10

80 7 0
                                    

Lanjjuuuttt.... Masih flashback

-----------------

"Ini... Bekas apa bi??" Rena menunjuk sisi kanan leher Abi, leher yg selalu menggoda imannya untuk mencium dan menghisapnya setiap saat, membuat Abi mendesah menyebut namanya, itu kini di hiasi sebentuk abstrak berwarna merah bekas kissmark, Rena tercekat, nafasnya sesak, kepalanya berputar sesaat, menyadari, bahwa Abi belum sepenuhnya miliknya, berbagai fikiran buruk terlintas Apa yg di lakukan Abi di luar sana..

Abi mengusap bagian leher yg di tunjuk Rena
"Apa.. Mana??" Abi bingung, karna rasanya tidak ada apapun disana

Rena menyentuh tangan Abi dan sedikit menariknya menuju kamar, keduanya berdiri di depan cermin besar di kamarnya, cermin yang seukuran dengan tinggi Abi itu menampilkan bayangan keduanya, wajah kebingungan Abi memudar menjadi terkejut luar biasa, tempat yg Rena tunjuk membuat jantungnya melompat-lompat, nafas Abi sesak, warna merah kissmark itu tercetak jelas, bahkan dalam jarak 1 meter pun orang dapat meihatnya, karna kulit Abi yg putih khas manusia blasteran

Abi melihat wajah Rena dari bayangan cermin, Rena yg kini menunduk di sampingnya.. Ya Tuhan.. Hilangkan aku sekarang... Bathin Abi berteriak,

Abi menghadap kan tubuhnya menatap Rena

"Ini... Ini... Rena.. Saya.." Abi tergagap mencoba menjelaskan, tapi apa yg akan ia jelaskan, berbohong untuk saat ini bukan cara yg tepat mengobati semua efek jawaban atas pertanyaan Rena

"Aku ngerti..." getaran suara Rena membuat Abi meringis, sebegitu sakitnya kah hati Rena, bagaimana perasaan Rena, kembali smuanya berputar di kepala Abi, aliran air mata Rena terasa ikut mengalir di hati Abi

"Ini.. Engga..."

"Aku ngerti Abi.. Maaf.. Aku belum bisa jadi benar-benar istri kamu..." Rena menekankan kata istri, karna dia memang belum sekalipun di sentuh Abi, dan kini suaminya mungkin sudah menjamah wanita lain demi memuaskan hasratnya, itulah yg ada di fikiran Rena, mengangkat wajahnya, matanya merah berair, nafasnya mulai tidak teratur menahan tangis yg mungkin akan di urainya di hadapan suaminya

Abi menggeleng keras, agar Rena tidak memikirkan hal yg sudah ia lakukan, takut-takut akan lebih menyakitinya, hatinya ikut sakit, Abi masih belum bisa menerima sakit hati Rena dengan kelakuan bodohnya,

"Rena.." Abi mendesah meraih tangan Rena, Rena menepisnya perlahan

"Maafin aku Abi..." desisnya.. Abi merasa tertampar dua kali lebih sakit dari tamparan Intan tadi,. Kenapa Rena yg meminta maaf, harusnya kan dia yg sudah membawa-bawa bekas sialan yg melekat di tubuhnya, Rena makin terisak, tangis nya memilukan, Abi bingung mengusap wajahnya, menarik Rena mendekat, di peluknya tubuh mungil istrinya,

"Maaf... Maafkan saya...!!" bisik Abi menenggelam kan wajahnya di bahu Rena, Rena tidak balas memeluknya, hatinya begitu sakit, airmatanya membasahi kemeja Abi, ia mendorong dada pria yg masih betah mengeratkan pelukannya, sejujurnya siang tadi ia berjanji akan memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri pada Abi, tapi saat ini.. Ia sadar.. Abi sudah meminta nya dari wanita lain,

Abi tidak mengikuti dorongan Rena, hingga Rena memukul dadanya dan mendorongnya lebih keras, Abi menjauh menundukkan wajahnya "maaf..." lirihnya sekali lagi

"Mandi... Aku tunggu di meja makan.." ucap Rena, keluar melalui Abi tanpa menatap sedikitpun wajah Pria yang menunduk lesu di depannya

***

"Abi.. Aku mau pulang" Rena tiba-tiba mengusik keheningan mereka, keduanya sudah berada di kamar, Abi bangun dari duduknya mendekati Rena yg berdiri membelakanginya menatap jendela, hati Rena masih sesak, tidak tau lagi apa yg harus ia lakukan

"Pulang?" tanya Abi perlahan, kini ia hanya berjarak satu langkah di belakang Rena

Rena mengangguk, Abi menarik tubuhnya berhadapan

"Kenapa?"

