15. At The Last Gasp

1.2K 240 41
                                    



Diriku sekarat

Begitu pula dirimu

Sama juga seperti dirinya


Kita adalah orang-orang yang akan mati

Karena kekejaman orang lain

Tidakkah ini terlalu tragis?

Akhir hidup yang tak pernah diinginkan

Bahkan

Oleh siapa pun

.

.

.

Gadis itu terus terdiam memeluk lututnya menatap kosong apa yang ada di hadapannya. Air matanya perlahan mengalir dalam kebisuan mulut yang bahkan enggan untuk bergerak sedikit pun. Sedangkan empat lelaki di depannya tak henti-hentinya menghela napas karena tak pernah direspon oleh gadis itu.

"Sampai kapan kau akan seperti ini, Ryu Sujeong?" Kim Seokjin mulai buka suara kembali namun lagi-lagi tak ada satu kata pun yang keluar dari Sujeong.

Seokjin menghela napas kasar, "Diamlah sampai mulutmu benar-benar merekat dan tak bisa bergerak kembali. Aku benar-benar berpikir keras, bagaimana bisa kau bersekongkol dengan musuh? Kau harusnya membunuhnya saat tahu dia musuhmu!"

Mingyu meletakkan tanggannya di bahu Seokjin seakan menenangkan, "Jangan seperti itu, hyung!"

"Jangan terlalu memaksakannya, lebih baik kita keluar dan memberinya waktu!"Jisoo menimpali.

Mingyu dan Seungchul mengangguk namun Seokjin yang masih terduduk di kursi roda itu hanya pasrah ketika Jisoo perlahan menggerakkan kursi rodanya keluar.

"Dia dikhianati oleh negaranya, karena itu ia mengkhianat juga dan berusaha pergi. Dia bukan musuhku lagi!" langkah mereka terhenti.


"Aku adalah orang yang ditugaskan membunuh pengkhianat ini!"


Mingyu mengingat ucapan lelaki yang mereka lihat saat kejadian itu berlangsung. Lelaki itu tertawa hampa, "Jadi begitu. Kenapa aku tiba-tiba kasihan padanya? Tapi-" Mingyu berbalik menatap Sujeong, "Rasa kasihanku perlahan hilang mengingat apa yang telah ia lakukan pada VIP, padamu, pada kita dan PADA RAKYAT KOREA SELATAN. Setelah apa yang dia lakukan, hanya karena dia mengkhianat kepada negaranya. KAU MENGANGGAP DIA BUKAN MUSUHMU LAGI?"

Kepala Sujeong bergerak, menoleh menatap Mingyu. Air matanya semakin mengalir deras, "Aku mengarahkan pistolku padanya tapi tanganku bergetar hebat, saat akhirnya aku berhasil menembaknya.... aku, aku bahkan merasa diriku ingin mati. Melihat darah yang mengalir di tubuhnya, wajahnya yang penuh kesakitan, aku tak sanggup. Kau fikir itu karena apa?"

"Kau mencintainya?" tanyanya lemas.

Sujeong kembali menatap ke arah lain, "Bunuh saja aku! Aku adalah seorang yang jatuh cinta pada musuh. Aku mencoba pergi bersamanya dan meninggalkan negara ini, jadi bunuh saja aku!"

The Bridge To Dreams [Jilid II] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang