Bab 3 - Bukan Cinta Yang Salah

8.4K 1.1K 183
                                    


"Hai!" Sebuah suara mengintrupsi pikirannya.

Dengan senyum kecil terlukis, pemuda itu menatap Hermione yang baru datang. Ia sedikit menggeser tubuhnya untuk berbagi keteduhan dibawah pohon mereka. Ya, pohon itu sudah mereka patenkan menjadi milik mereka berdua.

Hermione duduk dengan kaki bersila. Mereka berdua sama-sama diam. Menikmati belaian angin sore yang menerpa wajah dengan lembut.

Ternyata bahagia itu sederhana. Tidak perlu dengan banyak uang untuk berlibur ke suatu tempat yang mewah. Hanya dengan duduk dan menghabiskan waktu bersama di bawah pohon dengan orang yang terkasih pun sudah cukup.

Hermione merebahkan kepalanya di paha Draco. Ia menatap wajah pemuda itu lekat-lekat. Rambutnya yang halus bak kapas, sorot matanya yang tajam mengintimidasi, dagunya yang runcing, dan bibirnya yang merah muda merekah menjadi pemandangan favorit gadis itu.

Draco menundukkan kepalanya untuk melihat Hermione yang sedari tadi memandanginya.

"Sudah puas memandangi wajah tampanku?"

Hermione terkekeh. Ia meraup wajah Draco dengan telapak tangannya. Pemuda itu pun ikut tertawa.

Mereka kembali diam. Draco memain-mainkan jemarinya diatas dahi Hermione. Terkadang memilin-milin rambut keriting gadis itu.

Waktu mereka untuk menghabiskan waktu bersama itu tidak banyak. Butuh perjuangan agar mereka bisa berduaan seperti ini. Tapi saat sudah bersama, kebanyakan mereka hanya diam.

Terkadang Draco hanya menemani Hermione membaca buku. Atau Hermione yang menonton Draco menaiki sapu terbangnya. Tapi sekali lagi, itu pun sudah cukup.

"Sudah makan?" Tanya Draco disela-sela kegiatannya memainkan rambut Hermione.

"Hh-hn." Gumam Hermione. Gadis itu sibuk membuat simpul didasi slytherin Draco. Kalau sudah tersimpul rapi, Ia kembali melonggarkannya. Lalu menyimpulkannya lagi. Terus begitu selama lima belas menit ini.

"Nanti jangan tidur malam-malam." Perintah Draco.

Hermione menengadahkan kepalanya menatap Draco. Ia tersenyum manis seraya menganggukkan kepalanya. Perhatian kecil seperti ini lah yang selalu membuatnya merindukan Draco setiap saat.

Ia tahu hubungan mereka ini tidak benar. Tapi cinta tidak bisa disalahkan. Karna cinta tidak bisa memilih kepada siapa Ia akan berlabuh. Biarkan kali ini ego yang menang.

"Ini kenapa?" Draco melihat kearah punggung tangan Hermione yang tergores.

"Tidak apa-apa. Hanya tergores kecil." Jawab Hermione seraya menggosok-gosokan tangannya yang terluka. Mencoba meyakinkan Draco kalau luka itu tidak berpengaruh sama sekali.

Draco tersenyum kecil melihatnya. Ia menarik tangan Hermione yang terluka, lalu mengecupnya lumayan lama.

"Masih sakit?"

Hermione tersenyum geli. "Yang ini juga sakit." Gadis itu mengangkat tangan yang satunya lagi.

Draco terkekeh. Ia pun mencium tangan Hermione lagi. Mereka berdua akhirnya tertawa bersama.

...

Lembayung jingga sudah menghiasi langit biru. Draco tersenyum sayang sembari membelai rambut Hermione. Gadis itu ketiduran. Sepertinya tadi malam Ia kembali begadang.

"Ssstt...ssstt." Draco mengangkat kepala Hermione dan menyandarkannya pada bahunya. Ia bisa saja menggendong Hermione untuk kembali ke asrama. Tapi apa kata dunia? Bisa gempar jagad raya sihir ini.

"Hermione.." Pemuda itu menepuk-nepuk pipi Hermione dengan lembut. Mungkin tidak bisa dibilang tepukan. Itu malah seperti belaian saking lembutnya.

Hermione menggeliyat pelan. Ia mengerjakan matanya beberapa kali. Saat matanya sudah lumayan fokus dengan pemandangan danau didepannya, Ia langsung terkejut dan menegakkan tubuhnya.

"Hei, hei. Tidak apa-apa." Draco memegangi kepala Hermione yang masih setengah sadar itu. Takut tiba-tiba gadis itu limbung dan terjatuh.

"Jam berapa sekarang?"

Draco melihat kearah langit yang berwarna orange. "Sudah hampir malam."

"Astaga!" Pekik Hermione. Ia langsung berdiri dari duduknya.

"Ada apa?" Draco ikut panik.

Hermione berjalan mondar-mandir. "Ron! Aku berjanji mengajarinya merajut."

Bahu Draco turun melemas. Melihat kepanikan gadisnya terhadap laki-laki lain membuat hatinya lagi-lagi sakit.

Selalu seperti ini. Kebersamaan mereka selalu dikejar oleh waktu. Tidak boleh terlalu lama beberapa menit sekalipun.

Waktu selalu mengingatkannya, kalau Hermione bukan miliknya seorang. Ia harus mengalah dan membiarkan gadisnya bersama yang lain.

Hermione yang menyadari perkataannya itu, melirik kearah Draco yang tengah menatap kosong rerumputan dibawah kakinya.

"Maaf.." lirihnya seraya menyusupkan jari-jarinya pada jari-jari Draco.

Draco tersenyum paham. "Tidak apa-apa. Aku mengerti. Sebaiknya kau cepat kembali. Aku berjalan di belakangmu."

Hermione membalasnya dengan senyuman. Perlahan kaitan tangan mereka terlepas. Gadis itu pun berjalan mendahului Draco. Tapi baru beberapa langkah berjalan, Ia kembali membalikkan tubuhnya dan berlari mendekati Draco.

Hermione mencium kedua pipi pemuda itu. "Jangan kelayaban malam-malam."

Draco tersenyum lalu mengacak-acak rambut Hermione. "Siap, Captain!"

Mereka pun kembali ke asrama masing-masing. Kembali kepada realita kehidupan yang memaksa mereka untuk terpisah kembali.

***



Two Heart [DRAMIONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang