Aku Menyukaimu

41 3 1
                                    

hai, hai! Akhirnya ketemu lagi sama aku. Maaf ya kalian udah aku tinggalin berminggu-minggu tanpa ada kabar. sebagai gantinya, hari ini aku bakal update dua chapter deh. chapter ini lumayan panjang, sekitar 2400 katalah. di chapter ini ada tokoh baru, dia laki-laki. penasaran? langsung baca aja ya.

Hari ini terasa berbeda, suasananya lebih tenang dari hari-hari sebelumnya. Mungkin karena hari ini Annie tidak sekolah karena sakit. Bisa kutebak ia pasti sakit karena saat di taman bermain ia terlalu memaksakan dirinya sampai membuatnya muntah berkali-kali.

--o0o--

Pelajaran Bahasa Inggris sudah berakhir, tiba waktunya makan siang. Aku berjalan menuju kantin untuk membeli beberapa makanan karena aku tidak membawa bekal hari ini. Aku melihat sekelilingku dan sepertinya semua orang sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Kusadari akhir-akhir ini aku lebih sering memperhatikan sekitarku daripada biasanya.

Aku terus berjalan menuju kantin dan tanpa kusadari aku sesekali melamunkan sesuatu yang tidak jelas. DUGG!! Seseorang menabrakku dengan sangat keras. Orang itu menabrakku dengan sangat keras hingga tubuhku terpental dan jatuh.

"Aww.. sakit.." kataku sambil memegang tubuhku yang kesakitan dan mencoba untuk berdiri. Kali ini apa lagi? Kupikir hariku akan lebih tenang tapi ternyata tidak.

"Maafkan aku. Dah! Aku harus pergi sebelum mereka menangkapku," katanya dan langsung lari meninggalkanku.

Tiba-tiba ada beberapa guru berlari seakan-akan sedang mengejar seseorang. Mereka berlari sambil meneriakkan 'Alex', sepertinya itu nama orang yang mereka kejar. Aku sadar ternyata mereka mengejar orang yang menabrakku tadi.

Laki-laki itu memiliki iris berwarna biru cerah seperti biru langit. Laki-laki berbadan tinggi yang mempunyai rambut berwarna coklat. Rambutnya yang sedikit berantakan juga seperti menambah kesan tertentu saat aku melihatnya.

Tunggu, ada apa dengan diriku ini? Kenapa aku begitu memperhatikannya? Kenapa aku memikirkannya? Huh, dengan segera kuusir laki-laki itu dari pikiranku. Akupun segera bangkit dan langsung berjalan kembali menuju kantin. Ada-ada saja diriku ini.

--o0o--

Jam istirahat sudah habis dan jam pelajaran matematika pun akan berlangsung. Arrgghh.. Bukan bermaksud sombong, tapi pelajaran ini membosankan bagiku karena sangat mudah—terlalu mudah bagiku. Agar rasa bosanku menghilang, sesekali aku melihat keluar jendela dan  menatap langit yang mendung. Mungkin nanti akan turun hujan, pikirku.

Benar saja, langit yang diselimuti awan mendung mulai menurunkan hujannya dengan perlahan sekarang. Sial, aku tidak membawa payungku. Ah sudahlah, aku masih bisa pulang saat hujan reda.

Saat aku tenggelam ke dalam lamunanku, tiba-tiba guruku, Bu Clara, mendatangiku dan menyuruhku untuk mengerjakan soal yang ada di papan tulis. Aku sedikit terkejut saat dipanggil dan sempat bingung saat akan menjawab pertanyaan itu. Namun, seperti biasa aku selalu bisa menjawab pertanyaan itu dengan tepat, benar, sempurna, dan tidak lebih ataupun kurang. Ah, maafkan aku, kurasa aku terlalu berlebihan.

Tepat setelah aku menjawab pertanyaan itu, terdengar bunyi bel di telingaku. Dan ya, ini saatnya untuk pulang. Semua murid di kelas ini langsung bersorak gembira. Tentu mereka gembira akan hal itu.

Karena bagi mereka tidak ada bunyi yang lebih indah daripada bunyi bel pulang dan lagi pelajaran matematika—pelajaran yang paling sulit, paling mereka benci, dan mungkin bisa membuat kepala mereka berasap karena terlalu banyak berpikir—sudah berakhir untuk hari ini.

Sebagian besar murid telah meninggalkan kelas, tapi masih ada beberapa murid yang masih membereskan barang-barang mereka. Tidak seperti mereka, kali ini aku memilih berdiam di kelas untuk beberapa menit. Walaupun aku selalu sendiri di kamar, tapi terkadang aku juga butuh waktu untuk sendiri di beberapa kesempatan, entah itu di sekolah atau di manapun itu. Setidaknya aku bisa mengisi waktu itu untuk menggambar atau memikirkan beberapa hal yang tidak begitu jelas. Itu sudah menjadi kebiasaanku. Lagi pula sekarang masih hujan dan Annie juga tidak masuk hari ini. Kapan lagi aku menemukan waktu di mana Annie tidak mengacau kalau bukan sekarang?

A MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang