Je

17 7 7
                                    

Tak sampai setengah jam Arsy sampai dirumah. Arsy sampai dirumah dengan muka kusut. Maklum saja dia hampir kehilangan jantungnya karena tingkah Beni tadi. Tapi dengan keadaan ini Ia malah ingin memanfaatkannya untuk memberi kejuatan untuk Nadia.

"Ibuuuu..."

Tidak ada yang menyahut, kemudian Arsy menuju dapur ternyata Nadia sedang menyiapkan makan malam. "Anak Ibu sudah pulang"

Arsy mendekap erat Nadia. "Buu.."

"Kenapa sayang" mengelus kepala Arsy, terlihat jelas muka cemas Nadia.

"Emm.. tapi janji Ibu tak akan marah padaku?

Tentu Sayang Nadia menjawab dengan cepatnya.

AAk.. aku Ia menghela napas. Aku menang lomba karya ilmiah itu, juara satu lagi dan ibu tahu aku dapat bonus tiket ke Paris Buu.." Arsy menjelaskan dengan cepatnya.

Arsy sontak menutup matanya setelah menjelaskan, dia memang sedikit takut mengatakannya karena ada hubungannya dengan Paris.

Tiba-tba hening, Nadia ternyata berkaca-kaca.

"Lihat Ibu dan peluk Ibu sayang, Ibu bangga padamu, Ibu sayang padamu" seraya merasakan bahagia yang tiada taranya meraka berpelukan erat.

Ibu tahu apa yang kamu khawatirkan sayang, tapi bisa Ibu pastikan kamu akan pergi kesana

Arsy hanya membalas dengan pelukaan erat, dalam hati Nadia pun, ia sangat bersyukur mempunyai anak sebaik dan sepintar Arsy.

*****

Selesai mandi Arsy kemudian melanjutkan untuk makan lalu bergegas kembali ke kamar. Memang surga yang paling mudah dan tentu enak dirasakan hanyalah dengan menyendiri, menikmati keheningan dan rasa nyaman dengan musik dan imajinasinya.

Walau sebenarnya ia sendiri bingung, untuk pertama kalinya Ia bisa pergi ke Paris. Ibunya mengijinkanya untuk berangkat dan sama sekali tidak mempermasalahkanya.

Setelah tahu diberi izin Arsy berjingkrak tak karuan, inilah yang ia harapkan sejak kecil yaitu kembali lagi ke paris. Merasakan suasana masa kecil yang selama ini Ia rindukan.

Semua terwujud dengan mudahnya, hampir tidak mungkin terbayangkan sebelumnya, karena bahkan sampai sekarang tidak pernah ada bahasan di keluarga tentang masalah Paris itu.

Dikamar yang sangat nyaman nan Indah itu, Arsy membayangkan bagaimana ia bisa sampai kesana dengan mudahnya.

"Entahlah ini seperti mimpi" Ia menghela napas panjang.

Tanpa menunggu lama akhirnya Ia terlelap, dalam buaian indah ke Paris.

***

Penantian mulai menghantui setiap harinya, membawanya dalam angan untuk segera sampai di Paris kota impian. Memang kebaikan tak akan datang ditempat yang salah dan kepada orang yang salah pula. Sedikit demi sedikit keberuntungan mulai datang kepada Arsy. Si gadis lugu yang baik dan cantik jelita, mata murni bak bayi baru lahir, serta kulit mulus nan halus bagaikan benang sutra.

Berbagai persiapan pun sudah di atur sejak Arsy di beri izin akan pergi ke sana dengan Ayu. Arsy mempersiapkan beberapa baju yang akan di pakai, karena bulan ini sedang musim gugur jadi tidak perlu mempersiapkan banyak baju untuk disana.

Berbeda dengan Ayu yang tentu saja heboh dengan barang bawaanya, dia membawa banyak baju dan peralatan make up yang lumayan untuk ukuran satu orang pemakai. Dia tak akan melewatkan saat yang baik ini. Kesempatan untuk jalan bersama sahabat dan menikmati tempat indah, berfoto setiap momen dan setiap tempat akan menjadi hal yang tak tarindahkan lagi.

RécompenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang