Membunuh Rasa (I)

5 0 0
                                    

Aku menghabiskan malam tahun baru di puncak bukit bersama gadis itu. Meskipun ia tersenyum bahagia, aku tau kalau jauh di lubuk hatinya, ia menginginkan menghabiskan pergantihan tahun bersama lelaki brengsek itu. Dari matanya, terpancar keinginan itu.

“Kamu masih mengharapkannya?”

Ia hanya tersenyum kecil sambil menatap langit. “Bintang di langit, bagus ya. Mereka menjadi penerang di kegelapan malam. Mereka seakan tak lelah untuk berhenti bersinar.”

Ia terdiam. “Al, tau lagunya Sheila On 7, judulnya DAN? Dia memintaku untuk mendengarkan lagu itu.”

Ia menatapku sembari menyunggingkan senyum lebar. Senyum dengan gigi gingsul yang terlihat jelas. Dia manis, tapi ia sedang menelan kepahitan dalam kisah asmaranya.

“Tolong, jangan menangis.” Ucapku pelan ketika melihat matanya yang berkaca-kaca.

Ia tertawa kecil, “A—Aku ternyata rapuh ya, Al.” ucapnya terbata-bata.

Spontan, aku memeluknya, menenggelamkan wajahnya di dadaku, membiarkan dadaku basah oleh air matanya.

“Heh bawel, tahun baru, semangat baru, cowok baru ya.”

HurtWhere stories live. Discover now