Segala Kemungkinan

2.2K 161 12
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Rated M

Genre : Crime, Romance, Hurt/Comfort

Pair : NaruHina, slight NaruShion also Boruto, Himawari, and Hana :D

Warning : Typo, OOC, ColdHina, KillerHina, Karakter Hinata di sini sangat kuat, cukup sama dengan Hina di RTN, dan masih banyak yang lain.

Don't Like Don't Read! I've Warn You! :)

SEQUEL "NOT AN ORDINARY WOMAN" AND "MISS YOU"

OoOoOoOooOoO

Hope You Enjoy :)

OoOoOoOoOoOoOoO

"Baik terima kasih atas infonya." Hinata tersenyum kecil saat mendapat kabar tentang Apartement yang akan ia tinggali nanti. Dia sengaja tidak ingin mencari rumah sendiri karena takutnya nanti banyak orang yang bisa melacak keberadaannya. Kalau misalnya menyewa apartement, dirinya bisa pergi dari sana kapan pun dan mencari lagi tempat lain.

Sampai sekarang pun Hinata masih setia berkutat dengan pekerjaannya. Pekerjaan kotor yang sudah di bebani padanya sejak kecil. Kedua orangtua yang menanamkan pekerjaan ini hanya untuk mendapatkan penerus mereka.

Mengingat sudah berapa nyawa melayang di tangannya, mau tak mau membuat sang Hyuuga meringis. Kapan dia bisa bebas dari pekerjaan ini? Jawabannya sudah pasti, tidak akan pernah bisa.

Dirinya beruntung karena di tengah-tengah siksaan pekerjaan yang ia jalani, masih ada kedua buah hatinya. Boruto dan Himawari. Mereka penyemangatnya. Karena mereka Hinata masih bisa bertahan, dan karena mereka juga dirinya masih memegang satu pekerjaan yang sampai sekarang belum terselesaikan.

"Hh," dua hari berlalu sejak penyergapan Bandar narkoba yang ia lakukan. Polisi masih mencari keberadaannya, tentang siapa yang membunuh kawanan pengedar itu dan membiarkan para pencandu narkoba tergeletak tak berdaya di dalam sana.

Entah itu suatu hal yang patut di puji atau di hina.

Pandangan Lavender itu menerawang, melihat kaca jendela besar yang bisa menampakkan taman kecil di belakang rumahnya. Siang ini ia sengaja mengepak barang-barang yang akan di bawa besok pagi.

Mereka akan pindah besok. Jantungnya masih berdetak kencang sampai sekarang. Ada perasaan senang dan takut menjalarinya. Memikirkan wajah Suaminya itu sudah cukup membuat air mata menggenang di pelupuknya. Betapa ia sangat merindukan Naruto.

Tawa, suara cempreng, sifat manja, pelukan, bahkan sifat possesivenya.

"Kaasan, kok melamun??"

Kaget, Hinata tersentak kembali dari lamunannya. Pemuda kecil yang tadinya ia kira sedang bermain dengan adiknya di taman sekarang malah ada di sampingnya. Menatapnya khawatir. Ah biarpun umurnya sudah beranjak enam tahun tapi sikap buah hatinya ini patut di acungi jempol.

"A-ah, tidak apa-apa, sayang. Sana main lagi sama Hima,"

"Kaasan masih marah ya sama kita?"

Marah? Kening Hinata berkerut. "Siapa yang marah? Kaasan sama sekali tidak marah sama kalian. Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu, Boruto?"

Bisa ia lihat bagaimana Boruto meremas tangannya sendiri, dan menunduk lesu. "Habisnya Kaasan suka melamun terus akhir-akhir ini. Aku kira Kaasan marah karena aku sama Hima minta pindah ke Konoha."

Kenapa Putranya ini bisa berpikiran seperti itu? Hh, dia harus bisa mengendalikan sikapnya kalau tidak mau membuat kedua buah hatinya khawatir. Hinata tersenyum kecil, merentangkan kedua tangannya. "Sini, sayang." Memanggil putra sulungnya,

Not An Ordinary MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang