Hari demi hari telah terlewatkan. Hari ini Matahari sedang bersembunyi di balik awan. Dengan sangat deras hujan menumpahkan airnya. Hari senin yang sangat menyedihkan pikirku. Semua ini sangat cocok dengan diriku yang sekarang bukan?
Akan kumulai kehidupan SMA-ku yang baru dengan awal yang menyedihkan hari ini. Aku tidak peduli apa yang akan orang katakan padaku setelah melihat diriku yang sekarang. Semoga akan berjalan sesuai dengan yang aku harapkan.
Aku berjalan menuju kelas baruku. Kuperkenalkan diriku di hadapan semua orang yang ada di sana. Guruku memberitahu bahwa tempat dudukku berada di paling belakang di sebelah kiri dekat jendela--sangat sesuai dengan keinginanku.
Hari-hariku di sekolah berjalan sesuai rencana. Aku mengahabiskan waktu makan siangku seorang diri, terkadang aku juga menggambar sesuatu agar tidak merasa bosan. Belum cukup dengan semua itu, aku juga berjalan pulang seorang diri. Semua kulakukan seorang diri. Aku tidak punya teman satu pun bahkan aku belum pernah berbicara dengan mereka--pernah sih, tapi paling hanya tentang tugas.
Mungkin mereka membenciku dan menjauh dariku. Mereka pasti menganggapku aneh, gadis yang dingin, atau sebutan yang lainnya. Yaa.. itu wajar bagiku. Tak heran jika mereka memanggilku begitu.
Seperti biasa, aku selalu mendapatkan nilai yang bagus. Hanya itu hal baik yang aku dapatkan di sekolah baruku ini. Nilai akademisku bagus tapi nilai olah ragaku lebih rendah dari nilai yang lain. Yeah, tidak usah ditanya lagi, aku memang buruk di pelajaran olah raga.
Hari ini hari minggu, aku berniat untuk menggambar tapi ternyata aku kehabisan kertas. Hanya ada dua pilihan, yaitu pergi keluar dan membeli beberapa sketchbook atau diam di rumah tidak melakukan apa-apa dan membiarkan rasa bosan menguasaiku. Kupikirkan mana yang lebih menguntungkan di antara dua pilihan tersebut.
Kalau aku pergi ke luar mungkin akan sedikit merepotkanku. Aku tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Tapi jika aku hanya berdiam diri maka aku akan terus mengingat kejadian buruk itu, pikirku.
Akhirnya aku memutuskan untuk memilih pilihan pertama dari pada yang kedua. Aku bersiap-siap untuk pergi dan langsung pergi tanpa memberitahu nenek. Aku hanya menatapnya sekilas dan nenek hanya tersenyum.
"Hati-hati di jalan," kata nenek.
Sepertinya nenek cukup senang karena aku pergi ke luar rumah padahal aku biasanya sering mengurung diri di kamar. Entah kenapa aku sedikit kesal dengan sikap nenek tadi, tapi itu juga membuatku sedikit lega.Aku pergi dengan berjalan kaki karena lokasinya tidak terlalu jauh dan jangan lupa juga kalau aku jadi trauma terhadap bis umum gara-gara kejadian waktu itu.
Hari yang sangat panas dan cerah ini cukup merepotkanku. Aku tidak terbiasa dengan cuacanya. Namun aku tidak memperdulikan dan berjuang melawannya untuk membeli barang itu. Di sekelilingku penuh dengan orang-orang yang sedang menuju suatu tempat. Aku heran mengapa ada orang yang terbiasa dengan cuaca ini.
"Yuukiii!!"
Sepertinya aku mendengar ada yang memanggilku dari kejauhan. Mana mungkin ada orang yang kenal padaku sementara aku saja jarang ke luar, sahutku dalam hati. Aku tidak memperdulikan panggilan tadi dan melanjutkan perjalananku.
"Yuukiii!!"
"Lagi-lagi panggilan itu," ketusku.
"Yuukii! Aku tahu kau mendengarku!" suara itu terasa semakin jelas dan dekat.
"Yuki! Aku tahu kau mendengarkanku," kata seseorang sambil menepuk pundakku-dengan keras menurutku.
Orang itu memiliki rambut hitam yang panjang dan cukup indah. Kulitnya yang cerah. Sepertinya dia mengenalku padahal aku tidak kenal sama sekali dengannya. Wajar saja jika aku tidak mengenalnya karena aku tidak tertarik dengan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Memory
Fiksi RemajaGadis bernama Yuki Yumeno harus terpaksa mengalami perpisahan antara dirinya dengan orang yang sangat ia sayangi, yaitu mamanya. Karena perpisahan itulah ia memutuskan untuk mengubah sikapnya. ia menjadi gadis yang tidak peduli dengan sekitar dan te...