Membunuh Rasa (II)

6 0 0
                                    

Aku bersyukur gadis itu mendengarkan kalimatku saat pergantian baru itu. Ia kembali dengan semangat baru. Auranya kembali bersinar, meskipun tak seterang dulu. Ia masih berusaha bangkit dari keterpurukannya.

Membunuh rasa. Dulu, gadis itu pernah bercerita kalau lelaki itu berujar, “Aku ingin mematikan rasa ini.”

Mematikan rasa, membunuh rasa, entahlah sebutan lainnya bagaimana.
Membunuh rasa. Dua kata yang dapat merubah kehidupan seseorang. Sangat mudah untuk membunuh rasa seseorang.

Untuk laki-laki, berikan perlakuan special bagi perempuan. Jadikan dia yang pertama, selalu bercanda, membuatnya tersenyum, tertawa, chatting hingga pagi menjelang, menemani belanja, sebagai tempat cerita, dan ungkapkan bahwa kau mencintainya. Ungkapkan seakan-akan dia adalah perempuan terspesial bagimu. Ucapkan “Hallo” ketika masuk kedalam hidupnya. Ucapkan “Selamat Pagi, Tidur nyenyak. Ngimpiin aku ya,” Sebagai penutup chat tiap hari.

Buat pipinya selalu bersemu merah. Setiap jalan-jalan, genggam tangannya, ucapkan bahwa kau tak ingin melepaskan dia. Lalu ketika dia sedang berada di puncak harapan, kau pergi. Menjauh. Tak memberi kabar. Lalu, ungkapkan kalau kau tidak ingin melanjutkan hubungan. Cukup berteman saja. Lakukanlah itu. Pergi. Jangan pernah memberi kabar, bahkan hai sekalipun. Ketika tak sengaja berpapasan, kamu hanya menatapnya dingin, tanpa memberi senyuman, atau sapaan.

Buat perempuan itu menunggu, buatlah dia kehilanganmu. Acuhkan dia, seakan tidak pernah mengenal sebelumnya.

Lihat, kau berhasil membunuh rasa perempuan itu. Berhasil membuatnya menangis. Berhasil membuatnya menunggu kabarmu. Berhasil membuatnya menghabiskan waktu untuk merindukan dan memikirkanmu. Kau beruntung untuk mematikan rasa perempuan yang benar-benar sayang. Kau sukses membunuh rasa.

Mudah bukan?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 24, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HurtWhere stories live. Discover now