"AW!" Talita yang terkejut lantas langsung memasukkan ponselnya ke saku celananya dan menjauhkan tangannya dari dahi Darrel yang memerah karena pukulan yang seperti jitakan keras itu.
"Maaf kak" ucap Talita menunduk, jujur ia takut sekali harus berurusan dengan kakak sahabatnya ini yang ganteng.
"Apa-ada apa, lo kenapa Rel? Loh ini siapa?" Sekarang semuanya atau teman-teman dan kembaran Darrel datang, dan menabrak Darrel hingga tubuhnya terdorong dan tertabrak Talita.
"Jing, gausah dorong-dorong bisa kan?!" Gertak Darrel memegang bahu Talita yang hampir terhuyung ke belakang.
Mata mereka berdua bertatapan.
"Maap elah, betewe lo cari siapa?" tanya Davin melirik Talita yang sepertinya gugup karena tatapan Darrel barusan.
"Hoy! Jangan ganggu-ganggu temen gue lo pada! Minggir-minggir!" Muncul Clara dengan maskernya juga yang langsung menarik tangan Talita ke dalam rumah.
Davin dan Darrel bingung, karena setahu mereka, adiknya itu hanya berteman dengan seorang nerd saja, tapi kenapa Clara punya teman seperti itu yang belum pernah dilihat oleh mereka di sekolahan.
"Gila-gila-gila, omaigat!" Kata Talita heboh sendiri memegang pipinya dan sesekali memukul-mukulnya setelah sampai di kamar Clara.
"Lo kenapa deh? Kesambet?" Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut Clara yang menatap sahabatnya itu horror.
"Iya! Kesambet cinta abang lo! UPS!" Talita menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan memelototkan matanya.
"Cie-cie gue yakin pasti bang Darrel kan?" Sok tahu Clar, yang benar adanya. Dan sekarang pipi Talita yang sudah tak ber-masker itu merah padam.
"Sok tau lo mbek!" Sergah Talita cepat.
Clara teresnyum, mengangkat satu alisnya, "Oh, berarti bang Davin?" goda Clara lagi menaik-turunkan kedua alisnya.
"Enggak!" jawab Talita refleks.
"Gue tau, lo suka sama bang Darrel kan? Cakep kan cakep? Gimana? Kadar kegantengannya naik kalo rambutnya lagi berantakan dan pake celana pendek doang kan?" goda Clara menoel-noel pipi Talita yang sudah merah seperti tomat dan bahkan menjalar ke hidung mungilnya.
"Aaaa, Clara jangan kasih tau ya....plisss gue malu!" Teriak Talita malu lalu menghempaskan tubuhnya ke kasur queensize milik Clara yang berwarna pink pastel itu dan kepalanya ia tenggelamkan di bantal.
"Lucu amat sih lo, ya tapi gapapalah gue punya kakak ipar kek elo," kata Clara membuat Talita bangkit terduduk lalu seperti menghayalkan sesuatu.
"Eh, iya-ya. Kalo gue nikah sama abang lo, berarti gue kakak ipar lo dong? Terus si Levin jadi adek ipar gue juga ya?" Terawang-rawang Talita menatap ke atas kamar Clara yang berwarna pink juga.
Satu jitakan mulus mendarat di dahi Talita dan itu berasal dari Clara.
"Yakali gue nikah sama Levin trus punya kakak ipar kayak lo!"
"Amin...." Talita mengaminkan ucapan Clara. Sedangkan Clara hanya merutuki dirinya sendiri karena salah bicara.
"Eh Ra, kok lo cantik sih dengan gaya enggak nerd? Gue aja pangling," kata Talita memakan camilan dari kulkas kecil di kamar Clara.
Clara menengok kearah Talita sembari memberikan senyuman tidak ikhlasnya, "Semerdeka lu aja, ya lagian yak, masa abangnya ganteng gue nya buluk!" Clara memutar kedua bola matanya.
"Yeu pede amat mbak."
Brak
Darrel menggebrak pintu kamar Clara yang sudah menjadi kebiasaannya itu jika masuk ke kamar Clara tanpa ketok pintu terlebih dahulu.
Darrel melirik teman Clara yang tadi dan Talita juga sedang menatapnya bingung membuat Darrel salah tingkah dan menggaruk tengkuknya yang jelas tidak gatal.
