Chapter 5

3.8K 324 20
                                    

Naruto menghentakan kedua kakinya diatas rerumputan hijau tempat ia berinjak sekarang. Dengan raut wajah kesal dan amarahnya, Naruto melesat keluar dari dalam mobil.

Hembusan angin meniupkan topi yang menutupi kepala, membuat surai pirangnya mencuri celah untuk menyentuh pipi mulusnya. Dress orange yang dikenakannya saat ini, tanpak cantik melekat ditubuh rampingnya.

"Sial!" Umpatnya sambil turun menunduk mengambilkan topi bundar berwarna coklat yang sudah jatuh dibawah kakinya akibat tiupan angin dengan kesal. Membuat suasana hatinya semakin bertambah buruk.

Naruto berdecih sambil memandang seseorang pria tengah baya yang saat ini sedang berlari menuju bagasi mobil.

"Cepatlah paman! Kau lama sekali!" Gerutunya dengan nada kesal membentak supir pribadi yang sudah lama bekerja dengan keluarga Namikaze.

"Maaf nona." Ucar pria bersurai perak tersebut dengan nada menyesal. Dengan langkah tergesa-gesanya, ia sudah berada disebelah wanita bersurai pirang, menundukkan kepalanya memohon maaf atas kesalahannya.

Naruto berdecih. Berjalan cepat sambil mengandeng tas tangannya, tanpa memperdulikan Kakashi yang sudah berjalan tertatih-tatih mengikuti langkah lebarnya.

Sore ini, Naruto masih menampakkan wajah kesalnya. Pikirannya terus diingatan oleh suara bentakkan pria yang sudah menyematkan cincin dijari manisnya. Dan sialnya lagi, niatnya untuk melepaskan cincin sebelum berangkat ia urungkan. Berakhir membiarkan cincin tersebut masih setia tersemat pada jari manisnya.

Hanya seminggu. Setelah seminggu ia akan membicarakan tentang mengapa pemuda itu membentaknya dan tidak memberikannya izin seperti pemuda itu katakan padanya malam hari dan pagi hari sebelum pria itu memohon pamit untuk berangkat ke Suna, menghadiri pertemuan bersama dengan rekan bisnis dan beberapa koleganya. Seminggu ini ia tidak akan menghubungi maupun menerima panggilan dari pria terkutuk itu. Ungkap Naruto dalam benaknya dengan penuh tekat dan keyakinan yang kuat.

***

"Letakkan itu disana!" Perintah Naruto pada Kakashi, setelah memasuki ruangan yang sudah terdapat beberapa rekan kerjanya mengajar.

Naruto merebahkan tubuhnya pada sebuah kursi single dengan kasar dan terus menggerutu tidak tentu. Membuat semua orang menatapnya penuh tanya.

"Apa yang terjadi?" Seseorang wanita bersurai pirang dengan mata aquamerinnya memberanikan diri datang mendekat dan menanyakan apa yang saat ini sedang terjadi pada Naruto.

Naruto melirik Ino dengan malas, memutar mata birunya melihat semua rekan kerjanya menantikan apa yang akan dikatakannya.

Naruto menghela nafas lelah. Berdiri lagi. Kemudian pergi melesat meninggalkan semua orang yang hanya menatapnya dengan kerutan kening masing-masing.

***

"Paman mengapa kau lama sekali?!" Gerutu Naruto kembali sore ini.

Kakashi yang saat ini sedang membawa beberapa bungkus makanan dikedua tangannya, melangkahkan kakinya dengan cepat menuju sang majikan.

"Maaf nona, tadi tiba-tiba ada macet diluar." ungkapnya dengan nada sopan dan menyesal, agar nona mudanya berhenti memarahinya. Kakashi benar-benar bingung melihat sikap Naruto yang tidak biasanya ia tunjukkan kepadanya. Biasanya Naruto selalu bersikap manis, tutur bahasanya pun baik, jika mood wanita bersurai pirang ini tidak terusik oleh orang yang menjengkelkan dalam hidupnya. Dan sepertinya saat ini mood nona mudanya sedang dalam kondisi yang tidak baik. Membuat amarahnya terpaksa dilampiaskan kepada dirinya. Kadang ia menyesal, mengapa harus dia. Dan mengapa dia harus lengket selalu menuruti kemauan nona mudanya ini. Kakashi menghela nafas lelah. Dan saat itu pula, Naruto memandang Kakashi. Kemudian wanita itu berdengus melihat dirinya yang saat ini sudah menampakkan penyesalan sudah berani mengeluarkan keluhan tanpa kata pada majikannya.

NARUTO . . .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang