But i can feel you crying
-niall***
"Hai? Anak baru ya?" Sapa Niall pada gadis yang kini sedang duduk dihadapannya.
Perempuan itu hanya mendongak, lalu mengangguk dan kembali membaca buku yang ia baca tadi.
"Kutu buku ya? Aku juga suka baca buku"
"Nama aku Niall, nama kamu siapa?"
"Aku 12-5, dorm 3, kamu?"
"Oh Percy Jackson, suka juga novel yunani kuno gitu?"
Niall hampir tertawa, menertawakan diri sendiri lebih tepatnya. Bagaimana bisa ia diacuhkan seperti itu? Oh ayolah, baru kali ini seorang Niall james horan diacuhkan oleh seorang gadis yang bahkan tak dikenalnya. Biasanya saat Niall berbicara semua perempuan akan berebut sahutan agar Niall mau mengobrol barang 1menit saja, dan bahkan pengecualian bagi perempuan patung dihadapannya sedari tadi.
KRINGG!
"Aku harap dilain kesempatan kita bisa ngobrol banyak ya, sampai nanti!"
Dan saat Niall sudah pergi, perempuan itu tersenyum menggigit bibir bawahnya -menahan jeritan. Ia hampir saja kaget saat tahu bahwa Niall yang mengajak nya mengobrol sedari tadi. Bukannya jual mahal, hanya saja Diana menetralkan rasa jantung yang bergemuruh. Baru saja ia 4 bulan bersekolah disini, sudah di ajak mengobrol oleh pangeran sekolah.
TUNGGU!
Apa mungkin sifat Niall memang begitu? Mungkin lain kali lagi ia akan memikirkan itu. Lalu ia tersadar bahwa bel pulang baru saja berbunyi, sesegera mungkin Diana mebereskan buku buku nya dan kembai ke dorm.
***
"Seriusan? Lo suka sama anak baru yang gak jelas itu?"
Liam hampir saja mengeluarkan air matanya karna terlalu kuat tertawa. Mendengar cerita Niall tadi benar-benar membuatnya tak habis pikir, selama satu dorm dengan Nill, Liam belum pernah mendegar satupun kisah cintanya.
"Ih, dia bukanya gak jelas tau! Cuma gue gak tau aja siapa namanya"
"Oke oke, jadi gimana nih?" Tanya Liam mulai serius. Niall mengeluarkan kertas yang ia bawa dari kamarnya lalu menunjukan kertas itu. Liam memperhatikan kertas itu lamat-lamat, memperhatikan gambar didalam kertas itu. Satu masalah jika Niall memiliki rencana, jika orang biasa akan memberitahukan langsung, Niall malah akan memperlihat kan sebuah gambar yang ia buat sebelumnya, dan itu cukup rumit.
"Oke, apa yang bisa gue bantu buat lo?" Tanya Liam sembari mengambil jaket yang menggantung di pintu kamar.
"Ke kamar gue dulu deh, ambil alat" Liam mengangguk lalu mereka berjalan ke kamar Niall.
***
Sudah 3 hari, tapi Niall belum juga mengetahui siapa nama gadis pujaan hatinya itu. Dan kini Niall hanya duduk diam di spot terbaik kantin -pojok dekat lapangan yg hanya di batasi dengan tembok yg sebatas perut dan sisanya tralis. Tiba-tiba suara segerombolan perempuan ricuh memasuki kantin lalu berlomba-lomba menduduki kursi dan memesan makanan. Niall acuh, dan kembali terfokus kan pada ponselnya. Hingga -entah bagaimana- pandangan Niall terfokus pada perempuan berambut sebahu mengenakan kaos lengan panjang.
"...seru Diana!"
D I A N A
Baiklah, mungkin cukup. Niall bangkit dari duduknya hendak kembali le dorm, namun sebelumnya ia kembali memperhatikan Diana, tanpa sadar Niall tersenyum saat perempuan itu menatapnya, tentu saja Diana juga begitu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Hope
Ficção AdolescenteIni buku pertama kami, colabs with Mitha, Indira, Nia dan Zaza.