"Heh, curi-curi pandang segala lagi lo berdua, cepet mau apa bang!" Clara tau jika abangnya ke kamarnya pasti ingin meminta sesuatu.
"Dek, gue disini ya. Males dibawah di bully terus sama yang lain," adu Darrel lalu tiduran tengkurap menenggelamkan kepalanya ke bantal. Dan posisi itu membuat Talita membeku karena dekat sekali dengan tempat Talita sekarang duduk, dan bantal itu juga yang di pakainya untuk menahan rasa malunya tadi.
"Talita juga gue bully terus, gue cengin sama elo bang. Trus dia malu dan nenggelemin muka dia di bantal yang sama yang lo pake." Santai Clara sambil meminum yogurt dari kulkas.
"Makannya nanti lo bedua cuciin tuh bantal kesayangan gue, yang ada gue mimpiin lo berdua lagi. Kan gak lucu kayak iklan s*prite" sambung Clara dengan watadosnya.
"CLARAAAAA" teriak mereka berdua bersamaan dengan wajah yang tidak dapat diartikan gurat ekspresinya. Mungkin antara malu, marah, sebal, dan senang?
Clara mengedikkan bahunya acuh dengan gaya sok polosnya itu lalu berjalan keluar kamar. Ingin sekali Talita mengikutinya, namun takut kalau Clara kebawah dan dia di ceng-cengin dengan teman kakaknya Clara.
"Oy" Clara mengagetkan ketiga sekumpulan cowok-cowok yang notabenya adalah kakak kelasnya. Clara sekarang berada di bawah karena takut jadi nyamuk di kamarnya, dan sekarang ia telah menggunakan masker.
"Kenapa dek? Darrel mana?" Tanya Davin.
"Gapapa, Darrel lagi diatas sama temen gue. Daripada gue jadi nyamuk kan mending kesini" jawabnya.
"Lo kok pake masker terus sih?" Tanya Levin penasaran karena tiap ia bertemu dengan Clara, pasti Clara memakai masker atau kacamatanya. Padahal rambutnya yang panjang cukup menutupi sebagian daerah wajahnya.
"Terserah dong. Gue kan cantik, nanti kalo pada terpesona gimana? Gue kan gak mau tanggung jawab," Clara dengan pedenya menjawab seperti itu dan tentu dengan wajah watados nya.
"CLARAAAA!! KAKAK LO KENTUT! HUEK-HUEK," teriak Talita dari kamar atas tepatnya kamar Clara.
Clara tidak mau kamarnya itu jadi bau, dan langsung berlari ke atas di susul Levin dan yang lainnya.
"Darrel pea! Bau banget si-alan! Gamau tau pokonya nanti gue tidur di kamar lo! Nanti lo laundry-in semua barang-barang di kamar gue! Titik!" Sebalnya karena abangnya kentut sembarangan.
"Mampus, lagian kentut sembarangan sih lo!" Ferdi mendukungClara dan memanas-manasi sahabatnya itu yang sudah cemberut.
"Abang ga kuat di gituin dek," muka Darrel memelas dan memukul-mukul dadanya buat Talita bergidik masih menutup-nutupi wajahnya dengan rambut agar semuanya tidak ada yang tahu kalau dia adalah Talita si nerd.
"Gamalu apa ish! Nanti si Lita ilfeel loh, jodoh lu makin jauh deh." Clara menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah gila abangnya.
"Lo juga, sukanya marah-marah, nanti cepet tua loh! Trus jodoh makin jauh deh," bukan, ini bukan suara Darrel tapi ini Davin yang membela kembarannya.
"Dasar kembar" celetuk Levin.
"Biarin, gue mah tinggal milih aja. Cap-cip-cup kembang kuncup. Siapa yang gak mau?" Santai perempuan itu seolah tak punya dosa dan keluar kamarnya yang entah mau kemana.
"Keluarga pede tingkat gunung Everest" kali ini Ferdi yang bersuara. Sedangkan yang lain hanya melongo dan geleng-geleng kepala saja.
⬇⬇⬇
Edisi revisi yang masih berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GOAL'S
Teen Fiction"Aku tau ini bukan cerita tentang cinta yang romantis, bukan cerita perselingkuhan, bukan cerita tentang betapa banyaknya liburan kita keliling dunia, bukan cerita kuliner, bukan cerita perempuan yang tiba-tiba jadi mermaid, bukan cerita tentang pan...