5. Masa Lalu yang Indah

1.2K 81 5
                                    

Pagi yang cerah diiringi dengan nyanyian burung diudara. Cuaca saat ini sedang tidak bersahabat sepertinya akan turun hujan tetapi entahlah sesuai kehendak Tuhan.

Viona bangun dengan malas. Matanya masih tertutup, tapi ia sudah duduk di tempat tidurnya. Tumblr light menyala menerangi kamarnya yang masih tertutup, membuat foto-foto yang tertempel di dinding itu terlihat jelas. Apalagi lampu itu tepat di atasnya.

Viona teringat akan semuanya. Mulai dari ia dekat dengan Alva. Bahkan sudah menjadi sahabat. Ia di minta oleh Alva untuk menjadi pacarnya dan Viona menerima itu. Janji-janji yang di lontarkan Alva. Dan semuanya yang berhubungan dengan Alva.

-Flashback On-

"Vi. Lo mau gak jadi pacar gue?" tembak Alva dengan memegang tangan Viona.
Saat itu mereka berada di sebuah taman yang tak jauh dari rumah mereka berdua. Cuaca yang mendung sangat mendukung suasana hari itu. Tetes demi tetes hujan turun. Semakin deras dan membasahi dua sejoli di taman itu.

"Iya. Gue mau" jawab Viona sambil berteriak mengalahkan deru hujan. Alva yang mendengar hal itu, segera berdiri dan memeluk Viona dengan erat.

Mereka berlarian seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan dan main di tengah hujan. "Tidak ada yang bisa menghentikan mereka. Bahkan maut sekalipun" ujar Alva dengan senyuman yang tercetak di wajahnya.

Viona hanya bisa mengangguk, mengiyakan.

Tanpa disadari, Viona menangis. Semua kenangan begitu jelas di depan matanya. Terukir indah dihatinya. Dan tercetak jelas di pikirannya. Entah kapan ia bisa melupakan mantan pacarnya itu. Semuanya kehendak Tuhan.

-Flashback Off-

Viona tersadar saat pintu kamar di ketuk lembut oleh Bundanya.

"Nana. Bangun sayang. Udah jam 6" teriak Bunda lembut.

"Iya" hanya itu yang bisa dikatakan Viona. Tenggorokannya sangat sakit karena menahan air mata yang kini telah jatuh membasahi pipi mulusnya.

Bukannya beranjak, Viona tambah menangis dan kali ini ia terisak. Air mata ini, hanya menghapus sebagian kecil sesak di dadanya.

Merasa sudah cukup untuk menangis, Viona beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi walaupun masih sedikit terisak.

Kali ini, 40 menit ia habiskan di ritual paginya. Menghilangkan seluruh sesak di dadanya yang ia tahu itu hanyalah sia-sia. Mencoba melupakan dia yang ia tahu itu hanya sia-sia. Semuanya ia lakukan, walaupun ia sudah tahu bahwa itu adalah sia-sia.

Ia bersiap diri dengan memakai seragam SMA Bhinneka. Tak lupa ia memakai kacamata hias untuk menutupi mata sembabnya. Ia menambahkan lipgloss pada bibir mungilnya. Setelah merasa penampilannya sudah cukup, Viona turun dari lantai 2 untuk menyantap sarapan pagi.

"Selamat pagi sayang" ucap Bunda dengan riang.

"Pagi Bun" sebaliknya, Viona menjawabnya dengan datar.

"Kamu kenapa?" tanya Bunda sangat cemas.

"Gak papa bun" jawab Viona seraya mengambil roti dan mengolesinya dengan cokelat nuttela. Ia makan dengan tak banyak bicara. Ia hanya diam dalam menikmati sarapannya.

Tak lama setelah rotinya habis, Viona pamit untuk pergi ke sekolah

"Aku pergi dulu Bun" pamit Viona sambil berdiri bersiap siap untuk pergi.

"Iya sayang. Hati-hati ya!" ucap Bunda lembut. Viona hanya mengangguk. Kemudian, ia berjalan menjauhi ruang makan.

-o0o-

Sebuah mobil masuk ke halaman sekolah dan pemiliknya memarkirkannya di area parkir kendaraan siswa. Semua mata tertuju pada seseorang yang turun dari mobil mewah tersebut.

Dia Viona Anggita Andrea. Seorang gadis yang baru saja turun dari mobil yang mahal dan mewah tersebut. Viona turun dengan wajah datar. Sepertinya mood-nya  hari ini tidak bagus.

"Viona" panggil seseorang yang membuat langkah Viona terhenti. Lalu, ia membalikkan badannya menghadap seseorang tersebut.

Saat melihat orang yang memanggilnya, Viona membuang nafas berat karena orang itu adalah Fahril.

"Bareng ke kelas yuk" ajak Fahril. Viona hanya bisa diam menanggapi perkataan Fahril.

"Woy. Ayok. Nanti terlambat" kata Fahril lagi. Ia menarik tangan Viona, sehingga Viona hampir terjengkang.

Sepanjang jalan, Fahril tetap memegang tangan Viona yang membuat seluruh adik kelas ataupun kakak kelas yang menyukai Fahril iri.
Sesampainya dikelas, Fahril melepaskan genggamannya. Lalu, ia pergi tanpa meletakkan tas terlebih dahulu. Entah apa maksudnya, dengan memaksa Viona untuk cepat-cepat berjalan menuju kelas.
"Duduk sana. Jangan nangis lagi, nanti jadi jelek" kata Fahril seraya pergi meninggalkan Viona yang masih berdiri.

Fahril berteriak tetapi tanpa suara. Hanya saja, Viona bisa melihat pergerakan mulutnya itu merangkai kata, 'I love You'.
Viona tersenyum dan masuk dalam keadaan mood yang bagus. Karena Fahril.

-o0o-

Pendek sangat sangat sangatt. Maafin ya. So, happy reading. Jangan bosan sama part ini karema isinya hanyalah narasi. Dialognya dikit banget. So, jangan lupa tinggalkan Vomment dan jejak kalian reader.
Iloveyou💋

I HATE YOU BUT I LOVE YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang