"Kapan pa. kapan, papa bisa beri Arul kebebasan?"
"Kebebasan? Kamu sadar berapa usiamu? Bukan saatnya lagi untuk kamu berhura-hura."
"Masih banyak kok pa, orang seusiaku belum memikirkan masalah bisnis."
"Mau jadi apa kamu? Papa tidak pernah membebanimu dalam masalah perusahan. Papa cuma ingin kamu datang ke kantor dan melihat-lihat apa yang seharusnya bisa kamu pelajari."
"Terserah, pa. Arul bosan dengan pekerjaan yang papa kasih."
"Terus file yang tadi, kamu kemanain."
"Arul kasih sama pegawai papa yang suka tidur di kantor. Pegawai seperti itu kenapa di terima sih, pa?"
"Fakhrul...," tegas papanya dengan mata melotot. "Hal sekecil itu saja kamu tidak pernah bisa mengerjakan. Mau jadi apa kamu? Seenaknya saja menyuruh pegawai tanpa izin papa."
"Pa, dari pada dia tidur gak jelas di kantor, mending Arul mintak tolong dia untuk ngerjain semua pekerjaan Arul yang papa kasih. Jangan di perumit lah pa... biarkan saja dia berkembang" cetus Fakhrul sambil meninggalkan ruangan.
"Huff...." dengan hela nafas yang panjang, Nadin pulang berjalan kaki. Jalan lambat serta badan yang serasa kaku akibat bekerja yang terlalu memaksakan, membuat hari Nadin melelahkan. Nadin mengayunkan tangannya dan tubuhnya agar darahnya dapat mengalir normal lagi. Menghempaskan badan ketika sampai di long dream, tempat tidur untuk bermimpi yang gak perlu bayar mahal.
"Lelah bangat, Nad? " tanya Ara.
"Bosan,Ra. Melelahkan sekali hari-hari ini. Kerja-pulang, gitu-gitu aja terus."
"Makanya, jangan jomblo awet lah Nad. Cari sana pelengkap hari-harimu."
"Apaan sih, Kunti. Kayak lu punya pacar aja."
"Setidaknya saya tidak menutup hati dari siapa saja Nad."
"Memangnya saya iya."
"Kelihatan dari tampang lu, yang gak bisa Move on. "
"Gue ngantuk, mau mimpi panjang dulu. Jangan lupa bangunin gue agak pagian, malas telat."
"Tergantung lu Nad, mau di bangunin apa gak Nad. Biasanya..."
"Udah" sambar Nadin cepat. " Jangan terlalu panjang ceramah. Gue gak butuh ceramah butuhnya istirahat. Bye..."
****
"Gak telat lagi non," sapaan buk inem.
"Gak buk. sekarang mah udah hijrah."
"Oh ya non, tadi kata si bos, kalau ibuk liat non. Non di suruh ke ruangan si bos."
"Iya buk. Makasi ya buk." Nadin menuju ruangan Pak Afdal, bosnya di kantor.
"Tuk... tuk," bunyi ketokan pintu.
"Misi pak," sahut Nadin.
"Iya. Silahkan masuk, Nad," balasnya.
"Ada apa, pak?"
"Kamu bapak angkat menjadi manager dalan perusahaan ini dengan satu syarat yaitu tidak boleh telat lagi."
Manager ialah pimpinan dari satu unit pekerjaan atau bagian dalam perusahaan. Oleh sebab itu manajer sering juga disebut sebagai kepala bagian atau kepala unit. Sebagai pimpinan dari satu bidang atau unit perusahaan dia bertanggung jawab penuh pada bagian nan dipimpinnya.
"Serius pak? " tanya balik Nadin. Nadin tidak percaya akan naik jabatan secepat itu. Belum cukup setahun kerja tapi prestasi yang di capai sudah sangat luar biasa. Nadin tersenyum semeringah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
RomanceTentang kita, yang masih terjebak rindu. Sejak kemunculanmu, mata ini masih terjebak akan kenangan kita. Kita yang masih bergandeng tangan dan pada akhirnya saling melepaskan. Tentang kita, yang terjebak jodoh. Siapa sangka kita bakal saling terik...