Saya terakhir apdet cerita ini di bulan November 2017 jir ...
Maafkan saya, tapi kerjaan saya di dunia nyata lagi bener-bener gak kelawan sih. Temen-temen seprofesi saya aja gak ngerti gimana saya bisa nyari waktu nulisa ahahahaha ... in any case, The Healer kembali apdet. Pendek sih, tapi yang penting apdet.
Enjoy guys!
===
Othniel serta merta mengumpat saat ia melihat perahu kakaknya melabuh di pesisir pantai Pato. Wajah kakaknya tampak serius, dan Ho'okano yang berjalan di belakangnya tampak memiliki wajah yang tak kalah kalutnya. Othniel tahu makna dari ekspresi itu. Perang tak terelakkan.
"Pemanah! Jaga formasi!" serunya lantang.
Separuh dari tentara di bawah kepemimpinan Farrokh adalah pemanah yang terlatih, namun penduduk Pato adalah cerita yang berbeda. Mereka adalah nelayan, dan segelintir di antara mereka yang dapat menggunakan busur dan panah hanyalah pemburu serabutan yang lebih sering memanah kelinci ketimbang manusia. Othniel tak memiliki banyak pilihan, tapi ia juga seorang Maximus, kemampuannya seharusnya cukup untuk menghentikan seratus tentara Olanti. Itu jika saja beberapa jam yang lalu ia tak harus menerima ledakan kekuatan sihir Darien.
Kakaknya mungkin tidak mematahkan tulangnya, tapi rasa nyeri yang menjalari lengan utamanya saat ini jelas bukan sesuatu yang dapat dikategorikannya sebagai luka ringan. Othniel menarik napas dalam dan menempelkan ujung jarinya ke bibir.
Tiga kapal besar Olanti kini melabuh di pesisir Pato, dan satu per satu perahu bermuatan tentara mulai bergerak dengan cepat ke arah pantai. Ia dapat melihat tiga orang berpakaian hitam mengepalai tiga perahu terdepan. Para tentara sihir Olanti.
"Kau tahu apa yang harus kau lakukan?" tanya Darien saat ia sampai ke sampingnya. Othniel mengangguk.
"Aku bisa memberimu sekitar tiga jam," ucap Othniel yang dibalas kakaknya dengan senyuman.
Dari sudut matanya ia dapat melihat Darien menarik seekor kuda dari belakangnya dan dengan cepat menunggangi kuda itu menuju Morbos. Ho'okano menyusul di belakangnya. Othniel tak terlalu keberatan. Bagaimanapun juga Ho'okano bukanlah seorang petarung.
Suara ledakan mengembalikan perhatian Othniel ke medan di depannya. Salah satu dari tentara sihir Olanti baru saja menghancurkan salah satu barikade kayu yang mereka letakkan sebagai penghalang jalan. Satu lagi ledakan melenyapkan barikade kayu kedua.
Mereka memasang sepuluh barikade untuk menghalangi jalan tentara Olanti, tapi tentara sihir Olanti baru saja menghancurkan dua di antaranya sebelum mereka bahkan mencapai pantai Pato. Othniel tahu ia harus melenyapkan mereka terlebih dahulu.
Perlahan namun pasti ia menghembuskan udara bercahaya ke jari pada bibirnya, dan menarik udarah bercahaya itu membentuk seutas benang keemasan. Jarinya terus bergerak membentuk benang emas itu menjadi sebuah oktagram dan mengukir sudut-sudut bintang bermata delapan itu dengan ukiran-ukiran huruf kuno. Sihir kekuatan bangsa Arav.
Tak sampai sekejap ia melontarkan oktagram itu ke udara membentuk sebuah bola energi yang membara di atas kepalanya. Ia dapat merasakan lengan kanannya berdenyut dan bergetar kesakitan. Napasnya seketika terengah. Othniel seketika memegang lengan kanannya. Ia tak boleh menunjukkan kelemahan pada lawan. Ia adalah Maximus II. Hanya ayahnya yang memiliki kehormatan untuk mengalahkannya dalam adu kekuatan.
Satu lagi ledakan menghancurkan barikade desa Pato. Seratus dua puluh tentara menghambur menyerbu ke arah mereka dengan tatapan haus darah. Teriakan peperangan mereka menanamkan beni ketakutan pada siapa saja yang mendengarkan. Othniel dapat merasakan beberapa tentara Farrokh bergetar, sementara sebagian besar dari penduduk Pato tampak mundur satu langkah.
Othniel menutup mata, merentangkan tangannya dan bersiul. Bola energi di atas kepalanya seketika meledak, melemparkan ribuan panah sihir ke arah barisan terdepan tentara Olanti. Matanya terbuka untuk menatap puluhan tentara lawannya berguguran. Tiga tentara sihir yang berdiri di antaranya kini tampak menatapnya dengan tatapan tak percaya. Mereka selamat karena tubuh mereka dilapisi oleh tabir pelindung.
