Two ; RRH

285 18 2
                                    


Part II

Aku meneguk saliva-ku, tenggorokan ini terasa tercekat, ku coba untuk mengendalikan diri dan menatap wanita itu dingin.

Satu gerakan dan aku berhasil mengikat kedua tangannya, bagus,, sekarang aku bisa kembali ke kota untuk menyerahkan wanita ini, mendapat kan uang dan membayar semua hutang ku, mendapatkan kembali tanah milik ayahku. Dan ini terlalu mudah.

Wanita itu diam, tak melawan atau pun berusaha melarikan diri.

Aku berdecak, ini tidak menyenangkan, semua korbanku selalu meronta dan memasang wajah ketakutan, ekspresi yang paling aku sukai, namun dia, lihatlah wajahnya. tak ada ketakutan di sana, hanya sebuah kesedihan, dan itu membuat hatiku menggigil, seolah kesedihan itu menyusup dan menjadi mimpi terburukku.

Ahh,, dia penyihir, aku yakin dia pasti menggunakan mantranya padaku agar aku iba dan tak membunuhnya, hah,, dasar sialan, semua rasa aneh yang selama ini merundung diriku pasti karena sihir.

Aku merasa kesal, ter-perdaya membuatku merasa bodoh.

" dasar penyihir sialan. " aku menggeram kesal, mendorong wanita itu hingga tersungkur menghantam tanah. Namun, alih-alih menjerit kesakitan wanita itu hanya diam, aku menatap luka pada keningnya, luka gores akibat tersambar ranting. Aku berpaling seolah tak melihat.

Aku tak boleh terpengaruh lagi oleh sihirnya, tidak.

" cepat bangun." Aku memaksanya berdiri, menarik kuat tali yang aku ikat pada tangannya dan aku yakin pasti melukainya.

***

Malam semakin larut, membutuhkan empat hari untuk mencapai kota dengan berjalan kaki, aku beristirahat di bawah pohon bersama wanita misterius itu.

" hey kau,, sebutkan namamu,? " aku berkata, setidaknya aku harus tahu nama korbanku bukan.

" Lizzy wind "

Kenapa, kenapa aku merasa ter-iris mendengar nada suaranya, kepedihan terdengar mengalir dalam nada suara lembutnya.

" oh " aku bergumam, membiarkan kesunyian tercipta di antara kami, ini lebih baik, aku tak ingin terpengaruh oleh wanita ini. Kami diam, hingga wanita itu tampak terlelap bersandar di pohon besar, aku akan terus mengawasinya, untuk berjaga aku mengikat tangan serta tubuhnya pada pohon besar di dekat tempat ku beristirahat.

Wanita itu terlihat begitu lelah, bahkan terlelap begitu nyaman dengan posisi seperti itu, aku saja yang melihatnya merasa tak nyaman.

Berkali- kali aku berpaling, berusaha menghindar untuk tak menatap wanita itu, tapi aku hanyalah makhluk hina kotor tak bermoral. Wanita itu begitu cantik, layaknya dewi dengan kulit mulus dan wajah menawannya. Mana mungkin aku tahan dengan godaan seperti ini.

Lihatlah bibirnya, begitu merah dan menggoda, aku ingin mendekat, sesuatu dalam diriku menjerit oleh hasrat. Persetan dengan dosa. Aku tak mampu menahan gairah ini.

Dengan lembut aku menyentuh bibir itu, dia terbangun, membuka matanya dan mengerjap. Dan itu adalah sebuah kesalahan fatal karena dia semakin terlihat menggoda, tanpa mampu mengendalikan diri aku menyantap bibirnya, menyentuh setiap jengkal tubuhnya. Wanita itu tetap diam, mengatupkan erat bibirnya.

Dan setan apa yang merasukiku, aku tak mampu berhenti, seperti kecanduan aku terus memperlakukan wanita itu bagai pelacur, menarik gaunnya ke atas dan membebaskan hasratku yang menggila.

Aku memang manusia rendah, sampah sialan yang tak pantas hidup, aku terus memuaskan diriku pada wanita yang tak berdaya itu hingga fajar membentang, dan wanita itu tetap diam, ku tahu dia menangis, pipinya lembab namun tak ada suara yang dia keluarkan.

berkali-kali ku hantamkan tinjuku pada batu di hadapannku, bahkan luka yang tercipta tak sebanding dengan luka yang aku berikan pada wanita itu. Setelah melakukan hal rendah itu aku tersadar, menatapnya membuat hatiku hancur. Penampilannya berantakan dengan tanda merah yang memenuhi sekujur tubuhnya.

Aku sungguh bagai daging busuk yang tak pantas hidup. Rendah dan begitu hina, sial,,

***

TBC.. ^_^

Red Riding hoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang