Chapter 4

4.1K 372 23
                                    

"Tidak bisa! Kau tidak boleh kesana!" Suara Sasuke terdengar keras dan lantang, mengumandangkan suara khas penolakkan atas permintaan gadis kecilnya.

Naruto mengerucutkan bibirnya tidak suka atas penolakkan sang ayah yang secara terang-terangan tidak mewujudkan keinginannya sekarang.

"Ayolah ayah. . Aku kesana tidak sendirian. Nenek akan menemaniku! Ya kan nenek?!" Naruto meraih pergelangan tangan Mikoto yang sedari tadi berada didapur sedang menyiapkan sarapan untuk mereka semua, mendekati Sasuke.

"Ya kan nenek?!" Tanya Naruto lagi.

Mikoto memandang Naruto yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan tajam, seolah memberikan sebuah kode agar sang nenek mau bekerja sama dengannya.

"Oh iya. Tentu saja aku bersama dengannya. Izinkan Naruto untuk ikut serta acara tersebut Sasuke." Bujuk Mikoto lembut pada putra bungsunya.

Sasuke menatap sang ibu dengan tatapan tidak suka. Mengapa ibunya malah ikut-ikutan mempersulit pekerjaannya. Saat ini ia masih sibuk dengan pekerjaannya di Suna. Ditambah lagi, anaknya yang meminta untuk ikut berpartisipasi dengan perkemahan bodoh, entah apalah namanya itu.

"Kalau aku mengatakan tidak boleh, ya-tidak-boleh!" Sasuke kembali menekankan kata tidak bolehnya. Agar Naruto mengerti maksud ucapannya, dan menuruti perintahnya.

Naruto mengikuti jejak sang ayah yang saat ini sedang memasangkan dasi pada kerah baju kemeja yang dikenakannya.

"Oh ayolah ayah. Selama seminggu saja kok. Setelah pulang dari situ aku akan menuruti segala kemauanmu."

Sasuke menatap Naruto dengan tatapan mencari suatu kebenaran dari ucapan Naruto. Namun yang ia temukan hanyalah tatapan polos tak berdosa yang selaku dipancarkan oleh gadis kecilnya kepadanya. Dan Sasuke akan bertaruh, apa yang dikatakan oleh Naruto tidak akan pernah terjadi. 'Menuruti perintahnya?' Yang benar saja. 7 tahun ia menjaga dan merawat Naruto, dari Naruto belum bisa apa-apa sampai beranjak dewasa. Bukankah Sasuke cukup pintar untuk mengetahui pikiran dari gadis kecilnya ini? Maka, sekali ia berkata 'TIDAK' ya tetap tidak.

"Tidak!" pernyataan Sasuke seolah mengatakan dengan tegas bahwa ia menolak keinginan gadis kecilnya.

Naruto menendang bonekanya kesal akan ucapan sang ayah yang terang-terangan sudah menolak keinginannya. Ini akan semakin sulit untuknya mempertemukan ayahnya dengan wanita berambut pirang itu.

"Ah! Kebetulan kau sudah datang aniki, tolong kau jelaskan pada keponakan keras kepalamu ini, tentang buruknya berkemah diluar daerah. Atau lebih tepatnya dilapangan luas semak belukar penuh hewan buas itu!" Sasuke yang saat ini sudah memasang dasinya, meraih jas dileher kursi dan melekatkan kepada tubuhnya, sambil berjalan meminum kopi yang telah disiapkan ibunya. Sebelah tangannya meraih roti untuk menjanggal perut laparnya dipagi hari.

"Bukankah itu hal yang menyenangkan. Berkemah dilapangan yang terbuka?" Itachi mengeluarkan pendapatnya. Membuat Naruto merekahkan senyumannya. Berlari cepat pergi kehadapan sang paman, mungkin pamannya bisa membantu melunakkan hati keras kepala ayahnya saat ini.

Sasuke berdengus kesal. Mengapa semua orang malah berpihak pada Naruto. Semakin bertambahnya usia Naruto, semakin pula Naruto bertingkah diluar pemikirannya.

"Pokoknya tidak bisa.! Tidak boleh.! Tiga hari lagi aku akan pulang, kalau sampai kalian berdua tidak berada dirumah. Maka aku tidak akan melepaskan kalian berdua. Dan kau ayah!", Sasuke berseru pada sang ayah yang masih tenang membaca surat kabarnya pagi ini.

"Kalau sampai mereka berdua pergi. Berarti ini kesalahanmu. Kegagalanmu dalam menindik cucu kesayanganmu ini."

Fugaku mengerutkan keningnya, bingung akan ucapan sang anak yang tiba-tiba menyalahkannya.

NARUTO . . .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang