Take 15

5.1K 324 55
                                    


🍀What Hinata want-2🍀

"Aku ingin bicara hal penting tentang Hinata..."

Raut wajah pria 28 tahun yang tadinya bahagia itu kini berubah muram. Kedua orang tuanya pun kini mulai menerka-nerka, sebenarnya apa yang terjadi. Apa yang ingin ia bicarakan tentang istrinya? Sepenting itukah?

"A-ada apa Naruto..? Kenapa kau kelihatannya sedih begitu? Hinata baik-baik saja kan? Kalian baik-baik saja kan?" Kushina tidak mau tahu apakah pertanyaannya tadi terlalu banyak atau bagaimana, yang jelas ia ingin jawabannya sekarang.

Kenapa putranya kelihatan begitu gelisah?

Minato sendiri hanya diam. Ia tidak mau menambah beban putranya. Ya, Minato tahu Naruto sedang terbebani, tapi ia tidak tahu beban apa yang sedang ditanggung Naruto.

"Aku pikir.., Aku dan Hinata..." Naruto menggantung kalimatnya, membuat kedua orang tuanya penasaran bukan main.

"Kami.., Akan berpisah."

Plak!

Tamparan keras dari sang ibu mendarat di pipi tan milik pria yang hampir berkepala tiga itu. Air mata meleleh melewati pipi gembil Kushina.

Wanita merah itu benar-benar tidak menyangka ia akan menggunakan tangannya untuk menampar putranya sendiri seperti ini. Ia bahkan tidak bisa mengeluarkan kata-kata apapun yang bisa mewakili kekecewaannya terhadap Naruto.

Ia hanya bisa menangis.

"Kau keterlaluan Naruto! Kami tidak membesarkanmu untuk ini! Mengahancurkan hidup seorang gadis muda hanya untuk bersenang-senang hm? Kau lebih busuk dari sampah!" maki sang ayah yang juga sangat syok dan kecewa dengan apa yang Naruto katakan.

"Ayah dan ibu dengar dulu.., bukan berpisah seperti itu yang kumaksud!" tubuh Kushina dan Minato menegang. Jadi mereka sudah salah paham? Lalu apa yang dimaksud Naruto dengan "berpisah" ?

"Tadi.., saat menjemput Hinata di sekolah..., dia sedang melihat pengumuman beasiswa untuk kuliah di Jerman.., dia terlihat sangat antusias..." sudut bibir Naruto sedikit tertarik membentuk seulas senyum.

"Kurasa semangatnya untuk kuliah sudah mulai muncul.., dan aku sudah memutuskan untuk mendukung kuliah Hinata, Ayah.., Ibu..."

"Tapi Naruto.., kuliah itu bukannya singkat..." ujar Minato yang masih agak meragukan keputusan Naruto.

"Ayahmu benar Naru.., Hinata juga sebentar lagi akan melahirkan.., kalian akan punya bayi.., bagaimana Hinata bisa merawatnya jika dia kuliah? Apalagi di luar negri?"

"Aku yang akan merawat bayi kami! Bayi itu adalah tanggung jawabku juga, aku bisa merawatnya dengan baik, aku kan ayahnya, aku yakin dia tidak akan kekurangan kasih sayang sedikitpun. Lagipula..., Dari awal ini salahku.., harusnya aku yang sudah dewasa ini tidak berbuat kekanak-kanakan dengan mengajak seorang gadis SMA menikah.., Hinata masih terlalu muda untuk mengerti tanggung jawab sebagai seorang istri atau seorang ibu, harusnya aku tidak mengajaknya masuk dalam masalah rumit rumah tangga sebelum waktunya.., Harusnya aku bisa lebih bersabar dan menunggu sampai dia lebih dewasa, bukannya terbawa nafsu begini.."

"Naruto..., Maaf karena tadi ibu menamparmu.., harusnya ibu mendengarkanmu dulu tadi..." Naruto membelai pipi sang ibu sambil tersenyum, senyum yang seolah mengatakan bahwa semua baik-baik saja.

Your LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang