Sepertinya dari segi apdet cerita, aku mulai ingin bersaing dengan opa G.R.R Martin, yang sampe 20 tahun seriesnya gak tamat-tamat juga, ahahaha
Untung hari ini apdet, gak pake lama-lama deh, langsung aja:
-----------------
"Seorang tabib?! Ho'okano benar-benar sudah keterlaluan!" umpat Kalea seraya mencincang daging di depannya dengan kasar. Wanita setengah baya itu bergerak dari satu sisi ke sisi lain dapurnya dengan gesit dan dalam sekejap saja aroma semur kentang daging seketika memenuhi ruangan kecil itu. Darien menelan air ludahnya perlahan, separuh untuk mencegah air liurnya menetes karena lapar, separuh karena gugup.
"Tiga tahun bocah kota itu menghabiskan waktunya untuk membangun benteng dan rumah mewahnya yang tak berguna, dan begitu akhirnya ia pindah ke desa ini, ia membawa segala jenis sihir kota tempatnya tinggal ke desa ini! Kami tidak butuh tabib! Kami tidak perlu sihir!" runtuk Kalea seraya menghempaskan sepiring semur kentang daging dan segelas air ke hadapan Darien.
"Kau dengar aku anak muda? Kami tidak membutuhkanmu!" sembur wanita itu lagi, kali ini langsung ke wajah Darien yang hanya mampu ditanggapi tabib muda itu dengan anggukan. Pria itu jelas-jelas sedang kelaparan, tapi perlakuan Kalea dan gerombolan penduduk desa yang kini menatapnya curiga dari jendela dapur sama sekali tak dapat membuatnya berani menyendokkan sesuap daging pun ke mulutnya.
"Apalagi yang kau tunggu, hah? Kau kelaparan, kan? Kalea adalah juru masak terbaik di desa ini, apa kau mau menghinanya dan tak mau memakan masakan seorang wanita desa?" hardikan salah seorang penduduk desa yang diiringi caci maki penduduk desa lainnya dari jendela mau tak mau langsung menyentakkan Darien di tempat duduknya. Ia belum pernah mendapatkan perlakuan seperti ini sebelumnya.
Roselan adalah kota yang dingin, jika orang membencimu, maka mereka akan membicarakanmu secara diam-diam dan tanpa sepengetahuanmu, tiba-tiba saja seluruh kota menjauhimu seolah kau adalah seorang pengidap penyakit menular. Meninggalkanmu sebagai seorang terkucil yang kebingungan. Hal ini sepertinya tidak berlaku di Morbos. Mereka memang menyatakan kebencian mereka secara terbuka, tapi saat perut pengkhianat Darien berseru nyaring menuntut makanan, mereka tetap secara suka rela menyodorkannya ke arah rumah penginapan terdekat dan memperkenalkannya pada Kalea. Warga Morbos tak dapat dikatakan ramah, tapi mereka cukup manusiawi untuk tidak membiarkan seorang pendatang kelaparan.
Berusaha menghiraukan tatapan menusuk dari orang-orang disekitarnya, Darien pun menyuapkan satu potong daging ke mulutnya, suapan itu kemudian disusul oleh suapan kedua dan ketiga, dan tanpa ia sadari, tiba-tiba saja ia sudah mengais dasar piringnya dengan sendok. Berusaha mendapatkan tetesan terakhir kuah semur yang kini telah berpindah tempat ke perutnya. Ia tak benar-benar sadar apakah ia terlalu lapar untuk merasakan makanannya, atau makanan itu terlalu enak sehingga membuatnya kehilangan ingatan selama beberapa saat, tapi dua hal yang pasti tentu saja adalah kenyataan bahwa satu piring semur daging tidak cukup untuk membuatnya kenyang, dan ia ingat bahwa ia terlalu takut untuk meminta porsi kedua.
"Te, terima kasih atas makanannya ..." ucap Darien pelan sambil membungkukkan tubuhnya sebagai tanda hormat. Darien berniat untuk segera membayar makanan yang baru disantapnya dan berlari kembali ke pondok kecilnya, tapi Kalea jelas memiliki ide yang berbeda.
"Jangan menghinaku anak muda! Tak ada pelanggan yang keluar dari kedai penginapanku dengan perut masih lapar. Semua orang makan sampai kenyang di tempat ini dan kau bukanlah pengecualian!" gertak wanita itu seraya dengan cepat mengisi lagi piring Darien dengan lebih banyak daging dan kentang. Gelasnya pun kembali diisi dengan air, dan setelah Darien menghabiskan porsi besar semur kentang daging keduanya, menandaskan minumannya sampai habis dan menyandarkan dirinya pada sandaran bangkunya dengan puas, barulah ia sadar bahwa tak ada satu pun dari penduduk desa di luar jendela dan bahkan Kalea yang menyela waktu makannya. Mereka hanya mengamatinya dalam diam. Kecurigaan masih tergambar jelas di wajah mereka, tapi Darien juga dapat menemukan rasa ingin tahu yang sangat dalam pada setiap wajah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Healer [Canceled Series]
FantasyDarien Otoniel Plouton adalah seorang tabib. Muak dengan kehidupannya di kota besar, Darien membereskan seluruh perlengkapannya dan memutuskan untuk menerima panggilan dari Morbos, desa terpencil yang terletak di pulau Vitum. Pulau yang bahkan kebe...