22

2.6K 154 3
                                    

"Abang...baju lo dimana-mana nih!" teriakan clara membuat mama dan papanya ikut nimbrung dan bingung melihat anak-anaknya itu.

"Kenapa clar? Ko teriak-te- Masya Allah davin...darrel...kamar kamu kok berantakan gini!!" kaget mamanya yang bola matanya hampir keluar melihat kamar yang sangat berantakan itu.

"Eum...ma jangan panik oke keep calm. Slow ma..." ucap davin yang juga rada panik.

"Mah-mah jangan pingsan ma, nanti kita beresin" timbrung darrel mengacak rambutnya frustasi dan papanya tengah berpura-pura shock sambil mengelus-elus dadanya.

"Berhentiiiiii!! Ini ngapa pada panik sih? Biasa aja kenapa." lerai clara yang mukanya sudah datar benget.

Semuanya menatap clara yang teriak dengan cengiran tak bersalahnya. Setelah keadaan menjadi cukup terkendali lagi, barulah sang mama mulai berucap.

"Kalian mau kemana? Ini malem-malem masih ribut" tanya mamanya.

"Besok kita mau nginep ke pantai dong" jawab clara sok sombong.

"Hadeuh, gitu aja kok ribet" sahut papanya melihat tingkah ketiga anaknya ini.

"Yaudah mama sama papa kebawah lagi ya" ucap mamanya diangguki ketiga anaknya.

"Lo ngapain clar?" tanya davin menatap adiknya bingung.

"Bang rel, chargeran gue yang lo pinjem mana?" tanya clara menuntut.

"Eum, di bawah bantal kali" jawab darrel santai.

Clara mengangkat bantal dan betapa terkejutnya melihat...

•••

"Liat apa ra?" tanya talita penasaran karena ini menyangkut pautkan dengan kekasihnya.

"Sempak?" tanya ferdi ikut menimpali.

"Roti jepang?" tanya levin membuat semua mata melotot ke arahnya.

"Lihat.....





Ilernya bang darrel ngejiplak di sepreinya yang warna putih!" jelas clara.

"Iuuh jorok banget lo kak," timpal fiona.

"Innalillah" kata talita memijit pelipisnya. Sok capek gitu deh.

Clara, levin, talita, ferdi, fiola, dan fiona hanya geleng-geleng kepala, sedangkan davin sudah tertawa terbahak-bahak karena aib adiknya terbongkar.

"Mulut licin banget sih. Kayak minyak" cibir darrel setelah dipermalukan apalagi didepan kekasihnya itu.

Sekarang mereka sudah berada di pantai tujuan mereka untuk bermalam disini.

Dan posisi mereka sekarang adalah duduk melingkar membentuk lingkaran kecil yang ditengah-tengahnya terdapat api unggun.

"Liat deh malam ini bintangnya banyak banget ya" ucap clara yang berganti posisi menjadi tiduran di atas karpet yang sudah disediakan.

Dengan beribu langkah modusnya levin mulai mensejajarkan tubuhnya ke clara dan mulai melihat ke atas.

Hening untuk sesaat karena mereka semua hendak mengambil posisi yang sama.

"Kalo disuruh pilih, kalian mau jadi apa?" tanya davin.

"Kalo gue sih mau jadi bulan. Karena dia tunggal dan selalu hadir di malam hari, walu kadang ketutup awan. Dia itu bak primadona di keheningan dan kedinginan malam" jawab fiona.

"Kalo gue sih, lebih mau jadi bintang. Dia punya banyak temen, menghiasi gelapnya malam dengan gemerlap kecilnya. Apalagi bintang kejora, yang selalu menjadi yang paling terang dan bersinar." jawab levin.

"Kalo gue sih, gamau pilih dua-duanya. Mau jadi diri sendiri aja. Ya walaupun mereka lebih baik dari kita, dan banyak orang berharap menjadi bulan atau bintang karena kelebihannya masing-masing kayak tadi.

Mungkin harapan itu bagus, tapi ya gue gamau ngarep tinggi-tinggi. Gue cukup dari diri sendiri dan punya kalian yang selalu ada buat gue. Itu udah lebih dari cukup." jelas clara. Semua menatap clara kagum, karena clara tidak pernah bicara seserius ini.

"Oh ayolah, walaupun b dengan c dekat. Bukan berarti bintang dan bulan bisa jadi clara begitupun sebaliknya. Kan gue orang, masa' mau jadi bulan bintang. Emang kita kalo meninggal akan jadi salah satu dari mereka? Kita liatnya kan dari atas kalo udah meninggal, kok malah berubah jadi bintang?" lanjutnya. Mereka semua menatap clara dongkol, rupanya memang ia jarang, bahkan hampir tak pernah berkata serius. Jika itu serius pasti ujung-ujungnya akan jatoh menjadi kata nyaris. Nyaris serius.

"Hufft clara, Kayakmya lo capek deh. Yaudah yuk balik ke hotel aja. Lo butuh istirahat" ucap talita, fiola, dan fiona saling menyahuti.

Bahkan dalam perjalanan kaki menuju hotel yang tak jauh arahnya pun clara masih bingung dan terus bertanya-tanya.

Apa kalau kita udah meninggal, kita akan jadi salah satu dari banyaknya bintang di langit?

Bahkan para temannya saja sudah bosan mendengar dan hanya menjawab oleh gumaman dan kata 'semerdeka elo aja deh clar' serempaknya.








Yuhu, pendek banged. Belum revisi

GOAL'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang