Paris

38 9 9
                                    

Setelah sampai di Paris mereka memang tidak langsung jalan-jalan, perjalanan cukup lama ternyata membuat otot-otot mereka tegang. Akhirnya sore itu hanya dihabiskan dengan berbaring saja diranjang hotel, menikmati fasilitas yang cukup mewah. Bagaimana tidak bagus hotel dengan lampu sebesar sangkar burung dengan ranjang bak ratu dilengkapi dengan pelayanan yang ramah. Ini seperti impian liburan yang didambakan banyak orang.

Karpet besar mengitari setiap sudut ruangan, tambah lagi meja rias ukiran bunga mawar begitu mempesona mata yang melihatnya. Fasilitas itu belum apa-apa jika kita menelisik diluar jendela terlihat kolam yang mewah dengan tatanan klasik disamping kanan-kirinya. Tengah kolam terdapat lukisan bunga mawar yang pasti siapapun yang berada disini tak akan mau beranjak walaupun sedetik saja.

"Ini memang keberuntungan kita" Ayu mengela nafas panjang seakan ucapan itu harus diucapkan dengan tekanan tinggi.

Arsy hanya mengangguk tanpa saling melihat ekspresi masing-masing, suasana kebahagian memang sedang menyelimuti hati mereka berdua.

Akhirnya mereka terlelap bersama dengan di temani rasa bahagia dan peraaan bahagia untuk menyambut hari esok. Sampai-sampai mereka melupakan makan malam dan tertidur hingga pagi.

*****

Matahari sudah menampakkan keelokan warna dan hangatnya. Menyelinap ke kamar yang megah dengan kenyamanan yang luar biasa itu.

"Sy.. Bisa kau matikan lampu" Ayu bergumam. Ia menggelit menggerakkan seluruh tubuhnya agar mendapatkan posisi yang paling nyaman.

Sementara disebelah sana Arsy ternyata sudah mandi dan siap untuk sarapan, berbeda dengan Ayu yang lihat saja kelakuan dia saat tidur. Sepatu entah sampai mana, rambut acak-acakan dan jaketnya pun tidak dilepas.

"Kalau kau tak cepat mandi, mungkin hari ini aku akan jalan-jalan sendiri!" Goda Arsy.

Ayu seolah tersentak bagaikan ombak yang datang menyapu ruangan tiba-tiba, dia bangkit dari tempat tidur dengan mata terbelalak.

"Kenapa ga kasih tahu kalau udah pagi" muka polosnya mulai menampakan rasa yang seakan ini bukan hal yang sepele.

"Aku tunggu bawah yaa? Cepatlah mandi"

"Kalau kau sampai jalan sediri, aku pastikan namamu saja yang akan terdengar setalah ini!!!" teriak Ayu saat dirinya bergegas masuk ke kamar mandi.

Di depan pintu Arsy hanya berdecak mendengar kata- kata Ayu. "Sungguh anak itu kapan akan berubah"

Arsy turun ke tempat makan dengan riangnya. Dia tampak santai dan menyapa orang-orang disekitarnya sambil tersenyum. Bahasannya pun lancar dan seolah mengalir seolah menyatu dengan lembut dengan mulutnya.

Sampai di bawah ada seorang ibu yang tak sengaja menabraknya. Sehingga Arsy terputar sejenak dan ibu itu melambaikan tangan seolah minta maaf namun tak sempat berkata. Ternyata dia sedang mengejar anaknya yang sedang berlari karena tidak mau makan. Namun Arsy hanya tersenyum membalas lambaian tangan ibu- ibu tadi.

Dia mulai berjalan mundur beberapa langkah.

BRRRRRRRK

Arsy terjautuh dengan cukup keras untuk kedua kalinya, tanpa melihat siapa yang menabrak dia berkata dengan lantangnya. "Tidak bisakah kau menjaga perilakumu!" Arsy lalu menoleh ke atas.

Disana terlihat laki-laki dengan tubuh atletis tampak bagitu bugar, dengan setelan jas resmi berwarna coklat. Terlihat rapi namun terkesan santai. Dengan sorot mata bagaikan lautan yang damai dan tenang. Sungguh perpaduan yang sempurna. Kulit putih badan atletis, serta aroma tubuhnya yang khas. Seakan setiap menit dia selalu merawat dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RécompenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang