Ncess sapaan Nadin yang berarti princes. Sapaan Nadin terbentuk kala khayalan kehidupan Nadin, yang seakan menunggu datangnya pangeran.
"Woiii ncess. Bangun,"Kening Nadin mengerut. Mata Nadin membulat seketika di bangunkan Ara, lalu menutup matanya lagi.
"Hobbi bangat buat dunia lo sendiri melalui mimpi. Gak bosan menghayal terus. Nad, Nad... seharusnya lo itu bangun dan ciptakan dunia nyata lo. Udah jam 9:00 Nad. Kelar deh hidup lo," Tegas Ara lagi.
Kebiasaan Nadin tidur, menjadikan karateristik malas tertanam pada dirinya. Rupanya tidak menggambarkan karateristik tersebut, disebabkan wajah nan cantik biasanya tidak pemalas, itu presepsi sebagian orang.
"Apa! Kenapa lo gak bangunin Gue dari tadi sih."sambar Nadin. Nadin bergegas bangun dan mengambil handuk yang terletak dibagian meja kirinya. Ara mengikuti Nadin hingga pintu kamar mandi.
"Mata lo tu lengket bangat Nad. Udah gak bisa di pisahkan lagi. Cepat bangat menutup ketika hendak di bangunkan dan lagian ya Nad, kamu itu sekali-kali harus bertemu dengan seseorang yang bisa bikin lo sadar biar lo gak tidur mulu kayak gini ni. Kalau kayak gini terus lo gak bakal nikah-nikah Nad,"sambung ocehan Ara yang belum kelar.
"Udah, udah... brisik, udah kayak emak Gue aja,"sorak Nadin ketika bergegas mandi.
"Kamu itu harus ingat umur Nad. Kata orang, kamu itu udah terlalu tua untuk kalangan gadis perawan. Hidup jangan monoton seperti ini terus lah Nad, harus berubah."
"Haii nona Ara yang cantik. Sudah ya sayang. Jangan berisik...," ucap Nadin sembari bergegas ke kantor. "Saya pergi dulu ya nona Ara, muahc," sembari lambaian tangan Nadin ke pada Ara.
Ara adalah salah satu sahabat Nadin. Kedekatan mereka berawal sejak mereka satu kampus, satu kost dan satu kamar. Ara sudah kayak alharam pagi bagi Nadin. Mungkin, sembilan puluh lima persen dari kehidupan Nadin, Ara yang hendel. Jelas Ara paham seluk beluk masalah Nadin, apalagi masalah percintaannya. Walaupun Ara rada-rada ember, Nadin tidak pernah bosan curhat masalah percintaannya. Tapi bukan untuk saat ini, karena hati yang kosong belum menemui siapa pemiliknya.
"Non Nadin telat lagi ?" Sahut Buk
Inem."Hehe, iya buk. Maklumlah Jakarta macet,"alasan Nadin.
"Cepat non, kebetulan Bos juga belum datang. Iya buk? Ya udah makasi ya buk," Nadin bergegas ke ruangannya. Buk inem adalah OB di kantor. kedekatan Nadin dengan Buk Inem di saat Nadin sering membantu buk inem, terutama masalh keuangan. Nadin percaya bila kebaikan pasti berbalas kebaikan.
"Wah, sebanyak ini? Gila. Sama aja dengan Bos nyuruh saya lekas mati," Tegas Nadin.
"Yaelah Nadin... Bukannya kamu sudah biasa ngerjainnya. Banyak dari itu biasanyakan kamu embat juga," sahut Khanezia. Biar kata Nadin rada-rada pemalas tapi kinerjanya cukup dibutuhkan di kantor. Tidak jadi permasalahan bagi kantor bila Nadin datang terlambat asal perkejaan beres.
"Seperti hukuman Zhia. Setiap kali terlambat pasti kejadiannya selalu sama."
"Ya sudah, besok jangan terlambat lagi. Bereskan"
"Zhia... kamu gak pernah belain saya sekali... saja."
"Haha. Nadin, kamu harus berubah."
"Iya Zhia, saya bakal berubah bila pangeran datang. Lalu, menciumku. Paham Zhia.."
"Terserah kamu ncess."
Nadin menggunakan jam istirahatnya untuk meneruskan pekerjaan yang belum kelar. Nadin belum mau istirahat bila pekerjaannya belum kelar, istirahat bagi Nadin hanya tidur. Dengan bekal yang di bawanya dari kost, bisa mengurangi rasa laparnya.
"Yes. Zhia... akhirnya kelar,"sorak Nadin dalam bilik ruangan kerjanya yang betetangga lansung dengan biliknya Zhia.
"Tidak di ragukan lagi Nad, kemampuanmu berbanding terbalik dengan kelakuanmu yang rada-rada pemalas."
"Saya istirahat dulu ya!"
"Kamu hendak tidur di kantor Nad?"
"Iya"
"Jangan Nad. Nanti Bos lihat, kelar ntar."
"Pekerjaan sudah selesai kok, kenapa harus marah pula." Nadin mengabaikan perkataan Khanezhia.
"Mbruk.." Setumpukan file terjun dari atas menuju meja kerjanya Nadin.
"Hey... ada sopan santun gak sih? Main ngagetin orang aja" tegas Nadin kepada pria yang tak dia kenali.
"Seharusnya yang nanya itu saya. Memangnya kantor ini punya bapak lo, seenaknya saja tidur di waktu jam kerja"
"Woii , jaga omongan lo. Bos saja gak pernah marah, kenapa lu yang sewot. Lu dengar ya, pekerjaan gue udah kelar. Jadi terserah gue dong."
"Baik. Itu tambahan pekerjaanmu."
"Ehh memang lu siapa, berani nyuru-nyuruh orang seenaknya."
"Harus kelar sekarang juga. Kalau tidak, kelar karirmu sampai disini."
"Gak bakal gue kerjain"
"Terserah, tiga jam lagi saya bakal balik kesini. Menagihnya. Ingat..." tegasnya sabil meninggalkan file yang nanti bakal di kerjakan Nadin.
"Hiss sebel banget. Siapa sih dia, meyuruh orang seenaknya saja." Gumam Nadin.
"Si ganteng" sahut Zhia.
"Ganteng apaan. Ganteng itu orangnya lemah lembut, baik, gak pemarah. Bukan seperti dia." Sembari kerut kening Nadin.
"Nad, dia anak bos. Yakin gak mau ngejain file yang di suruh. Karirmu benar-benar kelar nantinya."
"Apa. seriuss?" Mata Nadin membulat, alis naik seperti terkejut akan pernyataan Zhia.
"Hmm"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
RomanceTentang kita, yang masih terjebak rindu. Sejak kemunculanmu, mata ini masih terjebak akan kenangan kita. Kita yang masih bergandeng tangan dan pada akhirnya saling melepaskan. Tentang kita, yang terjebak jodoh. Siapa sangka kita bakal saling terik...