Gadis berambut cokelat yang sudah tidak terlalu mengembang itu berjalan anggun menyusuri trotoar penuh sesak. Dengan map biru sedang yang Ia selipkan dibalik jubah musim dinginnya.Ia berbelok dan memasuki leaky cauldron. Duduk disalah satu kursi kayu dan memesan segelas minuman hangat. Ia kembali mengecek berkas-berkas yang Ia bawa untuk memastikan tidak ada yang kurang.
"Apa aku boleh bertanya Miss.Granger?" Tanya seorang pria bungkuk bernama Tom.
Mengernyit sebentar, "Mmm.. tentu." Jawab Hermione. Agak bingung sebenarnya. Seingatnya Ia tidak terlalu kenal dengan pelayan yang satu ini.
"Apa kau kenal Mr.Malfoy?"
"Malfoy?" Pikirannya langsung tertuju pada pemuda pirang yang selalu mencari masalah dengannya, dulu.
"Mmm.. maksudmu Draco Malfoy?"
"Ya."
Hermione menutup map berisi dokumen tentang orang tuanya lalu memfokuskan pikirannya pada perkataan Tom selanjutnya.
"Sebenarnya aku tidak boleh mengatakan ini. Tapi aku harus,"
"Ada apa?" Tanya Hermione semakin panasaran. Memangnya ada apa dengan Draco Malfoy? Setelah perang dunia sihir empat bulan yang lalu, Hermione tidak pernah melihat Draco di manapun. Ia tahu, keluarga Malfoy akan diadili karna keikutsertaannya pada voldemort. Lucius dan Narcissa ditahan sementara sampai keputusan penahanan keluarga mereka diputuskan. Tapi Draco? Pemuda itu bagai hilang ditelan bumi. Tidak ada yang tahu keberadaannya.
"Apa kau bertemu Draco Malfoy?" Lanjut Hermione.
Tom mengangguk pelan, "Ya, di knockturn alley siang kemarin."
Hermione langsung menegakkan tubuhnya. "Apa? Kau serius 'kan?"
"Buat apa aku bohong."
Kedua alis gadis itu berkerut hampir-hampir menjadi garis lurus, "Lalu apa kau tahu dimana dia sekarang?"
Lagi-lagi Tom mengangguk, "Dia menginap disini."
"APA?!"
***
Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Dia seperti mayat hidup. Dia hanya menyerahkan sejumlah uang padaku dan mengisyaratkan aku kalau dia ingin menginap disini.
Perkataan Tom 'Si Pelayan bungkuk' membuat kernyitan didahi Hermione semakin berlipat-lipat. Jantungnya memompa lebih cepat ketika tangannya hendak memutar knop pintu kamar yang ditempati Draco.
"Dia ada didalam. Dari kemarin dia belum keluar kamar." Ujar Tom. Pria itu meninggalkan Hermione setelah memberi tatapan tolong-lakukan-sesuatu-sebelum-dia-melakukan-hal-aneh-disini.
Krieekkk!
Pintu reyot yang hampir roboh itu akhirnya terbuka. Hermione melebarkan matanya untuk menyesuaikan penglihatannya pada keadaan kamar yang gelap.
Didekat jendela yang sedikit terbuka, Ia melihat siluet seseorang yang sedang duduk diam menatap sudut kamar yang hanya ada rak buku berdebu. Ia yakin, orang itu tidak benar-benar menatap kearah sana. Pikirannya mengawang. Jauh.
"Malfoy?" Gadis itu melanjutkan langkahnya mendekati pemuda itu. Decitan lantai kayu membuat suasana menjadi lebih mencekam.
Tangannya gemetar saat hendak menyentuh pundak pemuda itu. Namun tangannya berhenti diudara karna Si Pemuda sudah menolehkan kepalanya.
"Pergi." Katanya pelan, dingin, dan terdengar seperti perintah.
Hermione memghembuskan napasnya. Entah kenapa Ia merasa lega mendengar suara pemuda itu.
Gadis itu melayangkan tangannya dan membuka jendela lebar-lebar. Mata mereka seketika menyipit karna terkena cahaya yang tiba-tiba menelusup masuk.
Kini Hermione dapat melihat dengan jelas keadaan Draco. Pemuda itu jauh dari kata baik. Tubuh yang semakin kurus, wajah kuyu seperti tidak pernah tidur, dan kini matanya tak bisa terbaca. Kosong.
Gadis itu bingung harus apa. Ia tidak punya hubungan baik dengan Draco. Tapi Ia juga tidak bisa membiarkan seseorang-setidaknya yang Ia kenal-menderita tanpa ada yang peduli.
Draco hanya diam. Sangat berbeda dari sifatnya yang dulu. Ia sekarang seperti bukan Draco Malfoy. Hermione menggeser kursi di sebelah Draco dan duduk di sana. Lagi-lagi Draco tidak protes.
Mereka berdua diam. Hermione ingin Draco yang lebih dulu bicara. Tapi sepertinya itu tidak mungkin.
"Mal-"
"Kenapa kau ada disini?" Potong Draco.
Gadis itu mengambil napas dalam, "Malfoy, kenapa kau menghilang begitu saja?"
Pertanyaan yang aneh bukan? Kalau orang lain yang bertanya, mungkin akan terdengar normal. Tapi masalahnya, ini Hemione yang bertanya.
Draco melirik Hermione sekilas, "Apa pedulimu?"
Gadis itu menggeram, "Berhentilah bersikap seolah-olah tidak ada yang peduli padamu, Malfoy."
Draco manarik salah satu sudut bibirnya, "Katakan. Katakan siapa orang yang peduli padaku? Satu orang saja."
Hermione terdiam. "Tidak bisa jawab 'kan?" Draco menyeringai.
"Kedua orang tuamu?"
Draco tertawa sumbang, "Mereka saja tidak tahu besok masih bisa hidup atau tidak."
"Tidak ada keluarga, tidak ada teman.. tidak ada siapa-siapa." Lanjutnya. Entah pernyataan itu untuk Hermione atau untuk dirinya sendiri.
Hermione termenung. Ia mengalami perdebatan batin. Satu sisi mengatakan bertahan, satu sisi memilih pergi. Sampai akhirnya Ia telah memutuskan.
Gadis itu menarik napasnya seraya menutup mata, lalu menghembuskannya perlahan. "Mari kita berteman."
***
Gaje ya? Wkwkwk ini bagian flashback hermione sama draco sebelum mereka.. *uhuk
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Heart [DRAMIONE]
Fanfiction[COMPLETED] Dramione Fanfiction : Hermione Granger X Draco Malfoy Cover : by Carey_san