kenapa kalian tidak memberitahuku tentang masa laluku yang hilang? Bukankah itu penting untukkmu juga? Ha? Jawab!!" aku menatapnya tajam, air mataku aku tahan. Bodoh jika kali ini aku menangis.

"AJI JAWAB!!" aku membentaknya. Dia sedari tadi hanya terdiam menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan.

"AJI!!"

"AKU PENYEBAB SEMUA INI!!"

Perlu beberapa menit bagiku untuk merespon ucapannya.

"Apa?" aku terkejut. Penyebab semua ini?

Story Of ThemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang