"Ngapain lo ngikutin gue!" Kata Clara yang akhirnya tau kalau Levin membuntutinya.
Dengan gaya sok cool, dan earphone yang menyumpal di telinga Levin, ia hanya mengangkat satu alisnya pura-pura tak mengerti. Clara memasang wajah sebalnya lalu pergi begitu saja kedalam perpustakaan.
Setelah mendapat posisi yang pas, Clara juga memasang earphone dan musik nya yang mengalun dari ponselnya.
Clara menenggelamkan kepalanya diantara buku-buku menumpuk dan lipatan tangannya, lagu yang ia putar adalah lagu dari Charlie Puth yang berjudul One Call Away, hingga dia sedikit bernyanyi dengan mata yang dipejamkan.
Alevin pov on
Awalnya gue kira dia itu alim yang doyannya di perpus baca buku, taunya ke sini mau tidur.
Niat gue sih mau jailin dia, karena entah kenapa hal itu jadi hobi baru gue selain basket, kali ini adalah mengganggu orang ini. Baru mau ganggu tapi dia udah dalam posisi tidurnya.
Dan tanpa dia sadari, gue duduk di sampingnya. Tapi dia malah nyanyi lagu One Call Away, lagu kesukaan gue. Dan yang bikin gue kaget, suaranya ternyata bagus.
"I'm only one call away
Ill be there to save the day," itu sepenggal lagu yang dia nyanyiin dengan mata terpejam. Gue mulai nikmatin pembawaannya sambil merem."Superman got nothing on me,
Im only one call away" dan gue lanjutin lirik selanjutnya sampe dia kaget trus beranjak bangun dengan muka yang kesal. Dan itu bagian yang paling gue suka, lihat muka dia yang jutek karena kesal."Ish, ngikutin aja! Jauh-jauh!" Ucapnya yang malah buat gue senyum geli ngeliat muka sebelnya. Gimanapun, ga menutup fakta bahwa gue tau kalau dia ini emang beda.
"Kalo gak mau?" Tanya gue dan dia langsung buang napasnya kasar karena keganggu, tapi langsung tidur lagi.
Karena suasana yang sunyi, dan alunan lagu masih keputar di earphone, jadi gue putusin untuk tidur.
Author pov on
Tanpa disadari, kepala levin jatuh di atas leher clara yang sama-sama tertidur, lalu ada beberapa siswi yang berada di perpustakaan itu menahan jeritannya melihat levin yang tertidur menyender pada seorang perempuan. Dan mereka mengambil gambar levin dan clara lalu di share ke grup angkatannya.
Clara terbangun dari tidurnya, karena merasa berat di sekitar leher dan punggungnya. Ia kaget dan hampir saja berteriak jika ia tidak ingat ini di perpustakaan.
Clara mendapati Levin yang tertidur pulas, lalu tubuh Clara menegak untuk membangunkan Levin, tetapi Levin malah tegak lalu jatuh lagi di pundak Clara yang sudah tegak.
"Ish, kebo banget sih!" Gerutu Clara mencolek-colek dahi Levin agar lelaki itu bangun.
"Kak, bangun oy. Pegel gue," kata Clara sedikit berteriak dan menepuk-nepuk pipi Levin kencang.
Levin mengerjap-ngerjapkan matanya yang berat, lalu ia tersadar kalau sekarang kepalanya bersender di bahu Clara.
"Berat banget sih, gue pegel tau." Sebal Clara memijit-mijit bahunya yang sudah tidak ada kepala Levin disana.
"Mana gue tau, orang tadi ngantuk berat," jawab Levin santai, padahal sekarang dirinya sudah merasa kalau jantungya berdebar tak karuan.
Entah kenapa, sekarang kalau lagi berdua dalam kondisi akward dengan Clara, jantungnya jadi sering lari-lari.
•••
"Clara! Lo kemana aja anjir, bolos kok sampe pulang sekolah?! Dasar bad." Kata Talita mengomentari Clara yang baru masuk kelas saat bel pulang sekolah.
"Bodolah, gue ngantuk tadi," dan Talita memasang muka horror, temannya itu memang tidak bisa berpura-pura menjadi nerd selayak penampilannya.
"Yang namanya Berlian, ada yang nungguin di lapangan." Kata salah satu siswi yang ngos-ngosan menghampiri kelas Clara.
"Yaelah ganggu banget, yuk Ta. Skalian balik" ucap Clara malas dan menarik tangan Talita agar segera.
