Annie Granger

43 5 4
                                    

Cahaya matahari masuk menyinari kamarku menembus jendela kamarku. Aku masih mengantuk tapi kupaksakan untuk beranjak dari kasurku. Kudengar nyanyian burung dari luar jendela. Kulihat bunga-bunga bermekaran dari balik jendela.

Tanpa basa-basi lagi aku segera bersiap-siap utuk ke sekolah. Setelah itu, aku langsung menikmati sarapanku bersama nenek dan segera memakai sepatu lalu meninggalkan rumah menuju sekolah.

Aku penasaran bagaimana sikap perempuan itu kelak nanti di kelas. Saat kubuka pintu, kulihat seseorang berambut panjang sedang menungguku sambil tersenyum kepadaku. Aku sangat terkejut melihatnya.

"Selamat pagi, Yuki!"

"Ah, perempuan yang kemarin. Selamat pagi," kataku sambil berjalan meninggalkannya-lagi.

"Bukan perempuan yang kemarin! Aku ini punya nama!" katanya sambil merasa kesal.

"Ya, tentu saja kau mempunyai nama. Ngngng..." kataku dengan nada datar sambil pura-pura berpikir.

"Kau masih tidak ingat?! Ya ampun.. Aku kan kemarin telah memberi tahumu! Namaku An-nie, Annie Granger! Kali ini kau harus mengingat hal itu!"

"Ya, baiklah. Akan ku usahakan--mungkin."

"Mungkin? hufft!!"

"Dan kalau tidak salah nama lengkap Yuki itu... ngngng... ah! Yumemo Yuki. Kalau dipikir-pikir, namamu seperti nama orang Jepang saja."

"Bukan Yumemo, tapi Yumeno! Lagi pula aku tidak tahu pasti kenapa namaku begini, tapi yang jelas mamaku itu sangat suka semua hal tentang Jepang. Mungkin itu yang membuat namaku mirip seperti nama orang Jepang."

"Ooh... mamamu unik ya."

"Terserah kau saja. Dan ingat jangan berkata apapun tentang mamaku!"ancamku. Dia memiringkan kepalanya dan menatapku dengan tatapan penuh tanda tanyanya itu.

Selama di perjalanan, dia selalu saja mengomentariku. Walaupun aku tidak peduli dengannya, tapi omongannya membuatku kesal. Dia amat sangat cerewet.

Saat waktu istirahat tiba dia selalu mengikutiku kemanapun aku pergi. Makan siang bersamaku. Pergi ke kantin bersamaku. Selalu mengikutiku kemanapun aku pergi. Setiap hari dia selalu bersikap begitu. Aku heran, mengapa dia tidak lelah bertingkah seperti itu setiap hari.

Setelah kuperhatikan lagi ternyata dia hanya akrab denganku saja. Entah kenapa aku merasa bahwa dia tidak memiliki teman yang lain lagi selain aku di kelas. Semua orang menjauhinya terutama para anak perempuan yang lain. Mereka selalu menjauhinya seperti mereka menjauhiku.

Jam istirahat telah tiba, seperti biasa dia selau menemaniku lagi hari ini.

"Annie, kenapa kau selalu saja menemaniku?" tanyaku dengan nada datar. Kulihat wajahnya yang tampak merasa senang tak tahu karena apa.

"Waaa... ini pertama kalinya kau bertanya karena biasanya selalu aku yang bertanya padamu," katanya dengan wajah gembira

"Kau tahu, aku terharu mendengarnya. Soal pertanyaanmu tadi, kau pasti tahu kan bahwa yang lain menjauhiku. Aku juga tidak tahu ada apa dengan mereka semua. Tapi mereka semua--terutama perempuan-- sangat membenciku. Awalnya aku berteman dengan baik dengan mereka, tapi perlahan mereka mulai mengabaikanku dan akhirnya menjauh dariku. Sepertinya mereka membenciku karena.. mungkin karena aku selalu disukai oleh laki-laki."

"Oh. Jadi kau terpaksa menemaniku karena mereka menjauhimu," kataku dengan sedikit kecewa

"Bukan, bukan begitu maksudku, Yuki. Aku juga menemanimu karena Yuki selalu saja sendirian."

A MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang