P.s: oke ini diluar jadwal (dan diluar tema, bdmt), tapi karna gua insom, ples gua masih sedih karna mom joy -mami lou, tutup usia, jadi buat selingan aja k?
----
Matanya fokus menatap ke luar, bising memang karna sekarang Louis sedang berada di balkon kamarnya. Namun, ini yang ternyaman.
"Lou?"
Louis menengok, kearah lottie yang sedang memegang pundaknya dan menatapnya lirih. Lou terseyum, lalu tangannya terulur untuk menghapus air mata di pipi adik tirinya itu.
Lottie refleks memeluk kakanya itu, menumpahkan segala rasa gundah yang ia pendam sendiri. Louis juga merasakannya, biasa nya jika ada masalah, the boys bisa ia jadikan tempat bersandar paling tepat.
"Berhentilah, untuk apa menangis lagi?"
Lottie masih sesengggukan di dada Louis, tangannya terangkat untuk membelai rambut Lottie.
"Aku tau, dan kita semua tau, tangisi secukupnya" Lottie hanya mengangguk.
Louis menghela nafas, suaranya masih serak sejak kapan tahu, dadanya masi terasa sesak. Tak dapat ia sangka Ibunya pergi secepat ini.
"Lou?"
Louis menengok kearah pintu yang dibuka oleh Fizzy.
"Ada apa? Oh iya, dimana Freddie?"
Fizzy menggigit bibir bawahnya, seperti ada yang sulit ia ucapkan.
"Um, sebaiknya kau sendiri yang kebawah"
Louis mengangguk, lalu Fizzy kembali keluar. Lottie melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya.
"Aku mau kebawah, kau ikut?" Lottie mengguk lemah, lalu mereka turun bersama.
"Aku akan ke kamar untuk membersihkan badan" Ucap Lottie dan langsung berbelok ke arah kamarnya, dan Louis memilih untuk mencari Freddie.
"Haz?"
Mata nya membulat saat melihat Harry yang saat itu sedang bermain dengan Freddie dan anggota keluarganya yang lain.
Merasa dipanggil, Harry berjalan mendekati Louis lalu memeluk Partner in crime nya itu.
"Terima kasih sudah datang"
"Aku tahu kau rapuh Lou"
Mereka melepas pelukan penuh rindu itu.
"Kita kesana" Ajak Louis yang mengarah ke pekarangan belakang rumah, Harry mengangguk.
"Aku kira tidak ada satupun dari kalian yang peduli"
"Buang jauh-jauh pikiranmu Lou, kami semua sayang padamu, trust me"
Louis tersenyum, sahabatnya yang satu ini memang selalu ada untuknya.
"Aku turut berduka cita, mom Joy begitu cepat pergi" Louis mengangguk.
"Jangan sedih, aku kenal Louis yang tangguh" Louis mengangguk lagi.
Entah keberapa kali, air mata itu turun dari matanya, Mamanya terlalu berharga untuk dilepas.
"Aku tahu ini kado terburuk selama kau hidup, Lou" Bahkan ia lupa sebentar lagi akan berulang tahun.
"Dia ibu terbaik Haz"
"Semua ibu yang terbaik bagi anaknya"
Matanya menatap langit malam, bulannya ditutupi oleh awan, jarang ada bintang, cocok sepertinya dengan keadaan hatinya kini.
"Anak-anak titip ini" Harry memberikan kertas putih pada Louis, ia meengerti apa yang dimaksud 'anak-anak'. Dan tulisan yang tertera adalah; The spirit Louis, not too late in the sadness! Love ya Tommo❤.
Lalu dibawahnya tertera tanda tangan Niall, Liam dan Harry. Louis terseyum, ternyata mereka masih peduli.
"Thanks"
"Ur welcome"
Mereka sama-sama tersenyum, lalu membicarakan banyak hal malam itu, sedikit menghilangkan kesedihan Louis.
-END-
Bacotan author:
Yahh garing~ iyatau wkwk. Abis gua masi sedih gara2 camer tutup usia:' yang tabah Lou, aku disini selalu support, peluk dan cium jauh dari aku); Duh gabisa bayangin gimana sedihnya Lou, nangis sepanjang malem))': Gud bay mom:') makasi banyak udah lahirin anak se tampan Lou, yang kadang senyumnya suka bikin gua mimisan:' (fangirl mode:on) Gua syok parah denger beritanya di oa. Yang tenang disana ya mom, we always love you:') #RIPjohannah-kado terburuk ya lou?)':
Bandung, 9 Desember 2016
har-ryy
Calon Ibunya Freddie#hahaha_corp
Next: STRANGER

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Hope
Teen FictionIni buku pertama kami, colabs with Mitha, Indira, Nia dan Zaza.