5

1.6K 203 23
                                    

TEPAR ... nulis chapter ini rasanya makan jiwa raga banget -_-
Saya putusin untuk mengusahakan minimal 1 chapter per bulan, jadi kemungkinan chapter berikutnya bulan depan (tolong jangan minta lebih cepat, jiwa saya gak sanggup nulis cerita ini dikebut-kebut, terutama karena saya gak mau nulis cerita ini asal-asalan).

In any cases, enjoy.

---

Darien tahu begitu Ho'okano dan rombongannya hilang ditelan hutan, saat itu juga ia langsung menghiraukan amaran teman barunya dan menatap dinding pohon disekitarnya dengan penuh rasa ingin tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Darien tahu begitu Ho'okano dan rombongannya hilang ditelan hutan, saat itu juga ia langsung menghiraukan amaran teman barunya dan menatap dinding pohon disekitarnya dengan penuh rasa ingin tahu. Satu minggu penuh ia hanya mengamati hutan itu dari pinggirannya, mempelajari struktur tanah, dan tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh di pinggiran hutan. Selama berhari-hari hatinya gatal untuk menjelajahi hutan itu, mempelajari lebih banyak, tahu lebih banyak. Tapi penduduk desa dan nyalinya selalu berhasil menghentikan kakinya untuk melangkah lebih jauh. Kini ia berada di tengah-tengah hutan itu, dan tak ada seorang pun yang dapat menghentikannya selain dirinya sendiri.

Kegelapan sama sekali tak mengganggunya. Dengan satu jentikan jari, bola energi kembali terbentuk dan menerangi langkahnya. Peta Ho'okano ada di saku dadanya, dan sambil mengeratkan jubah untuk menjaga kehangatan tubuhnya, pria itu mengangkat tas perlengkapannya, membulatkan tekad dan mulai melangkah lebih jauh ke dalam hutan.

Air terjun Samsara jelas berbeda dengan daerah hutan yang hendak dijelajahinya. Untuk sampai ke air terjun, Darien, Ho'okano dan Keahi hanya perlu mengikuti aliran sungai dari pinggir desa ke dalam hutan Samsara, dan untuk kembali ke luar desa pun mereka hanya perlu mengikuti aliran sungai itu. Cukup jauh memang, dan hutan yang harus mereka lalui memang lebat, tapi sama sekali bukanlah jalan yang sulit untuk ditemukan. Pedalaman hutan Samsara jelas adalah cerita yang berbeda. Hutan ini tak akan menjadi tempat pembuangan jika orang-orang dapat dengan mudah keluar dan masuk ke dalamnya.

Dari air terjun tempatnya berasal Darien menemukan semacam jalan setapak kasar yang melandai, sebagian besar jalannya mengikuti letak tanah, tapi tak jarang ia menemukan batu pipih yang dapat dijadikannya batu loncatan. Ho'okano sempat memberi tahu Darien bahwa penduduk desa sering mengasingkan penduduk yang menderita sakit keras ke hutan ini, dan dua tahun lalu Ho'okano sendiri sempat melakukan pencarian orang ke dalam hutan. Jalan setapak yang ditemukannya ini mungkin adalah bekas usaha pencarian atau buatan dari orang-orang terasing dari desa. Apapun itu, Darien cukup senang untuk menjadikan jalan itu sebagai pintu masuk menuju hutan.

Darien mengikuti jalan setapak itu perlahan, awalnya menurun tapi tak jauh kemudian meninggi, kemudian berkelok dan kemudian menurun kembali. Semakin jauh ia melangkah semakin sempit jalan setapak yang dilaluinya, semak belukar tak jarang menutupi tanah, dan pada beberapa titik Darien semakin sulit membedakan apa jalan yang dilihatnya adalah benar jalan setapak atau hanyalah semacam alur yang menyerupai jalan. Sampai akhirnya jalur yang diikutinya tertutup sempurna oleh semak pakis dan lumut. Darien memutuskan untuk berhenti.

Cahaya fajar mulai mengintip dari celah-celah dedaunan pohon yang menjadi atap kepalanya. Darien mematikan bola energinya dan membalikkan tubuh hanya untuk menemukan bahwa ia sama sekali tak mengenali jalan yang baru saja dilaluinya. Hutan Samsara terasa sangat sunyi, gelap dan udaranya penuh dengan aroma lumpur daun yang pekat. Tak ada suara apapun yang dapat didengarnya selain sedikit suara gemerisik daun. Tak ada suara burung, atau bahkan serangga, hanya suara daun yang anehnya tak diiringi oleh hembusan angin yang dapat dirasakan langsung oleh tubuhnya. Darien masih dapat melihat jalan setapak yang baru dilaluinya, tapi tanpa jalan itu, ia sepenuhnya yakin kalau ia pasti tak dapat menemukan jalan kembali menuju air terjun tempatnya harus menunggu. Penjelajahan ini bagai pertaruhan bagi Darien. Ia dapat melangkah maju menuju ketidak pastian, atau kembali ke air terjun tempat Ho'okano pasti akan menjemputnya tiga hari kedepan. Tiga hari adalah waktu yang cukup panjang untuk hanya dihabiskan dengan menunggu.

The Healer [Canceled Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang