Tepat selesai UAS, aku menghampiri lelaki itu. Ingin rasanya aku menonjoknya langsung, tanpa basa-basi.
“Lo bego. Lo lakuin apa aja ke Marissa, sampai ia begitu relanya ngabisin waktu buat mikirin lo?”
Ia terdiam, menunduk. “Maafin gue.”
Aku berdecak kesal, “Maaf ke Marissa, bukan ke gue, goblok!” Satu hantaman keras mengenai pipi kirinya. Dia hanya meringis kesakitan.
“Lo bakal nyesel."