6. Far

1.2K 248 25
                                    



Kau tahu bahwa sekuat apapun fisik ini

Tapi disaat hatiku merapuh

Maka diriku akan perlahan luruh lenyap

.

.

.


Sujeong nampak terdiam di dalam mobil setelah ia dan Yerim kembali dari apartemen mewah Joohyun dan Hansung –Taehyung-. Cukup terkejut dengan mereka yang bahkan belum menikah namun memutuskan untuk tinggal bersama, namun bukan hanya itu saja yang membuat Sujeong terdiam. Kata-kata lelaki itu cukup membuat relung hatinya terluka, walaupun lelaki itu –hanya- lelaki yang mirip dengan orang di masa lalunya. Sujeong sedikit melirik ke arah kaca spion memperhatikan sebuah mobil yang sedari tadi mengikuti mobil ini.

Ia memicingkan matanya, cukup penasaran dengan sosok yang tak nampak jelas di balik kaca mobil hitam itu.

"Ahjussi, kita ke kedai depan di sana yah!" Sujeong sontak berbalik menatap Yerim.

"Nona, bukankah sebaiknya kita langsung pulang saja?"

Yerim memicingkan matanya tak suka, "Aku tidak mau. Ahjussi, ikuti perkataanku atau aku akan memecatmu"

Pak Hwang yang memang pendiam itu hanya menganggukkan kepalanya, ia tak akan rela pekerjaannya hilang begitu saja. Sujeong mendesah gelisah, di saat situasi seperti ini tidak baik untuk Yerim terus berkeliaran seperti ini. Namun, anak ini sungguh menyebalkan dan keras kepala.

"Bukankah nona sudah makan?"

"Aku memang sudah makan!" ucapnya dengan nada menyebalkan, "Kalian berdua keluar!"

"Ne?" ujar Sujeong dan pak Hwang terkejut.

"Ada apa dengan kalian? Aku tidak berniat menurunkan kalian di sini. Turun! Dan kau eonni buka pintu untukku!" perintahnya, Sujeong hanya mengikuti perintah nona muda itu pasrah.

Yerim berjalan memasuki kedai sederhana itu lalu duduk di salah satu kursi di sana, Sujeong dan pak Hwang mengernyit menatap nona mudanya bingung, "Ada apa lagi dengan kalian sih? Duduk!"

Sujeong mendudukkan diri, "Nona?"

"Diam. AHJUMMA, SAMGYETANG DUA, DDEOKBOKI SATU DAN 3 KALENG COLA!" teriaknya, dibalas anggukan oleh wanita paruh baya itu.

"Nona?" pak Hwang kini mulai berbicara karena ia tak mengerti mengapa bisa duduk semeja dengan majikannya.

"Kalian belum makan, kan? Aku berbaik hati mentraktir kalian. Aku tahu bahwa kalian hanya orang miskin, jadi aku traktir kalian di kedai saja. Terlalu mencolok kalau di restoran, levelnya terlalu tinggi untuk orang seperti kalian!" ujarnya menohok. Namun Sujeong dan pak Hwang bertukar pandang lalu tersenyum kecil. Yerim kembali bergelut dengan ponselnya memainkan game online kesukaannya.

Tak berapa lama, pesanan mereka datang.

"Samgyetang untuk mereka dan ddeokboki untukku!" ucapnya, "Makanlah!" perintahnya masih dengan nada ketus.

"Terima kasih nona!" Sujeong dan pak Hwang mulai menikmati makanan mereka.

"Oh iya!" ucapan Yerim membuat Sujeong dan pak Hwang yang hendak menyendokkan makanan berhenti, mereka menatap Yerim was-was, "Lain kali jangan biarkan orang lain menghina kalian. Cukup aku saja yang menghina kalian, mengerti?"

The Bridge To Dreams [Jilid II] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang