Gadis itu, berjalan beriringan dengan lelaki yang sama kala itu, menuju kantin. Bukannya penguntit, aku memang sedang dalam perjalanan menuju kantin. Dari belakang, ia terlihat gembira ketika bercanda. Tawa yang tak pernah berhenti, senyum yang selalu menghiasi. Apa yang mereka bicarakan?
“Bener nggak sih kalau Marissa jadian sama Jasvon? Bego banget dia, milih Jasvon padahal dia udah deket sama Al.”
“Bodo amat lah, Jasvon sama Al sama-sama ganteng. Kenapa, cewek macem Marissa bisa deket sama dua cowok ganteng begitu?”
Senyumku terukir sempurnya. Gerombolan itu belum mengetahui sifat gadis itu sebenarnya.
“Mau nonton Train to Busan?”
Gadis itu menatapku kesal, “Aku nanti malam mau jalan, lain kali yaa Al.”
Aku tersenyum simpul. Pasti ia jalan dengan lelaki itu.