Chapter 8 - END

4.8K 341 36
                                    


Naruto baru saja selesai membersihkan diri. Tadi setelah makan malam dan membersihkan peralatan makanan, Naruto undur diri pada Mikoto beserta teman-temannya untuk membersihkan dirinya. Keluar dari dalam kamarnya, Naruto melihat kearah taman tempat mereka semua menikmati makan malam beberapa menit yang lalu, tapi Naruto tidak menemukan seonggok tubuh manusia satupun disana. Kemudian matanya terarah pada sebuah pondok kecil ditengah-tengah kolam, disana cahaya sudah terang menderang.  Para siswa dan siswi yang mengikuti perkemahan tersebut bersorak-sorai bersamaan dengan para rekan semengajar Naruto yang antusias melihat sesuatu yang cukup sedikit membuat Naruto terusik penasaran ingin melihat apa yang sedang mereka lakukan disana?

Pelan-pelan dan sedikit canggung Naruto melangkahkan kakinya kesana. Kemudian langkahnya terhenti setelah mendengar suara gurutuan dan keluhan dari para siswa dan siswinya. Disana, saat ini pemuda yang sangat dikenalinya menundukkan wajahnya dengan sedih, seolah pemuda tersebut melakukan sebuah kesalahan besar.

"Ayah. Kau benar-benar bodoh!" Gurutu seorang bocah bersurai merah jambu pada pemuda yang lebih tua darinya itu.

Naruto semakin penasaran, melangkahkan kakinya semakin mendekati mereka. Dengan tubuhnya yang kecil, Naruto bisa menyelip dan menyusup dari tubuh-tubuh para rekan kerjanya, dan sekarang Naruto sudah berada didepan melihat apa yang sedang terjadi saat ini.

"Kau lemah! Masak kau kalah dari paman Yamato?!" Ungkap gadis kecil itu lagi dengan wajah terpampang jelas bahwa gadis ini sedang kesal pada pemuda yang merupakan ayah biologisnya.

Tawa Naruto seketika itu juga pecah. Ia tidak tahan lagi untuk menahan dirinya untuk tidak tertawa. Tapi, melihat Sasuke yang tunduk patuh seolah Naruto merasa bahwa pemuda itu bukan Sasuke yang dikenalinya selama ini.

Semua orang pun melihat kearah Naruto. Otomatis Narutopun berdeham, mencoba untuk menjaga imagenya kembali. Mengabaikan semua lirikan orang-orang, Naruto menyibukkan dirinya untuk memperbaiki dress yang saat ini ia gunakan sedikit kusut akibat tertiup angin malam, begitu juga rambut pirangnya yang panjang.

Sasuke yang saat ini sudah menegakkan wajahnya untuk melihat Naruto. Kemudian memincingkan bola mata kelamnya menatap Naruto dengan tatapan tidak sukanya. Didalam hatinya, Sasuke menggutuk Naruto yang kurang ajar menertawai dirinya di atas penderitaannya.

Naruto melihat kesamping sambil berdecih bosan akan tatapan Sasuke padanya. Naruto tau, bahkan sangat tau jika Sasuke sekarang sudah menegakkan bendera merah untuk berperang dengannya. Tapi Naruto malas untuk berkomentar ataupun memperdulikan Sasuke.

Tanpa memperdulikan Sasuke, Naruto mengundurkan dirinya dari keruman tersebut. Tapi belum sempat Naruto melakukan hal tersebut, tiba-tiba angin kencang datang bersamaan dengan hujan deras mengguyur kepondok kecil tempat mereka berkumpul saat ini.

"Cepat, ungsikan anak-anak!" Teriak Shuzune mengintrupsi para pengajar. Otomatis Naruto dan para pengajar melakukan pekerjaan mereka masing-masing. Membawa para siswa dan siswi masuk kedalam ruangan besar tempat mereka belajar biasanya. Begitu pula dengan Sasuke, membantu pekerjaan para pengajar. Menuntun para siswa dan siswi kedalam ruangan tersebut.

.
.
.

Semua sudah beres. Para siswa dan siswi sudah berada didalam ruangan.

"Untuk malam ini. Semuanya kita tidur disini!" Intrupsi  Shuzune lagi. Dibalas oleh sorak sorai para siswa dan siswi. Setidaknya mereka tidak basah-basahan atau kedinginan tidur diluar.

Sebelum Naruto menutup pintu, matanya terarah pada pondok kecil itu lagi. Disana berdiri seorang pria sedang menampung tetesan hujan pada telapak tangannya. Didalam hati Naruto menggerutu, 'Apa yang dilakukan oleh lelaki bodoh itu?'

NARUTO . . .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang