Aku menahan air mataku agar tak menetes. Di bawah nisan itu sudah terbaring tubuh kaku milik seorang yang selama ini aku idolakan. Seorang guru yang sudah menjadi ibu penggantiku di dunia. Tapi apa? Dia pergi. Ibu yang aku sayangi pergi untuk kedua kalinya ke hadapan ilahi. Dia memejamkan mata indah yang selalu bisa membuatku tenang dan menghembuskan helaan nafas terakhir yang menghangatkanku.
