~Our Baby~
Kreeeekkk
"Eh? Robek? Apa aku segendut itu?"
Hinata menatap prihatin pada baju seragamnya yang telah robek karena dipaksakan pada tubuhnya yang memang sudah "melar". Belum lagi rok pendeknya yang sama sekali sudah tidak bisa dipakai.
Rok itu memang bisa naik sampai ke perutnya, tapi resletingnya tidak bisa dinaikan, jika dinaikan malah akan menekan perutnya yang sudah sedikit membuncit itu, atau bahkan rok itu juga akan ikutan robek.
" yaah.. Apa boleh buat..?, hari ini tidak usah berangkat sekolah dulu.."
"Aku minta dibelikan seragam sama Naruto-kun ah.., Naruto-kun! Naruto-kun!"
Gadis SMA itu berlari keluar dari kamarnya dengan antusiasme besar untuk mememui sang suami yang tengah sarapan di ruang makan mereka.
"Naruto-kun!! Kau tidak dengar aku ya..?" ujar Hinata dengan kesalnya ketika sang suami tidak menjawab panggilannya barusan.
Pria pirang itu menoleh dengan cepat setelah dikejutkan dengan teriakan kesal sang istri.
"Hmpphhh hmmpphh hmmphh (baca : maaf sayang, aku tidak dengar..)" jawab Naruto dengan mulutnya yang masih penuh dengan roti isi yang belum sempat ia telan, dan tentu saja ucapannya itu tidak dimengerti Hinata.
"Kau bicara apa anata?aku tidak mengerti.." ujar Hinata sambil menggelengkan kepalanya kekanan dan kekiri.
Naruto berusaha menelan semua makanan yang menyangkut di kerongkongannya.
Glek!
"Maaf sayang, aku sedang makan tadi,jadi tidak terlalu memperhatikan sekitar, kau tadi mau bilang apa?"
"Lihatlah, seragamku tidak mau dikancingkan, dan resleting roknya tidak bisa dinaikan..." keluh Hinata sambil menunjukkan betapa seragam sekolahnya sudah tidak mau lagi dipakai olehnya.
Seolah jika seragam itu bisa bicara, ia akan bilang, Lepaskan kami! Lepaskan kami!
Naruto tersenyum. Pria 28 tahun itu justru terlihat sangat bahagia sekarang.
Dan Hinata sama sekali tidak mengerti kenapa Naruto bersikap seperti itu.
"Kau ini kenapa Naruto-kun? Kau sedang meledekku karena aku gendut ya? Memangnya gara-gara siapa aku jadi gendut? Harusnya kau malu karena sudah menertawakan istrimu seperti itu!Huft!" Hinata melipat tangannya di depan dada sambil memalingkan wajah dari suaminya.
Naruto jadi semakin ingin tertawa. Istri kecilnya itu benar-benar manis, menggemaskan, dan menggoda di saat bersamaan.
Dan itu membuat Naruto jatuh cinta pada Hinata setiap harinya.
"Kenapa kau marah Cantik? Aku tersenyum bukan untuk mengejekmu.., aku tersenyum tadi karena aku senang anakku sudah tumbuh besar dengan cepat.., aku jadi tidak sabar menunggu dia lahir.."
Sudut bibir wanita muda berambut indigo itu tertarik dan membentuk seulas senyum kala suaminya mengelus perutnya yang sudah agak membuncit itu dengan lembut, bahkan tanpa ragu-ragu Naruto menempelkan telinganya di perut buncit sang istri dan mulai mengajak bayinya itu bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Lie
FanfictionJika ditanya apa yang paling ia sukai di dunia ini, tanpa pikir panjang dan dengan senang hati Hinata akan menjawab, "Aku paling suka dengan paman-paman yang kaya dan tampan, Kyaaaa mereka sangat keren!" Apa yang dikatakan gadis itu tentu saja membu...