Beberapa hari ini hari-hariku lebih tenang. Namun anehnya aku merasa seperti ada yang kurang. Mungkin itu karena hampir seminggu Annie tidak masuk kelas. Aku tidak tahu bagaimana keadaanya saat ini dan sepertinya aku harus menjenguknya agar tahu keadaannya. Lagi pula, tidak ada salahnya kan aku menjenguknya?
Berbeda denganku, perempuan di kelasku justru senang Annie tidak ada seminggu ini. Mereka selalu saja membicarakan hal yang buruk tentang Annie. Selalu dan tak pernah bosan.
"Hari ini perempuan jalang itu tidak sekolah lagi ya."
"Baguslah, aku muak melihat wajahnya. Perempuan bodoh itu tidak pantas berada di sini."
"Aku sangat benci perempuan jalang itu. Ia bahkan merebut pacarku dariku."
Aku sudah sangat muak mendengar mereka semua membicarakan hal-hal buruk tentang Annie. Untuk apa mereka membicarakan hal aneh-aneh tentang Annie? Mengapa mereka membenci dan menjauhi Annie? Ugh, ingin rasanya aku memarahi mereka semua, tapi mereka pasti tambah menganggapku aneh. Tapi mengapa aku merasa tidak terima mereka semua membicarakan hal buruk tentang Annie? Ugh, ini semua sungguh memusingkan.
--o0o--
Sekarang adalah waktu istirahat, tapi aku sedang tidak ingin makan. Awalnya aku akan menghabiskan waktu istirahatku dengan menggambar, tapi ternyata aku tidak membawa sketchbookku. Aku tidak tahu harus melakukan apa sekarang selain melamunkan hal-hal yang tidak jelas.
Biasanya, di saat seperti ini aku selalu mengobrol dengan Annie dan dialah satu-satunya orang yang selalu mengobrol denganku di kelas ini. Di sekolah ini hanya ada dua orang yang pernnah mengobrol denganku, yaitu Annie dan Alex. Hanya mereka berdua saja.
Omong-omong soal Alex, akhir-akhir ini aku terus memikirkannya. Aku tak tahu mengapa hal itu terjadi padaku, orang yang biasanya tidak pernah peduli bahkan tidak pernah ada niat sedikitpun untuk memikirkan orang lain. Terkadang saat aku aku hendak tidur, senyumannya selalu terlintas di benakku. Aku juga sering membayangkan matanya yang indah itu. Ugh, bahkan sekarang juga aku memikirkannya.
"Alex masih mengingatku tidak ya?" gumamku
"Tentu saja masih. Mana mungkin aku melupakanmu?"
Itu suara Alex. Tapi di mana ia?, batinku. Aku menoleh ke kanan, tapi tidak ada tanda-tanda kehadirannya di situ. Aku pun menoleh ke kekiri. Tubuhku mematung. Irama detak jantungku mulai tidak teratur.
Wajahnya berada tepat di balik jendela yang terbuka yang berada tepat di sampingku. Hanya 10 cm jarak antara wajahku dan wajahnya. Bukannya langsung berbalik, aku malah diam seperti patung untuk beberapa detik.
Setelah sadar akan hal itu, aku langsung memalingkan wajahku lalu menutup jendela dengan wajah yang sengaja kuhalangi oleh tanganku. Aku pun membalikkan badanku ke kanan.
Lagi-lagi jantungku berdegup dengan sangat kencang. Wajahku terasa sedikit panas sekarang. Aku pun menghela napas dan mengipas-kipaskan tanganku ke arah wajahku. Itu semua kulakukan agar aku bisa menenangkan diriku ini.
Ugh, dia begitu menyebalkan. Mengapa dia tiba-tiba muncul seperti itu? Sementara aku mencoba menenangkan diriku, ia terus mengetuk jendela itu sambil mengatakan maaf. Akhirnya aku membuka kembali jendela itu dengan terpaksa setelah selesai menenangkan diriku.
"Maaf, bila itu membuatmu kaget." kata Alex
"Ya," jawabku singkat dengan nada kesal sambil memainkan pulpenku.
"Ayolah jangan marah seperti itu. Nanti cantiknya hilang."
"Diamlah. Aku tidak akan marah seperti ini jika kau tidak melakukan hal itu tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Memory
Teen FictionGadis bernama Yuki Yumeno harus terpaksa mengalami perpisahan antara dirinya dengan orang yang sangat ia sayangi, yaitu mamanya. Karena perpisahan itulah ia memutuskan untuk mengubah sikapnya. ia menjadi gadis yang tidak peduli dengan sekitar dan te...