chapter 10

87 11 15
                                    

Aku dan zayn sedang didalam perjalanan menuju.... entahlah, Dia tidak memberi tahuku mau kemana, yang pasti katanya dia akan membelikan hadiah untuk adiknya.

Zayn memarkirkan mobilnya saat kita sudah sampai di salah satu mall besar di kota london. Zayn mematikan mesin lalu turun dari mobilnya. Saat aku hendak membuka pintu mobil, zayn sudah membukakan pintunya duluan untukku. Aku keluar dari mobil lalu tersenyum padanya... jarang jarang dia bersikap manis seperti ini. "Terima kasih" ucapku dah hanya dibalas anggukan olehnya.

Kurasa aku beruntung karena sedang tidak ada papparazi disini, jadi aku bisa berjalan dengan tenang bersama zayn. Zayn berjalan duluan melewatiku, heii, mengapa dia berjalan duluan meninggalkanku? Baru saja kubilang dia bersikap manis sekarang sifat cuek dan dinginnya sudah kembali lagi.

"Dasar tidak tahu diri" umpatku lalu berjalan cepat menyusul zayn yang kira kira sudah 4 meter didepanku.

Aku terus menyamakan langkahku dengan langkahnya. Oh ayolah, bisakah dia berjalan dengan pelan?

"Zayn pelankan jalanmu! aku jadi susah mengikutimu kalau kau jalan secepat ini" ucapku kesal tapi dia tetap berjalan tanpa memelankan langkahnya.

"Kau saja yang terlalu lambat seperti siput" ledeknya. Aku memutar bola mataku jengkel.

"Aku tidak selambat itu, kau yang jalan terlalu cepat seperti sedang dikejar kejar oleh setan" ucapku lalu dia memberhentikan langkahnya.

"Ya, dan kau setannya"

"Kau menyebalkan"

"Kau ingin aku berjalan dengan pelan?" Tanyanya

"Kurasa aku sudah mengatakan itu padamu tadi"

"Baiklah" ucapnya lalu berjalan dengan sangat sangat sangat lambat. Ayolah, ada apa dengan anak ini?

"Zayn kau benar benar menguji kesabaranku" aku menatapnya kesal

Dia menengok kearahku "Apa?" Tanyanya polos. "Kau bilang aku harus berjalan dengan pelan. Sekarang aku sedang berjalan dengan pelan" lanjutnya

"Iya tapi tidak sepelan ini. Kau bahkan lebih pelan dari siput yang berlari" ucapku kesal

"memangnya ada siput yang berlari?" Tanyanya bingung

"Ya - tidak - entahlah mungkin" jawabku asal. Dia mengangkat bahunya acuh lalu melanjutkan berjalan dengan sangat lambat lagi. Ingin rasanya aku melindas kakinya itu dengan mobil truk yang berisi barang barang berat.

"Zayn, bisakah kau berjalan seperti orang normal pada umumnya?" Tanyaku kesal

"Hmmm" gumamnya sambil memutar bola matanya lalu dia mulai berjalan dengan tempo yang normal. Aku mengikutinya berjalan disebelahnya.

Zayn memencat tombol lift lalu saat lift itu terbuka kami masuk kedalamnya untuk menuju kelantai 1 mall ini karena kami berada di basement sekarang. Aku memencet tombol yang bertuliskan angka 1 lalu aku dapat merasakan lift bergerak naik.

Saat pintu lift terbuka kami langsung berjalan keluar dari lift. Aku terus mengikuti zayn berjalan disebelahnya. kami sudah mengelilingi lantai ini dua kali, memangnya apa yang dia cari?

Tiba tiba dia berhenti "Al, menurutmu aku memberi hadiah apa untuk adikku?" Tanyanya. Tunggu, sedari tadi dia tidak tau apa yang mau dia beli? Jadi sedari tadi aku mengikutinya mengelilingi lantai ini tanpa tujuan? Dasar menyebalkan.

"Sedari tadi kau tidak tau ingin membeli hadiah apa? Jadi kau membawaku keliling tanpa tujuan gitu?" Tanyaku jengkel

"Aku bertanya padamu tentang hadiah untuk adikku bukan menyuruhmu untuk menceramahiku" ucapnya datar.

What Is Love? Z.MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang