Normal pov. (Pt. 19)
'BRAKK!'
"Omo! Taehyung-ah! Haish.. tidak bisakah kau buka pelan-" Jimin tercekat. Umpatan di ujung lidahnya hilang. Hazel mahoni yang menyala marah di ambang pintu itu seakan menusuknya hidup-hidup. "W..waeyo, Tae? D.. di mana ember dan air..nya?" Jimin bertanya ragu. Perlahan mundur selangkah demi selangkah. Deru napas Taehyung yang memburu itu seakan mengurungnya.
"Kau! Kenapa.. Kenapa tidak mengatakan yang sebenarnya, eoh?!" Taehyung menghentak marah.
"A.. apa maksudmu, Tae?"
"Jungkook dan Seok Jin hyung. KENAPA KAU MENYEMBUNYIKAN ITU DARIKU, HAH?!" Bentakan menusuk telinga Jimin. Taehyung berdiri tepat di hadapannya; mencengkram kerah baju dan memaksa sahabatnya itu untuk menatap langsung ke mata.
"Kau pikir menyenangkan melihat mereka saling melumat bibir dan bergandengan mesra tepat di depan matamu, hah?! Itu menyakitkan dan kau membantu mereka untuk menyembunyikan itu dariku?!"
"AKU TIDAK MENYEMBUNYIKAN APAPUN DARIMU, KIM TAEHYUNG!" Jimin balas berteriak. Mendorong kuat tubuh Taehyung hingga cengkraman pada kerah bajunya lepas. "Jungkook sudah mengetahui tentang taruhan antara kau dan Hoseok. Di mana kau mencintainya hanya demi mencegah tersebarnya sedikit aibmu pada video halloween itu."
Kali ini pemuda Kim yang tersentak. Belah bibirnya terkatup samar menyembunyikan tanya yang sukar terucap.
"Orang jahat. Itulah dirimu di mata Jungkook sekarang. Entahlah bagaimana bisa ia tahu tentang taruhan itu, Tae. Tapi faktanya, Seok Jin hyung sudah menggantikanmu dan aku hanya sedang menunggu waktu yang tepat untuk memberitahukanmu tentang semua ini."
Sinar dari sepasang iris hazel itu meredup cepat. Kilatan amarahnya kini lenyap berganti putus asa. Jimin tak menghiraukan itu, ia tahu Taehyung tidak akan sanggup jika ia bicara lebih rinci lagi.
"Ku sarankan kau untuk tidak memaksa Jungkook mengerti tentang keadaanmu sekarang, karena bagaimana pun juga justru di sini dialah yang paling tidak mengerti apa-apa, Tae. Cobalah untuk menerima dan aku akan pastikan kita selesaikan ini bersama." Jimin berujar pelan, mengusap bahu sahabat Kim-nya itu. Tersenyum tipis saat mendapati helaan napas berat dari lawan bicaranya.
-
-***
-
-Taehyung pov.
Detak jarum jam terdengar makin mendominasi, ku rasa kelas sudah benar-benar kosong sekarang. Tertinggal aku -Kim Taehyung- seorang diri.
Mataku sudah terpejam cukup lama, mencari ketenangan sejenak sebelum memori buruk itu justru kembali merasuki ingatanku.
"Sial."
Mungkin jika aku punya cukup keberanian saat itu, wajah Kim Seok Jin sudah ku pastikan dipenuhi lebam. Melihatnya mencicipi bibir Jungkook sudah cukup membuatku gila semalam penuh, dan kini.. Kejadian itu tidak juga berhasil ku lupakan. Jika saja tinju itu benar-benar ku layangkan pada wajahnya, jika saja saat itu langsung ku dapati penjelasan dari Jungkook, jika saja Jimin tidak memberitahukanku bahwa semua taruhan itu sudah terbongkar.. Aku pasti masih bisa baik-baik saja sekarang.
"Oi, Taehyung-ah, di sini kau rupanya. Puas aku mencarimu.. Haish."
"Waeyo?" mataku terbuka malas. Mengunci teman sekelasku -yang entah dari mana datangnya- itu dengan sorot tajam tidak sabaran.
"Aah.. Aniyo, Irene sunbae berpesan untuk memanggilmu saat aku lewat di depan ruang musik tadi."
"Irene? Hahah, kau pasti salah.. Yeoja itu tidak mungkin memanggilku di siang bolong begini." tangan kananku mengibas acuh, ingin rasanya tertawa saat mendengar bahwa gadis itu sedang mencariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush on R!VAL [VKOOK]✔
FanfictionHanya gara-gara taruhan itu.. Hidupku dan dia berubah total. Saat benci ini berubah menjadi perasaan yang terasa manis. Aku mungkin sudah jatuh cinta padanya, musuh bebuyutanku sendiri.. Tapi asal kalian tahu, kisah kami tidak sesederhana itu. ©p...