“Coba katakan sekali lagi,” Naruto merasa ada yang salah dengan pendengarannya atau... “Sepertinya ada yang salah dengan bahasa jepangmu.”
Sang lawan bicara mengerungkan dahinya. “Ini yang ketiga kalinya, adikku manis...” dia mendekatkan mulutnya di telinga kanan Naruto. “Bisakah kau menyamar menjadi aku untuk sementara waktu?”
“Yang benar saja, walaupun kau dan aku kembar, tapi kita berjenis kelamin berbeda.” Protes Naruto pada kakaknya yang bernama Naruko. “Lagian kau mau kemana?”
“Tapi wajahmu itu yang penting, adikku. Dan untungnya tubuhmu tidak terlalu besar dan cocok untuk menyamar jadi perempuan. Tidak ada orang lain yang bisa aku andalkan selain kau, adikku.” Sang kakak berusaha memuji meskipun itu sama sekali tidak membuat adiknya senang. “Kau tahu, aku ingin jadi artis terkenal, dan ada audisi mulai minggu depan, aku harus mengikutinya, namun sayangnya sekolah tak mengijinkanku untuk absen.”
“Suruh siapa sekolah di sekolah elit itu.” Naruto meminum air putih mencoba untuk tenang setelah mendengar ide gila dari kakaknya itu.
“Oh adikku sayang... tolonglah kakakmu ini...” dengan wajah memelas dia meminta adiknya.
“Jika aku melakukannya, harga diriku jatuh ke jurang.” Tentu saja Naruto menolaknya, dia sama sekali tidak punya alasan untuk menerima permintaan itu.
Naruto bukan saudara yang baik yang akan menolong kakaknya dan menjatuhkan harga dirinya. Apalagi dengan alasan bodoh seperti audisi.
Ya, tidak ada keuntungan baginya. Yang ada hanyalah kerugian.
“Kau tahu, aku sekamar dengan Hinata. Kau bisa pacaran dengannya sepuas yang kau mau.” Naruko masih mencoba membujuk Naruto. Dan sepertinya Naruko ini punya sedikit keuntungan. Dia berhasil membuat hati Naruto berubah. “Aku tahu kalian jarang bertemu karena jadwal Hinata yang padat. Tapi jika kau sekamar dengannya tidak ada yang bisa menghalangimu, Naruto. Dan kau bisa melakukannya dengan Hinata.”
Wajah Naruto memanas. “Melakukan apa?!”
“Melakukan apa yang sedang kau pikirkan. Tentu saja.”
“Jangan sembarangan! Hinata akan kujaga baik-baik. Aku akan melakukannya jika dia bersedia.”
“Ya itu terserah kau saja, mau tidak menolongku?”
Naruto mengakui dalam benaknya, dia sedikit tertarik dengan itu. Ngomong-ngomong dia sangat kangen Hinata, pacar tercintanya. Sekolah yang berbeda adalah halangan terbesar baginya.
“Oke. Tapi bagaimana dengan sekolahku?”
Mata Naruko mulai berbinar, dalam sekejap saja wajah memelasnya tadi menghilang. “Aku akan berbicara dengan nenek Tsunade soal hal itu. Kau tak usah khawatir.” Dia memegang pundak Naruto dengan wajah berseri. “Lagipula bukan berarti kau tidak akan belajar. Ya, kau belajar, hanya saja di tempat yang berbeda. Apa masalahnya, bukan?”
“Apa masalahnya? Tentu saja penuh dengan masalah. Aku harus menyamar jadi perempuan, dan aku harus mengingat nama teman-temanmu.” Memikirkannya saja membuat Naruto lelah. “Tapi aku ingin bertemu Hinata.”
“Oke. Berarti bukan masalah.”
Naruto memutar bola matanya. Sepertinya otak kakaknya ini sedikit terkikis. Darimana datangnya ide gila itu? Mengapa dia tidak menyimpan audisinya saja untuk nanti setelah lulus SMA?
Dan mengapa dia sendiri menerima ide gila itu?
Mungkin ini mengapa banyak orang berkata bahwa cinta itu menyesatkan.
Sangat menyesatkan.
-0-0-0-0-0-
Tepat jam 6 pagi, Naruto bangun dibantu dengan semprotan air di mukanya. Naruto masih terbaring mencoba untuk mengumpulkan semua jiwanya yang masih berceceran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ai Wa Kurutteiru
FanfictionNaruto sudah lama tidak bertemu kekasihnya Hinata, saat itu Kakak kembarnya Naruko menawarkan dia untuk menyamar jadi Naruko selama Kakaknya pergi untuk audisi, demi bertemu Hinata, Naruto menerimanya. Namun kakaknya itu mempunyai pacar yang bernama...