Ketakutan yang tadi dirasakan para tentara Farrokh dan penduduk Pato seakan lenyap. Mereka mendapatkan semangat dan keberanian yang baru. Othniel tersenyum sebelum menggambar dua oktagram baru dan melontarkannya ke langit. Kali ini ia tak menunggu sebelum melancarkan siulannya. Hampir separuh tentara Olanti kini gugur. Tiga tentara sihir Olanti kini menatapnya dengan tatapan membunuh. Mereka masih berdiri di tempat mereka. Tak tergoyahkan.
"Olanti terkutuk!" desis pria itu sebelum menoleh ke arah Farrokh yang sedari tadi siap menunggu perintah di sampingnya. "Aku akan menyerang ketiga bedebah itu secara langsung. Jangan biarkan mereka menyerbu sampai ke barikade ketiga!" perintah Othniel lantang. Sang Perjaabi mengangguk.
Othniel dapat merasakan napasnya tercekat. Tangan kanannya kini tak dapat digerakkan, dan tangan kirinya mulai terasa kebas. Ia dapat mendengar teriakkan Farrokh di belakangnya. Ratusan panah berterbangan, sebagian besar menancap tak terlalu jauh dari depannya, tapi beberapa panah yang berhasil terbang lebih jauh tampak menancap mantap dan menjatuhkan beberapa tentara Olanti.
Othniel tersenyum. Dengan satu kibasan jubahnya, ia menampik hujaman panah sihir dari tiga tentara sihir di depannya. Othniel bersiul mantap, dan sebuah panah sihir melesat cepat menembus leher dari salah satu tentara sihir Olanti. Tangan kirinya dengan cepat menghunus pedang dan menebas tangan tentara sihir Olanti kedua. Pria itu masih hidup, tapi ia tak akan melancarkan serangan sihir dalam waktu dekat.
Othniel baru akan melancarkan serangan pada tentara sihir terakhir, tapi pasir di bawah kakinya seketika bergeser dan membuatnya kehilangan keseimbangan. Dua panah sihir melesat cepat di atas ke arahnya, dan jika bukan karena refleksnya yang terlatih, kedua panah itu pasti sudah menancap di kepala dan jantungnya.
Othniel seketika menghembuskan udara bercahaya yang membentuk tabir pelindung tepat sebelum lima pedang yang terbuat dari pasir menghujamnya. Othniel menatap tentara sihir Olanti yang kini berdiri di depannya. Tangannya tertangkup siap melancarkan serangan untuk menghabisi Othniel.
"Kau benar-benar melupakanku, ya, Tuan Muda?"
Keahi. Itu nama yang diberikan Darien saat kakaknya memperkenalkan pria bertubuh raksasa yang kini menghantam sang tentara sihir di depannya. Othniel dapat mendengar suara berderak saat tubuh penyihir lawannya itu menghantam tanah dan terhimpit tubuh besar sang pemimpin Pato.
"Kakakmu mengatakan kalau kau akan bertindak gegabah," ucap pria itu seraya melemparkan sebotol cairan milagres ke tangannya. "Kurasa aku harus menerima kalau kakakmu itu selalu benar." Dengan satu tarikan Keahi menarik tubuh Othniel dan membantunya berdiri.
Othniel kehilangan kata-katanya. Keahi sama sekali tidak salah. Ia benar-benar melupakan keberadaan pria itu. Lebih karena jika dibandingkan dengan Darien, Ho'okano atau Farrokh, Keahi tampak sangat tak berarti. Sesuatu yang jelas terbukti salah mengingat pria itu berhasil mengalahkan seorang tentara sihir dengan tangan kosong—dengan tubuh kosong mungkin tepatnya.
"Minum cairan itu, Tuan Muda! Peperangan ini masih jauh dari selesai," desis Keahi yang seketika mengembalikan perhatian Othniel kembali ke medan di depannya. Tanpa ia sadari pasukan Farrokh kini telah ikut turun bersama beberapa puluh penduduk Pato untuk menghalau tentara Olanti.
Pasukan Farrokh mungkin trampil dan kuat, tapi penduduk Pato satu per satu berjatuhan bagaikan boneka tak bernyawa. Othniel mengeraskan rahangnya dan meneguk cairan milagres dari Keahi itu dengan cepat. Merasakan kekuatannya dengan cepat kembali.
Keahi benar. Pertempuran ini belum berakhir.
To Be Continued
Video: They fought as Legend by Epic Score
KAMU SEDANG MEMBACA
The Healer [Canceled Series]
FantasyDarien Otoniel Plouton adalah seorang tabib. Muak dengan kehidupannya di kota besar, Darien membereskan seluruh perlengkapannya dan memutuskan untuk menerima panggilan dari Morbos, desa terpencil yang terletak di pulau Vitum. Pulau yang bahkan kebe...