"Hanya ingin menenangkan diri"

"Selamanya?"

"Kamu maunya selamanya?"

Abi menggeleng keras, merutuki kebodohan pertanyaannya, kedua tangannya memegang lengan kanan dan kiri Rena

"Jangan..." bisik Abi.." saya mohon.. Jangan buat saya mengizinkan kamu pulang.. Nanti apa yg akan di fikirkan Ayah sama bunda.." lanjutnya

"Tapi aku mau.."

"Rena.."

"Abi.. Aku mau pulang.."

"Rena.."

"Abi aku mau pulang.. Aku cuma mau nyoba mikirin segalanya, maafin aku yg udah nyusahin kamu, maafin aku yg malah bikin kamu ga bebas ngelakuin hal yg kamu mau.. Aku tau.. Aku memang bukan siapa-siapa dan gakan pernah menjadi siapa-siaaa.." Rena mengeluarkan unek-uneknya menatap tajam Abi, dengan tarikan nafas perlahan ia melanjutkan "dan kenapa aku harus nangis sekarang, toh aku jadi istri kamu juga ga suci, aku bawa benih orang lain yg aku paksakan agar mau kamu anggap milikmu.. Aku ga semurni dan seterhormat itu.. Aku emppphhh"

Abi tiba-tiba menubrukan bibirnya dengan bibir Rena, ia tidak mau lagi mendengar lanjutan perkataan Rena, ia biarkan tangan mungil Rena memukuli dan mendorong dadanya keras, aliran airmata ikut terasa di wajah Abi, ia masih hanya menempelkan bibirnya hingga Rena kelelahan memukul dan diam, Abi menggerakkan bibirnya melumat dan memagut milik istrinya yg terasa lembut, kenyal dan manis, Rena belum membalasnya, hanya dia memejamkan mata menikmati pemanjaan yg di salurkan Abi ke bibirnya, hingga tanganya refleks melingkari tengkuk Abi, meremas rambut suaminya dengan lembut,hingga membuat styling rambut acak di kepala Abi, mulai membalas ciuman Abi, keduanya saling melumat hingga Abi menarik tubuh Rena mengikis jarak dengan tubuhnya, Abi merasa bersalah, sangat bersalah, dengan Rena membalas ciumannya, kelegaan menguar di hati Abi, ciuman Rena lebih nikmat dari semua ciuman yang pernah ia rasakan, hingga keduanya terengah dan saling menjauhkan wajah

Abi menatap wajah Rena yg selalu memerah saat berbenturan dengan matanya, ia menyukai wajah itu, wajah cantik yang mulai menghiasi fikiran dan hatinya beberapa bulan ini

"Jangan minta pulang... Jangan..!!"
Abi menangkup wajah Rena, aroma segar menguar dari mulut Abi membuat Rena memejamkan mata menikmati nya menghirup dalam-dalan aroma itu, ia tersenyum samar

Abi memeluk Rena dan menancapkan ciuman di puncak kepala istrinya, menghirup dalam-dalan aroma rambut wangi segar dari rambut segar itu,

"Tapi..."

"Rena.. Saya mohon...Saya minta maaf.. Saya khilaf.." Abi masih enggan menjauhkan bibirnya dari puncak kepala Rena, ia kembali mengingat ucapan ibu nya saat ia meminta restu untuk menikah

"Inget ya le' sejeleknya Rena, kamu tetap harus mengargainya, ndak boleh disakiti, apalagi dengan cara kamu yg masih menyukai wanita lain, dan nunjukin bahwa kamu ndak bisa terima Rena, itu ndak akan baik bagi Rena dan bayinya, untuk saat ini jaga saja hatinya, sekali lagi inget.. Adik dan ibu mu ini perempuan, dan perempuan mana yg sanggup kalau terus-terusan disakitin, maunya ibu  pernikahan kamu cuma sekali.. Ndak usah fikirin cinta.. Cinta itu datang karna terbiasa le.."

Rena melingkarkan tangannya di pinggang Abi, menghirup aroma maskulin yg sangat ia sukai dalam-dalam

"Rena.."

"Hmm..."

"Kamu cinta sama saya??"

Tbc

Vote nya please...

UNUSUAL WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang