11. Pertengkaran Pertama

1.1K 53 0
                                    

Bel pulang berbunyi sepuluh menit lalu, sekarang mereka sedang berada di sebuah kedai kopi yang tersedia segala macam makanan. Duduk dan menikmati hujan yang turun dengan deras dikedai kopi itu sangat damai. Menatap lurus ke depan tanpa suara dengan segelas kopi atau cokelat panas di tangan.

Fahril dan Viona belum membuka suara mereka saat pulang sekolah sampai tiba di tempat ini. Viona yang masih sedikit kecewa dengan kekasihnya ini, karena tidak masuk kelas seharian. Itu membuatnya kesal, sangat kesal.

Kini, Viona menatap ke arah luar jendela sedangkan Fahril yang sedang memperhatikan Viona dengan saksama.

"Udah marahnya?" tanya Fahril hati-hati. Ia takut jika ia mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas untuk Viona.

Viona menoleh sebentar lalu membuang pandangannya kembali memandang keadaan di luar kedai itu. Fahril terdiam, tidak bersuara lagi. Ia masih menunggu jawaban Viona tentang pertanyaannya tadi.

Viona menoleh lagi lalu membuka suara. "Aku gak marah. Tapi aku kecewa" ujarnya cepat. Fahril diam, memberikan kesempatan kepada Viona untuk mengutarakan semua perasaannya.

"Aku nungguin kamu sampe aku gak konsentrasi belajar. Cuma nungguin kamu. Aku nggak tahu apa yang dijelaskan guru yang ngajarin kita semua yang ada di dalam kelas tadi. Kamu udah janji sama aku. Fahril, ini baru hari pertama. Hari pertama di mana kita mulai menjadi sepasang kekasih. Dan sejarahnya, di hari pertama ini---" Viona menggantungkan perkataannya. "kamu udah buat aku kecewa" jelas lanjutnya.

Fahril melenguh. Ia tidak tahu harus berkata apa. Sampai akhirnya, satu kalimat yang sudah diucapkan sebelumnya diulang kembali. "Maafin aku. Aku sayang kamu"

Fahril mengatakan itu bertepatan dengan hujan yang reda, Viona berdiri dan mengajak Fahril untuk pulang. Menerobos hujan yang sedikit lagi akan reda. Ia tidak mau berlama-lama berada di keadaan canggung seperti ini. Layaknya hewan yang menaati perintah majikannya, Fahril ikut berdiri dan pergi meninggalkan tempat itu.

-o0o-

Dalam perjalanan, Viona diam. Fahril juga. Hanya angin yang berbisik lalu lewat begitu saja. Sampai akhirnya mereka tiba di tempat tujuan yaitu di rumah Viona.

Viona turun dari motor ninja kesayangan Fahril itu sambil melepaskan helm yang sedari tadi bertengger dikepalanya.

"Aku harap kejadian tadi, di lupain aja" ujar Viona seraya memberikan helm yang dikenakan kepada Fahril. Lawan bicaranya mengangguk patuh. Sepersekian detik kemudian, Fahril mencium kening Viona dengan sayang.

"Mau mampir dulu?" tanya Viona kepada Fahril.

"Seharusnya di tawarin dulu" keluh Fahril yang membuat Viona terkekeh. "Gak ah. Nanti telat lagi Shalat maghrib- nya" tambah Fahril.

Viona mengangguk, "Hati-hati ya. Jangan ngebut" pinta Viona.

Fahril melesat jauh meninggalkan kompleks perumahan Citra Permai. Viona berbalik saat punggung Fahril sudah tidak terlihat dan melangkah maju untuk memasuki rumahnya dengan senyum tipis di wajahnya.

"Assalamu'alaikum Bunda" teriak Viona ketika sudah memasuki rumahnya.

"Wa'alaikumsalam. Udah pulang sayang?" tanya Arsita seraya berjalan keluar kamar untuk menemui Viona anaknya. Viona mencium tangan Arsita lalu mengangguk.

"Ya sudah. Kamu masuk kamar terus mandi" pinta Arsita yang dijawab dengan anggukan oleh anaknya. Viona berjalan meninggalkan Arsita yang telah berjalan menuju kamarnya.

Dinaiki satu per satu anak tangga yang tersusun rapi menyambungkan lantai dasar dan lantai dua rumahnya. Viona berjalan menuju pintu bercat putih dengan motif polkadot hitam lalu memasuki ruangan itu.

Ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Melepaskan seluruh pikiran yang memenuhi otaknya sedari tadi. Ia mengecek handphone-nya yang sedari tadi diabaikan. Di layar handphone itu terpampang jelas foto dirinya dan Fahril kemarin malam.

Saat Viona mengenakan gaun hitam pemberian dari Fahril, sedangkan Fahril mengenakan setelah tuksedo hitam yang dipadukan dengan celana panjang jeans. Sangat serasi.

Saat ia sedang memperhatikan wallpaper Handphonenya, tiba-tiba ada telepon masuk dengan id caller bernama 'Fahril' dengan tambahan emoticon love di sampingnya.

Seketika itu, ujung bibir Viona tertarik membentuk senyuman bahagia. Dengan segera, Viona menggeser pilihan yang berwarna hijau dengan tanda ia menerima telepon itu. Di letakkan benda pipih itu tepat ditelinganya. Kali ini ia yang duluan menyapa Fahril untuk menghindari kecanggungan yang terjadi antara mereka.

"Assalamu'alaikum, Pak" sapa Viona dengan kekehan kecil yang menyertainya.

'Wa'alaikumsalam, Mbak. Mau bicara dengan Princess bisa?’ jawab Fahril di seberang sana.

Acara telepon menelepon mereka berlanjut tanpa henti, kadang disertai dengan gelak tawa, muka cemberut dari Viona karena Fahril mengejeknya. Satu jam berlalu, Viona meminta izin untuk mematikan acara telepon mereka karena ia baru sadar bahwa ia belum mandi dan ingin menjalankan Sholat isya' yang tidak ingin terlewatkan.

-o0o-

Setelah melaksanakan semuanya seperti apa yang dikatakan kepada Fahril, kini Viona sedang duduk di tepi ranjang tempat tidurnya menunggu telepon dari Fahril pacarnya.

Tak lama kemudian, handphone yang berada di atas nakas berbunyi dengan nyaring menandakan ada seseorang yang menelepon. Segera diambilnya handphone itu dan mengecek siapa yang meneleponnya, apakah Fahril atau bukan. Ternyata itu dari Ayahnya yang mengingatkan dirinya untuk Shalat isya'. Viona sedikit kecewa.

Akhirnya ia memutuskan untuk berbaring di ranjangnya sambil menunggu telepon dari Fahril.

"Nana. Makan malam dulu sayang" teriak Arsita lembut dari luar. Viona segera membuka pintu untuk bunda tercintanya.

"Ayah udah datang?" tanya Viona.

Arsita menggeleng tanda ayahnya belum ada. "Ayah lembur sayang" jawabnya lembut.

Viona mengangguk dan berjalan meninggalkan kamarnya untuk makan malam dengan keluarga kecilnya dan yang pasti tanpa Gilang-Ayahnya-

"Jadi gimana urusan kamu sama si Fahril? Lain waktu kita makan malam bareng Fahril ya?" tanya Arsita dengan lembut kepada Viona.

"Kok muka lo cemberut gitu? Oh gue tau nih" tanya Valero.

"Ah lo mah kek simi-simi. Sok tahu" ejek Viona.

"Biasalah Bund. Anak zaman sekarang. Dikit-dikit marahan sama pacarnya dan mukanye kek mau jatoh ke tanah" Valero terus saja mengejek Viona.

"Yaudah sih. Lo diam aja" final Viona. Arsita hanya tersenyum lembut melihat pertikaian kecil antara kedua anaknya.

-o0o-

Makan malam tanpa Gilang berjalan dengan lancar. Sesekali di hiasi dengan adu mulut antara kakak beradik yang ujungnya dilerai oleh Arsita. Kini mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Viona masih setia dengan kegiatan menunggunya. Sampai akhirnya, Fahril meneleponnya. Dengan cepat, Viona segera mengangkat telepon Fahril.

'Maaf ya. Aku baru selesai bantu mama bersihin rumah' Fahril terkekeh di seberang sana.

"Iya, gak papa kok" jawab Viona pasrah.

'ohiya. Kamu udah shalat belum? Udah makan?' tanya Fahril secara beruntun.

"Nanya-nya jangan kek apa dong. Sabar gitu" canda Viona. Terdengar suara kekehan khas Fahril dari sana. "Aku udah sholat. Makan juga udah" lanjut Viona.

'Aku punya satu lagu untuk kamu' kata Fahril yang diiringi dengan petikan gitar. Viona mendengarkan dengan saksama. Lantunan lagu mulai terdengar dari sana. Diiringi dengan suara merdu khas laki-laki. Membuat Viona mengantuk. Tapi dengan cara apa pun, Viona menahannya. Ia tetap mendengarkan. Kebetulan lagu yang ia nyanyikan adalah lagu slow yang membuat mengantuk.

Sudah tidak terdengar lagi suara ditelinga Fahril, yang tandanya Viona sudah tidur lelap. Fahril menghentikan permainan gitarnya dan mengucapkan tiga buah kata, "Good Night, Princess"

-o0o-

Good Night. Maapkeun jika saya mengupload diwaktu malam ini:v semoga kalian suka dengan semua apa yang saya katakan di cerita ini.

Hehehe. Formal bet parah:3

Gak mau bnyak bacot, yg pasti kalian baca aja. Dan kalau gak suka comment, spaya bnyak juga commentnya hihihi😂😂
Okey. Jangan lupa tinggalin vote and comment😂😂

I HATE YOU BUT I LOVE YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang