part 7

3 1 0
                                    

Dion pov

Karena tidak suka dengan perlakuan sandra ke viana aku meninggalkannya di kaffe sendirian , bisa aku lihat bagaimana ekspresi wajahnya marah .

Sengaja dari tadi aku mengikuti viana diam diam entah mengapa aku merasa tertarik terhadap dia , mulai dari kelakuannya dan sifat pendiamnyalah yang paling aku sukai. Dia tidak seperti perempuan lain yang agresif dan juga kelakuan yang aku tidak aku sukai , ya seperti suka kasih kado , senyum senyum nggak jelas kalau aku liat bahkan saking jadulnya mereka sempat sempatnya mereka nulis surat ,gila nggak sih kelakuan mereka. Apa segitu tampan ya gw ,hehehe.

Tiba tiba saja terjadi sesuatu hal yang konyol dan viana jadi pusat perhatian semua orang , tidak terlalu jelas perkara kenapa dia sampai tersandung , ah viana viana apa nggak malu ya dia make acara tidur tiduran di lantai lagi .

Sepertinya dia sendang ngedumel nggak jelas ,dari tadi mulutnya terus bergerak mirip orang lagi baca mantra gitu.

Karena tidak ingin melihat dia tesiksa karena malu , aku menghampirinya dan langsung mengendongnya tanpa memperdulikan betapa terkejutnya dia.

"Apa yang sedang kau lakukan kak?" bentak viana padaku sambil melotot dan ekspresinya sangat lucu kalau sedang marah, ingin aku mencium pipinya yang memerah.
Aku hanya diam dan tidak memperdulikan pertanyaanya dan kotorannya.
"Kak apa kakak tuli , turunkan aku disini , kakak bikin malu saja , liat sekarang kita jadi tontonan banyak orang" oleh viana ,
"Apa bikin malu , seharusnya lo bilang makasih kek ke gw karena gw udah mau nolongin lo tadi , lebih malu mana coba di gendong sama cowok tampan atau tiduran di lantai kayak tadi hahaha" tawaku pecah karena tidak tahan mendengar ocehannya.

Author pov

Disini terdapat sandra yang melihat dion sedang mengendong viana , rasanya ingin sekali sandra melabrak mereka dan menyobek nyobek wajah vania.

Karena tidak tahan sandra memilih pergi meninggalkan tempat ini yang tiba tiba saja menjadi tempat yang memuakkan.

Berbeda dengan sandra yang sedang marah . Sekarang
Dion membawa viana ke sebuah taman karena ini weekend jadi lumayan banyak pengunjung yang datang .

"Udah kak cukup sekarang turunkan aku , ini perintah"kata viana membentak.
Tanpa berfikir panjang dion langsung melepaskan tangannya dan mengakibatkan bokong viana mencium tanah dengan sasaran sangat mulus.

"Auww... sakit" ringis vania
"Kenapa kakak malah nglepasin aku dan sekarang kakak bisa liatkan bokongku sakit banget.." Lanjut viana.
"Udah gw nggak mau debat, lebih baik lo bangun, dan lo nggak malu apa sekarang lo jadi pusat tontonan semua orang karena suara lo yang cempreng." Kata dion datar dan dingin.

Tanpa bantuan dari dion, viana mulai berdiri tapi nihil kakinya sangat sakit dan beberapa kali viana mencobanya dia terjatuh lagi.

Tanpa aba aba dion membantu viana untuk duduk di kursi taman dan masih saja viana menghadiahkan dion dengan mata yang melotot.

"Mana yang sakit?" Tanya dion dengan wajah yang sedikit cair tidak dingin lagi ataupun datar.
"Ini" viana menunjuk ke arah kakinya.
"Auww sakit bodoh" ucap viana pada dion dan menghembuskan nafas kasar,
"Lo jangan bawel , diam dan jangan banyak gerak" kali ini dion berkata sedikit dengan nada tinggi.
Alhasil viana hanya bisa menurut dan menutup mulutnya untuk tidak mengeluarkan sepatah kata.

"Masih sakit" tanya dion.
"Udah nggak terlalu ," dan sekarang viana sudah menurunkan kakinya dari paha dion , karena sedari tadi dion mencoba memijat kaki viana walaupun dion sebenarnya tidak terlalu mengerti .

"Hmmm..Apa susah ya kalau bilang makasih" sindir dion
"Oke fine...makasih dionnnnn" jawab viana meniru suara anak kecil.
Tanpa disadari viana ternyata dion sempat tersenyum tipis.
"Tapi kayaknya lo nggak ikhlas deh" sekarang dion menyindir viana dengan tatapan tajam dan kembali ke sifat asli dingin.
"Lo kak jadi orang dingin banget sih gw kan cuma bercanda , dan sebagai ucapan terima kasih dari gw , gimana kalau lo gw traktir , soalnya gw laper banget ni ?" Ujar viana, sebenarnya viana sedikit takut pada dion jika dia sudah berubah menjadi wujud aslinya , jadi untuk mengalihkan amarah dion terpaksa viana ngajak dion makan, walaupun emang viana bener laper pakek kata banget.

"Oke , tapi gw yang pilih tempat" kata dion sambil menggandeng tangan viana dan membantunya berdiri.

Dion tidak tahu bahwa sekarang jantung viana seperti sedang marathon dan juga menahan nafasnya.

Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh , akhirnya mereka sampai di rumah makan khas nusantara viana sibuk memerhatikan interior yang sangat sangat menarik .

"Lo mau pesan apa" dion menyadarkan viana dari lamunanya.
"Hmmm...Apa aja deh yang penting enak"
"Oke ....."
Selagi dion memesan makanan viana mengambil ponselnya yang tadi berada didalam tas dan jarinya mulai mengotak atik ponselnya.

Setelah pesanan mereka datang viana dan dion langsung menyantapnya dalam diam tidak ada dari mereka yang ingin memulai percakapan. Dan viana sangat tidak menyukai keheningan.
"Hmmm..Dion??" Panggil viana .
"Ya kenapa vi?" Dion menghentikan aktivitas makannya.
"Btw lo itu pacaran sama sandra?"tanya viana sambil terus mengunyah makanan nya , dan tanpa dia sadari itu merupakan hal yang sangat lucu bagi dion ,pipi viana mengembang karena mulutnya penuh.
"Sebenarnya nggak sih, gw nganggap dia cuma temen tapi lo tau kan gimana kelakuan kakak lo ,agresif banget. Emangnya kenapa?" Dion menatap viana tepat di manik matanya
"Eh nggak napa napa kok cuma gw kepo" elak viana .
"Ya Udah lanjut makan."Lanjut viana menukar topik.

Setelah sekian lama berkutik dengan makanan , sekarang mereka sudah berada didalam mobil dan entah kenapa dion sangat ingin berlama lama dengan viana . Selam perjalanan memang mereka hanya diam, dan entah kenapa sepertinya hayalan mereka lebih menarik dari pada melakukan suatu percakapan.

Karena dari tadi viana hanyan melamu dia tidak sadar bahwa dion tidak mengantarnya pulang melainkan pergi ke daerah panta yang cukup terkenal di kota mereka.

Merasa terjadi suatu kejangalan viana tersadar dari lamunannya."kak kayang nya kakak salah jalan deh, ini bukan jalan kerumah aku?"ujar viana sambil menatap dion yang masih fokus dan tidak menghiraukannya.
Viana merasa kesal karena dion tidak menjawab pertanyaannya viana menekatkan diri menyentuh bahu dion berinisiatif agar dion tersadar, dan entah apa yang yang dirasakan dion , dia merasa sesuatu yang berbeda.
"Kak , lo mau nyulik gw ya?"viana mulai panik tapi itu menjadi hal terlucu bagi dion.

Dion masih mendiamkan viana tidak butuh waktu lama , mereka sampai di pantai .
"Turun!"ujar dion dingin.

Viana mengikuti langakah dion kemanapun dion pergi satu hal yang terbesit dalm pikiran viana adalah 'indah'.

"Gimana lo suka?"dion menatap viana tang memang dari tadi selalu bergumam kagum akan ciptaan Tuhan.
"Ini indah banget kak !, sumaph deh " jawab viana antusias sambil memperlihatkan 2 jarinya yang berbentuk huruf V.
"Ya udah nikmatin aja , bentar lagi kita pulang"
"Hmmmmm" balas viana.

Berselang beberapa menit menikmati matahari terbenam dion akhirnya mengajak viana pulang dan kali ini dion benar benar mengantar viana.


***

Makin gaje ya guysss, sorry

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kaulah Takdirku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang