••005••

2K 128 1
                                    

•[BFG SQUAD]•

Kriingggg

Sebuah weker berbunyi tepat disebelah kepala Dinda. Diambilnya jam itu lalu mematikan alarmnya, jam menunjukkan pukul 4 pagi.
Dinda mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian menatap langit-langit kamarnya sejenak selagi mengumpulkan tenaga untuk bangun dari zona nyaman tersebut. Ia menggeliat setelah nyawanya terkumpul sempurna dan bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu agar dapat mengerjakan kewajibannya yaitu beribadah.

Setelah Dinda memakai seragam sekolah ia langsung turun kebawah untuk sarapan pagi bersama keluarganya. Tak lupa Dinda mencepol asal rambutnya dengan jepit berwarna putih kesukaannya menyisakan beberapa anak rambut yang menjuntai disekitar rahangnya.

Ketika Dinda turun, terlihat kedua orang tuanya tengah menikmati sarapan paginya. Tak ada sosok lain diantara kedua orangtuanya. Lagi-lagi ia tak melihat sosok Dika kakak satu-satunya.

"Pagi Ma, Yah" sapa Dinda kemudian mengambil posisi duduk berhadapan dengan Marisa.

"Pagi sayang" ucap sang Mama yang sedang mengambil beberapa sendok nasi goreng keatas piring miliknya dan Dinda anaknya.

"Bang Dika mana Ma?" tanya Dinda sambil menyuap roti yang telah diolesi dengan nutella kegemarannya.

"Katanya dia nginap dirumah temannya. Kamu mau Ayah antar atau bawa mobil Papa?" jawab wanita paruh baya itu.

"Loh Ayah gak kerja?" tanya Dinda bingung.

"Anak Ayah ini pelupa ya sekarang? kan Ayah sama Mama hari ini berangkat ke Lombok. Kamu pakai mobil Ayah aja gak usah pesen taxi" jawab lelaki paruh baya ini mengelus pucuk kepala Dinda.

"Hmm.. Iya deh"

Kemudian beranjak dari ruang makan menuju teras rumahnya untuk memasang sepatu. Dilihatnya jam berwarna putih yang melingkar ditangannya telah menunjukkan pukul 05:50 dan ia segera berdiri. Kali ini Dinda berangkat pagi-pagi karena jadwal piketnya.

"Dinda berangkat Ma, Yah!" di tangan kirinya menenteng sebuah tas yang tadinya berada di meja. Tak lupa ia salim dan mengucapkan salam kepada kedua orang tuanya. Dinda menyalakan mobil lalu membuka setengah kaca kemudi dan melambaikan tangannya tanda *dadah*

"Hati-hati Nda bawa mobilnya" ucap Mama Dinda sebelum Dinda melajukan mobilnya menuju sekolah.


⌛️⏳⌛️


Dinda berjalan di koridor sekolahnya yang terbilang cukup sepi karena ini masih sangat pagi menurut siswa lainnya. Jika saja ia tak piket mungkin Dinda akan berangkat setengah jam sebelum bel masuk. Dinda mulai terbiasa berangkat pagi sewaktu di sekolah lamanya karena ia selalu mendapat piket dipagi hari.
Sesampai Dinda di kelas yang dapati hanya 4 sampai 6 orang saja yang telah stay di kelas termasuk sahabatnya Amel.

"Hai Din" sapa Amel tersenyum kemudian beralih memainkan ponselnya lagi.

"Hai, eh lu pagi banget dah datangnya" balas Dinda tengah mengatur posisi nyamanya untuk menghadap temannya ini.

"Hehe... wifian dong. Kalau pagi kan gak banyak yang makai, jadi lancar jaya" jawab Amel yang masih terfokus pada ponselnya.

"Yee lu mah, kirain emang anak rajin ternyata ga modal internetan" Amel meringis ketika Dinda mencubitnya gemas.

"Awssh.. Sakit Din! lo pake tenaga banget nyubitnya, iya tau gue gemesin tapi gak pake nyubit bisakan?" Amel mengelus pinggangnya.

"Pede!"

"Biarin wlee!"

Keduanya sibuk masing-masing. Setelah menyelesaikan piket, Dinda meronggoh ponsel yang berada disaku bajunya lalu membuka aplikasi instagram miliknya karena Amel masih tak berkutik dari ponselnya mengabaikan keberadaan Dinda.

Why HIm? (EDITING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang