Author pov on
Levin melepas pelukannya Karena ia merasa ada yang aneh dah berubah saja hawanya, menjadi seperti tidak enak.
Semua mata memandang jeni dan clara bergantian. Mungkin sekarang jika dilihat dari dunia komik, mata clara menyala seperti silet yang tatapannya tajam, dan ada bayang-bayang hitam menusuk keluar dari tubuhnya. Kalau yang di tulis author ini sih dia lagi emosi (author ditimpuk readers).
Semua sahabatnya yang semula tertawa menjadi hening seketika, begitujuga yang lainnya murid yang berlalu lalang menjadi diam dan memperhatikan mereka.
"Bilang apa?" tengok clara dengan tatapan tajamnya ke arah jeni yang semakin ketakutan dengan aura yang dihasilkan, ini kantin ramai mendadak sepi. Bahkan ada yang terang-terangan kabur sangking takutnya.
Jeni yang ditanya hanya bisa diam, dan tenggorokannya terasa tercekat.
"Kamu kira saya tuli? Dengan seenak jidatnya ngatain orang cabe busuk. Tuhan udah sayang-sayang nyiptain saya, biar bisa ngerasain hidup di dunia dengan damai. Kamu kira nerd tidak akan punya teman? Kamu kira nerd tidak boleh berpacaran?!" bentak clara yang sudah tidak bisa menahan emosinya. Lalu clara pergi dari area kantin yang sudah mencekam itu, dia tidak mau bertanggung jawab atas suasana yang telah ia sebarkan. Itu semua salah jeni.
"Dia.pacar.gue. lo jangan pernah ganggu-ganggu dia lagi!" bentak levin lalu pergi menyusul clara.
"Makannya ngomong saring dulu BITCH!" tambah talita.
"Untung lo gasampe di gulatin sama dia" tambah darrel.
"Jangan nilai orang dari luar-lo gatau kalau dia lebih cantik dari lo." tambah fiona dan fiola.
"Sujud syukur lo gak sampe masuk rumah sakit" kali ini tambahan davin yang tau sekali kalau adiknya emosi seperti apa.
"Centil" tambah ferdi yang sedikit tapi menusuk hingga semua orang yang ada disana berbisik-bisik melihat adegan yang terjadi itu.
'Gila, digituin pasti rasanya sakit'
'Ngomong ga ngaca dulu sih hahaha'
'Dikira levin dkk bakalan bela dia? Ngimpi!'
'Lagian mana ada sih pelet-peletan jaman. Kocak sih ada'
Dan masih banyak lagi yang berbicara tentang jeni dan menertawainya betapa bodohnya dia berkata seperti tadi, dan sekarang temannya saja pun tidak membantunya.
•••
Levin dkk berjalan ke kelas pacaranya itu, mereka tau kalau para pasangannya sedang mencoba meredam emosi yang sesang sedaritadi di tahan oleh clara yang justru membuat suasana kelas menjadi mencekam.
Seluruh murid, selama jam pelajaran tadi hanya diam, yang awalnya suka mengejek clara dkk lebih memilih bungkam, walau mereka belum tau apa-apa tentang clara.
Tapi, cukup yang mereka tau dari kantin tadi.
Clara bukan nerd yang jelek, dia bukan nerd yang lemah, dia nerd yang punya teman, dia nerd yang pintar, dia nerd yang kaya, dia nerd yang punya pacar most wanted sekolahnya. Dan itu cukup membuat semuanya merasa bersalah memandang orang dari luarnya saja.
Dan sekarang, jika sudah begini? Nasi sudah menjadi bubur, emosi clara sudah memuncak dan sudah tidak mungkin ia bisa pendam lagi.
"Ra, balik sama gue ya" pinta levin karena barang-barangnya juga masih ada di rumah clara.
Clara sedaritadi hanya diam, ia sungguh ingin berteriak saja untuk melampiaskannya.
Darrel yang hafal keadaan menyuruh seisi kelas yang sibuk dengan urusan pribadinya untuk diam dan menutup kupingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GOAL'S
Teen Fiction"Aku tau ini bukan cerita tentang cinta yang romantis, bukan cerita perselingkuhan, bukan cerita tentang betapa banyaknya liburan kita keliling dunia, bukan cerita kuliner, bukan cerita perempuan yang tiba-tiba jadi mermaid, bukan cerita tentang pan...