"Berhentilah menjadi orang bodoh!" Teriak seorang pemuda berkaca mata bundar dengan rambut acak-acakannya kepada seorang berambut merah api disampingnya.Ronald Weasley. Ia hanya menatap malas sahabatnya, Harry potter. Ia tadi sedang menjernihkan pikiran ketika tiba-tiba sahabatnya itu datang dan langsung marah-marah padanya.
"Diam saja, Harry." Ron berkata pelan. Harry mendengus seraya memutar bola matanya yang terhalang kaca bening itu. Pemuda itu mengambil tempat duduk disamping Ron. Ikut-ikutan menatap pemandangan dari atas menara astronomi.
"Sampai kapan kau begini?" Tanya Harry. Ron menoleh sebentar. Ia hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban.
"Kau terlalu lemah, Ron!"
Ron tertawa getir, "Itulah cinta. Membuat kita menjadi lemah."
Lagi-lagi Harry mendengus, "Aku akan katakan padanya sekarang juga!" Tegas Harry. Ron langsung menegakkan tubuhnya dan memegang tangan Harry.
"Jangan!" Pintanya. "Aku belum siap."
"Ron, listen!" Harry mengganti posisinya menjadi agak miring menghadap Ron. "Kau sudah tahu semuanya sejak lama. Tapi kenapa sampai sekarang kau tidak memberitahunya? Dia berbuat kesalahan, Ron."
Ron mendesah. Matanya memandang gumpalan awan yang bergerak lambat mengikuti arus angin. "Sebenarnya aku takut, Harry."
Harry mengernyitkan dahinya, "Takut? Takut apa? Disini dia yang salah."
Ron mencengkram pembatas pagar kuat-kuat, "Kau tidak melihat pandangannya saat melihat orang itu, Harry. Di sana penuh dengan cinta. Berbeda saat dia menatapku." Ron tertunduk lemah. Menahan segala perih dan sesak di dadanya.
"Dia hanya terlalu baik untuk tidak meninggalkan aku sekarang, Harry. Aku bisa melihat semuanya dari tatapan matanya. Dia hanya.. kasihan." Lanjut pemuda itu.
Harry terdiam. Ia ingin mengeluarkan suaranya. Tapi tiba-tiba tenggorokannya terasa kering.
"Kalau dia tahu, aku tahu, pasti Ia akan pergi dariku. Aku belum siap, Harry."
Pandangan Ron mengabur. Ia dapat merasakan genangan bening dipelupuk matanya. "Kenapa bukan aku, Harry? Kenapa harus orang itu?"
"Aku tulus dengannya. Aku sangat mencintainya. Bahkan melebihi rasa cintaku pada diriku sendiri."
Harry masih diam. Masih setia menjadi pendengar.
"Hermione. Dia cinta pertamaku. Aku akan mempertahankannya. Sampai saat dimana dia bisa menatapku seperti dia menatap Malfoy."
Harry menghela napas, "Kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri, Ron."
Ron terkekeh pedih, "Memang begitu resiko jatuh cinta, Harry." Memejamkan mata sebentar, lalu melanjutkan, "Hermione.. dia sudah membuatku merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta dan patah hati secara bersamaan."
Menoleh seraya tersenyum getir, "Dan kau tahu? Itu sakit sekali."
***
Gadis itu menumpukan tangannya didepan wastafel. Air mata yang sedari tadi Ia tahan tumpah kembali pada kedua pipinya.
Ia merasa buruk. Ia merasa tidak pantas. Semua ini memang kesalahannya. Tapi Ia bisa apa? Bisa apa?! Ia juga tidak mau seperti ini. Hatinya juga sakit. Bukan hanya mereka berdua. Dipikir mudah menjalani hubungan seperti ini?
Setiap Ia membuka mata di pagi hari, Ia selalu dibayangi perasaan bersalah. Berpikir, siapa hari ini yang hatinya akan Ia sakiti. Dipikir dia mau melakukan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Heart [DRAMIONE]
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Dramione Fanfiction : Hermione Granger X Draco Malfoy Cover : by Carey_san