Sampai di tengah lapangan, sudah banyak orang yang berdiri membentuk lingkaran. Clara menyerobot masuk, lalu dilihatnya seperti kakak kelas yang sedang memiting rambut ikalnya centil.
"Oh, jadi elo yang namanya Berlian?" Tanya kakak kelas yang bernama Niska itu dengan nada galak.
"Iya, kenapa?" balik tanya Clara tak merasa takut sedikitpun, tapi tidak mencoba bernada sarcas seperti yang biasanya terlontar dari bibirnya.
"Berani banget ya lo deketin Levin! Siapa lo?!" Geram Niska sambil menunjuk-nunjuk muka Clara. Yang ditunjuk malah mengerut dan mundur satu langkah agar tidak terlalu dekat dengan Niska.
"Berani lah, emang dia drakula? Baru gue takut. Gue? Lo nanya gue siapa? Oke, nama gue Berlian." Begitu jawabnya.
Karena sudah saking terpancing emosinya, Niska menjambak kepangan kanan Clara, lalu beralih ke yang sebelah kiri dengan sentakan yang kencang. Membuat Clara menahan rasa sakitnya sendiri, menahan segala teriakan menyerah yang seolah ingin lolos.
"Niska! Lo apa-apaan sih! Lepas gak!" Darrel berapi-api karena tindakan Niska, yaitu teman sekelasnya yang menjambak rambut adik tersayangnya.
"Jangan sekali-kali lo nyetuh dia! Emang dia salah apa sama lo?!" sekarang gantian Davin yang membela.
Talita maju dan menarik Clara ke belakang dengan kepangan yang sudah agak berantakan itu.
Sialan bitc*. Gatau kalau dijambak gitu sakit apa ya, batin Clara sambil memegangi kepalanya.
"Eh- emm, a-aku cum-mma," Niska tergelagap karena Davin membentaknya, tapi setelah itu perempuan itu menggeleng.
"Tapi emang dia yang salah kok! Genit sama Levin, berani tidur bareng Levin berduaan di perpustakaan dan bolos. Emang perlakuan kayak begitu bener? Luarnya aja sok polos, dalemnya sama aja!" Sambung Niska berteriak berapi-api.
Levin datang dengan santai ke tengah lapangan membawa ponselnya, lalu menunjukan pada semuanya dengan mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Foto ini? Dibilang tidur bareng? Sorry, tapi ini gue yang ketiduran di pundak Berlian." Tenang Levin dengan senyum miring lalu melangkah ke arah Clara dan merangkul pundak Clara.
Tubuh Clara menjadi menegang, karena selama hidupnya, baru kali ini ia dirangkul cowok selain dua kakak kembarnya.
"Lo balik bareng gue," bisik Levin membuat Clara menghembuskan nafas gusar.
"Ta, gue duluan ya," pamit Clara pada sahabatnya itu.
"Sip, hati-hati ya!" jawab Talita membuat Levin lagi-lagi memikirkan sesuatu yang bukan urusannya.
Semua murid yang menyaksikan maupun turun lapangan langsung masih kaget, bahkan ada yang menganga lebar-lebar dan menjerit kencang melihat Levin merangkul perempuan, sama halnya dengan kedua abangnya yang saling bertatap horror.
•••
"Rumah lo dimana?" tanya Levin, karena ia hanya dikasih tau sampai pertigaan komplek saja.
"Gua turunin di pertigaan aja. Gaada bantahan," jawab Clara dengan tangan bersilang dada.
Clara berfikir, pasti Levin tau rumah abangnya, apa yang akan ia jawab jika Levin bertanya mengapa ia pulang ke rumah Davin Darrel? Jadi lebih baik jika ia diturunkan saja di pertigaan.
"Okey makasih." ucap Clara tersenyum manis lalu melepas stealtbelt dan keluar dari mobil mahal Levin itu.
'Kok manis?' batin Levin menilai senyuman Clara, seolah tersadar Levin langsung geleng-geleng kepala, karena merasa dirinya sudah di pengaruhi oleh Clara atau Berlian yang menjadi panggilannya.
⬇⬇⬇
Edisi revisi yang masih berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GOAL'S
Teen Fiction"Aku tau ini bukan cerita tentang cinta yang romantis, bukan cerita perselingkuhan, bukan cerita tentang betapa banyaknya liburan kita keliling dunia, bukan cerita kuliner, bukan cerita perempuan yang tiba-tiba jadi mermaid, bukan cerita tentang pan...